PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH

Gambar 1. Koloni Trigona sp

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

PROSIDING SEMINAR SEHARI HASIL PENELITIAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI HHBK

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEHNIK PRODUKSI PROPOLIS LEBAH Trigona itama DAN BEE BREAD POLLEN LEBAH Apis dorsata. I. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

Jumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur

PROSPEK PENGEMBANGAN BUDIDAYA LEBAH Trigona spp. DI SEKITAR HUTAN LARANGAN ADAT RUMBIO KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

PERLEBAHAN DI INDONESIA

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

PRODUKSI MADU, PROPOLIS DAN ROTI LEBAH TANPA SENGAT, (Trigona spp) DALAM SARANG BAMBU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB I PENDAHULUAN. ancaman musuh alami dan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi kehidupan kutu lak.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN

LAPORAN AKHIR PKM-M. Diusulkan Oleh :

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

Keyword: Bees, Nesting Habitat, Nest, Gate Nest, Eduction

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

KARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

ASPEK BISNIS PENGEMBANGAN PROPOLIS CAIR LOKAL INDONESIA

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

PENURUNAN KADAR AIR MADU HUTAN ALAM SUMBAWA

III. KEADAAN UMUM LOKASI

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

TANAMAN PENGHASIL PATI

Transkripsi:

Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 pissn 2599 1205, eissn 2599 1183 Maret 2017 PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram Jl. Dharma Bhakti No 7 Langko Lingsar Lombok Barat 83371 * E-mail: septiantina.dyah@gmail.com ABSTRAK Usaha budidaya lebah madu Trigona spp. di Lombok semakin berkembang pesat. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut dikarenakan budidaya Trigona mampu menghasilkan produk perlebahan berupa madu, propolis dan roti lebah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi propolis mentah lebah madu Trigona spp. di Pulau Lombok. Penelitian dilaksanakan dari April 2012 sampai dengan Desember 2014. Lokasi penelitian dilakukan di Ds. Lendang Nangka, Lombok Timur; Ds. Sigar Penjalin dan Ds. Genggelang, Lombok Utara; serta Ds. Karang Bayan, Lombok Barat. Pada masing-masing lokasi penelitian, mulai tahun 2012 dilakukan observasi terhadap 6 stup lebah madu Trigona. Metode penelitian dilakukan dengan observasi di lapangan, kemudian data diolah dan dianalis secara deskriptif. Hasil produksi propolis mentah tahun 2012 terbanyak diproduksi di Ds. Lendang Nangka dengan jumlah rata-rata 75,63 gr/6 bulan/6 stup. Tahun 2013, hasil terbanyak di Ds. Genggelang dengan jumlah rata-rata 94,38 gram/6 bulan/6 stup, dan tahun 2014 produksi tertinggi di Ds. Sigar Penjalin dengan jumlah rata-rata 102,84 gram/6 bulan/4 stup. Dari tahun 2012 sampai 2014 jumlah stup semakin berkurang pada masing-masing lokasi penelitian. Jumlah stup berkurang disebabkan karena adanya koloni yang kurang sehat dan akhirnya meninggalkan stup. Banyaknya produksi propolis mentah tidak terpengaruh oleh banyaknya stup yang dimiliki, namun adanya faktor pendukung lain seperti faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan yang tersedia dan kesehatan koloni lebah madu Trigona spp. Kata kunci: Budidaya lebah madu Trigona spp.; produksi propolis mentah; stup. PENDAHULUAN Lebah madu Trigona spp. mempunyai nama daerah yang berbeda, diantaranya adalah Nyanteng (Lombok), Klanceng (Jawa), Galo -galo (Minang), Ketape (Sulawesi Selatan), dan Teuweul (Sunda). Keistimewaan dari lebah madu Trigona ini adalah tidak mempunyai sengat (stingless bee). Sebagai pertahanan diri, Trigona memproduksi propolis (lem lebah) guna menutupi sarangnya dan mencegah predator untuk masuk ke dalam stup. Djajasaputra (2010) menyatakan bahwa Trigona hanya mampu menghasilkan madu kurang dari 1 kilogram setiap tahunnya dan lebih banyak memproduksi propolis. Didukung juga oleh Signh (1 962) yang menyatakan bahwa Trigona menghasilkan madu lebih sedikit daripada propolisnya. Trigona yang tidak bersengat ini mampu menjadikannya menjadi salah satu jenis lebah madu yang dibudidayakan oleh masyarakat, khususnya di Pulau Lombok. Budidaya Trigona di Pulau Lombok berkembang pesat. Hal ini disebabkan karena Trigona mampu menghasilkan tiga jenis produk perlebahan yaitu madu, propolis dan roti lebah (bee bread) dan ketiganya dapat diperjual-belikan. Dari ketiga produk tersebut, Trigona menghasilkan lebih banyak propolis dibandingkan lebah madu jenis Apis spp. yang lainnya (Djajasaputra, 2010). Hal ini terjadi karena propolis digunakan sebagai usaha pertahanan diri. Propolis adalah sejenis resin yang dikumpulkan lebah dari berbagai macam tumbuhan yang kemudian dicampur dengan saliva dan enzim lebah dan digunakan untuk membangun sarang (Bankova et al. 2000). Masih menurut Bankova et al (2000), sumber utama propolis adalah kuncupkuncup bunga. Adapun jika dilihat dari warna propolis pun bermacam-macam, mulai dari transparan, kuning, sampai coklat. Hal itu terjadi karena sumber pakan yang berbeda-beda (Woo. 2004). Selain warna yang beragam, propolis yang dihasilkan oleh masing-masing lebah pun berbeda. Produk perlebahan yang dihasilkan oleh Trigona sp. mempunyai 3 macam yaitu madu, propolis dan bee bread. Pada saat ini, pemanfaatan produk perlebahan yang dimanfaatkan secara maksimal di Lombok hanya madu, untuk 2 produk yang lain belum termanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya penelitian tentang produksi propolis lebah madu Trigona sp. di Lombok untuk mengetahui jumlah propolis yang dihasilkan. Jika diketahui potensi propolisnya, maka diharapkan dapat menjadi alternatif pendapatan bagi pembudidaya lebah madu Trigona sp. di Pulau Lombok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya produksi propolis mentah ( raw- Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 71

Produksi Propolis Lebah Madu di Pulau Lombok Riendriasari dan Krisnawati propolis) yang dihasilkan koloni per stup di empat lokasi di Pulau Lombok. A. Lokasi Penelitian METODE Penelitian ini dilakukan di empat lokasi di Pulau Lombok, yaitu Ds. Lendang Nangka yang berada di Kec. Masbagik, Kabupaten Lombok Timur; Ds. Sigar Penjalin, Kec. Tanjung dan Ds. Genggelang, Kec. Gangga di Kabupaten Lombok Utara; serta Ds. Karang Bayan, Kec. Lingsar yang berada di Kabupaten Lombok Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun waktu penelitian dilakukan selama 3 (tiga) tahun dari bulan April 2012 sampai dengan Desember 2014. Gambar 1. Peta lokasi penelitian Keempat lokasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Adapun karakteristik lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1. Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur Desa ini memiliki ketinggian ± 800 m dpl dengan lingkungan sekitar didominasi tanaman pekebunan (Kopi) dan tanaman buah-buahan. Lokasi ini berada di kaki Gunung Rinjani dan memiliki udara yang dingin. 2. Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara Desa ini memiliki ketinggian paling rendah diantara lokasi yang lain yaitu ± 100 m dpl dengan lingkungan sekitar didominasi tanaman pekebunan (Jambu mede). Stup diletakkan di antara rumah penduduk yang cukup padat dan rapat. 3. Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara Desa ini memiliki ketinggian paling rendah diantara lokasi yang lain yaitu ± 10 m dpl dengan lingkungan sekitar dikelilingi oleh laut dan cuaca yang cukup panas. Stup diletakkan di antara rumah penduduk yang cukup padat dan rapat. 4. Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat Desa ini memiliki ketinggian ± 300 m dpl dengan lingkungan sekitar didominasi tanaman perkebunan (Durian). Stup diletakkan di tengah-tengah kebun masyarakat dan banyak aktivitas masyarakat di sekelilingnya. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah pisau kikis, toples, kertas label, topi jaring, sendok, kamera, thermohygrometer, GPS, timbangan digital dan talleysheet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah stup dan koloni Trigona sebanyak 6 buah untuk masing-masing lokasi, sehingga jumlah total stup ada 24 stup. 72 Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75

Riendriasari dan Krisnawati Produksi Propolis Mentah Lebah Madu di Pulau Lombok C. Prosedur Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan observasi lapangan yaitu mengumpulkan data-data pendukung seperti data suhu dan kelembaban pada masing-masing lokasi penelitian. Stup yang sudah diisi dengan koloni dibiarkan selama 6 bulan tanpa dibuka dan perlakuan tertentu per tahunnya. Setelah 6 bulan, maka dilakukan pemanenan propolis yang terbentuk pada masingmasing stup. Pemanenan propolis dilakukan dengan menggunakan pisau kikis dan disimpan di dalam toples. Setiap toples diberi label untuk mengetahui produksi masing-masing stup. D. Analisis Data Data yang didapatkan dari lapangan, kemudian diolah di laboratorium dengan melakukan pemisahan propolis dari madu dan penimbangan propolis mentah agar kondisinya tetap steril. Data dianalisis secara analisis deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Produk perlebahan trigona berupa madu, propolis dan bee bread diproduksi di dalam stup, bagian dalam stup dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun yang disebut dengan propolis adalah lapisan tipis berwarna coklat yang menyelimuti madu dan bee bread. Propolis mentah ( raw propolis) adalah lem lebah yang digunakan sebagai pertahanan diri Trigona untuk melindungi diri dari serangan predator. Oleh karena itu, propolis diproduksi lebih banyak dari madu (Djajasaputra, 2010) dan merupakan hasil utama dari usaha budidaya Trigona. Produksi propolis dari Trigona juga perlu diketahui agar Gambar 2. Produk perlebahan Trigona spp. dapat menentukan langkah yang harus diambil untuk dapat meningkatkan produksi propolis di kemudian hari. Hasil produksi propolis mentah diambil dari empat lokasi di Pulau Lombok. Adapun produksi propolis tersebut dari hasil pemanenan propolis mentah yang diambil dari 6 stup yang didiamkan selama 6 bulan selama 3 tahun pada masing-masing lokasi penelitian, terpaparkan pada Gambar 3. Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 73

Produksi Propolis Lebah Madu di Pulau Lombok Riendriasari dan Krisnawati Gambar 3. Hasil produksi propolis selama 3 tahun di Pulau Lombok Dari Gambar 3 terlihat bahwa pada tahun 2012, koloni yang ada di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur mempunyai produksi propolis mentah tertinggi yaitu sebesar 75,63 gram/6 bulan/6 stup. Desa yang memiliki ketinggian 457 meter diatas permukaan laut ini memproduksi propolis mentah tertinggi karena faktor lingkungan yang mendukung. Sulthoni (1986) menyatakan bahwa kehidupan lebah sangat bergantung pada temperatur dan curah hujan, ketersediaan pakan serta pengelolaan koloni lebah. Desa Lendang Nangka mempunyai kelembaban rata-rata sebesar 58,75% dan suhu rata-rata sebesar 27,8 C, hal ini sesuai dengan Wahyuni & Riendriasari (2012) yang menyatakan bahwa rentang normal kelembaban yang disukai trigona berkisar 60,5-71% dan suhu normal yang disukai adalah 27-29 C. Pada tahun 2012 merupakan awal penelitian dan jumlah stup di masing-masing lokasi sama yaitu 6 stup/lokasi. Banyaknya stup di masingmasing lokasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Banyaknya stup dari tahun 2012-2014 Lokasi Jumlah Stup Keberhasilan 2012 2013 2014 (%) Lendang Nangka 6 5 2 33.33 Sigar Penjalin 6 6 4 66.67 Genggelang 6 5 5 83.33 Karang Bayan 6 3 2 33.33 Selain faktor lingkungan dan banyaknya stup, kesehatan koloni juga berpengaruh pada produksi propolis. Koloni yang ada di Lendang Nangka merupakan jenis Trigona sapiens yang mempunyai ciri-ciri mempunyai panjang tubuh 3,6-4,5 mm dan biasanya berwarna hitam. Koloni ini sehat dan mempunyai strata koloni yang lengkap meliputi ratu lebah, lebah jantan dan lebah pekerja. Di sisi lain, ketersediaan pakan pada bulan panen sangat melimpah, yaitu banyaknya bunga Mangga, bunga Asam, bunga Durian dan bunga Jambu. Aspek selanjutnya yang perlu dijaga adalah pengelolaan koloni lebah. Stup lebah Trigona diletakkan di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan (Riendriasari, 2014). Selain itu, stup Trigona dijauhkan dari predator/pemangsa Trigona. Jika banyak semut dan laba-laba, maka bisa dilakukan pencegahan dengan memberikan kapur pengusir semut. Tahun 2013 merupakan tahun kedua penelitian. Produksi propolis mentah tertinggi ada di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan jumlah sebesar 94,38 gram/6 bulan/5 stup. Jika dilihat dari jumlah stup, Desa Sigar Penjalin mempunyai stup yang masih utuh, yaitu sebanyak 6 stup, namun jumlah propolis mentah yang dihasilkan lebih banyak di Desa Genggelang. Hal ini membuktikan bahwa banyaknya stup tidak mempengaruhi banyaknya produksi propolis mentah yang dihasilkan. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa desa yang terletak di ketinggian 105 meter diatas permukaan laut ini mempunyai suhu rata-rata sebesar 29 C dan mempunyai kelembaban rata-rata sebesar 68,5%. Suhu dan kelembaban rata-rata masih masuk ke dalam zona nyaman bagi lebah madu. Faktor lain yang menentukan tingginya produksi propolis mentah adalah ketersediaan pakan yang melimpah. Desa Genggelang mempunyai wilayah perkebunan yang cukup luas dengan tanaman kopi, jambu mete, tanaman coklat dan kelapa. Stup Trigona di Desa Genggelang ini teridentifikasi dengan Trigona clypearis dan biasanya diletakkan di depan rumah yang notabene ada pohon sawo yang sedang berbunga, 74 Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75

Riendriasari dan Krisnawati Produksi Propolis Mentah Lebah Madu di Pulau Lombok belimbing, jambu air, jambu mete, dan mangga. Peletakan stup yang digantung di antara batang pohon juga menentukan banyaknya propolis mentah yang terbentuk (Bankova et al., 2000). Hasil analisis dari Bankova et al (2000) menyatakan bahwa peletakan stup di dekat pohon membantu Trigona mendapatkan resin yang melimpah dari getah pepohonan sebagai bahan baku pembuat propolis. Produksi propolis mentah pada tahun 2014 tertinggi pada Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara dengan jumlah 102,84 gram/6 bulan/4 stup. Di tahun terakhir ini, jumlah stup masing-masing lokasi menurun karena koloni yang ada menghilang dan stup dibiarkan kosong. Namun desa Sigar Penjalin yang memiliki ketinggian lokasi 6 meter diatas permukaan laut ini, masih mampu menghasilkan propolis mentah tertinggi. Suhu rata-rata berkisar 33,4 C dan kelembaban rata-rata sebesar 54%. Jika dilihat dari suhu ideal bagi lebah adalah kelembaban berkisar 60,5-71% dan suhu normal yang disukai adalah 27-29 C, maka kondisi lingkungan di Desa Sigar Penjalin kurang memadai. Namun menurut (Woo, 2004) suhu 25-45 C menyebabkan propolis kembali lengket dan tidak mengeras. Jadi masih dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan masih mampu mendukung keberhasilan usaha budidaya Trigona. Jenis Trigona yang ada di Desa Sigar Penjalin ini sama dengan jenis Trigona di Desa Genggelang yaitu Trigona clypearis. Trigona ini mempunyai panjang tubuh hanya 3,2-3,8 mm saja. Selain kondisi lingkungan, kondisi pakan di Desa Sigar Penjalin juga didominasi dengan pohon mangga dan tanaman hias. Peletakan stup juga digantung di sekitar pohon mangga di sekitar rumah serta adanya tanaman Bougenvil yang sedang mekar, serta bunga Euphorbia milli bermekaran di sekitar lokasi budidaya. Hasil keseluruhan memperlihatkan bahwa hasil produksi propolis mentah sangat bervariasi setiap tahunnya. Pada tahun 2012 produksi propolis mentah tertinggi di Ds. Lendang Nangka dengan nilai 75,63 gram/6 bulan/6 stup, tahun 2013 produksi propolis mentah tertinggi di Desa Genggelang sebesar 94,38 gram/6 bulan/5 stup, dan produksi propolis mentah tertinggi pada tahun 2014 sebesar 102,84 gram/6 bulan/4 stup ada di Ds. Sigar Penjalin. Produksi propolis mentah tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah stup, namun dipengaruhi oleh aspek lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan yang tersedia, kesehatan dan jumlah koloni lebah dan aspek pengelolaan usaha budidaya lebah trigona. Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui secara kontinyu hasil produksi propolis setiap bulan di Lombok dan dapat dijadikan rekomendasi untuk menjadi alternatif pendapatan bagi pembudidaya Trigona di Lombok. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hasil produksi bee bread Trigona di Lombok. DAFTAR PUSTAKA Bankova, V. S., Castro, S. L., & Marcucci, M. C. (2000). Propolis: Recent Advances In Chemistry And Plant Origin. Apidologie 31, 3-15. Djajasaputra, M. R. (2010). Potensi Budidaya Lebah Trigona dan Pemanfaatan Propolis Sebagai Antibiotik Alami Untuk Sapi PO. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Partadireja, A. (1985). Pengantar Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM. Riendriasari, S. D. (2014). Budidaya dan Produk Perlebahan Trigona spp Di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Seminar Nasional "Peranan Dan Strategi Kebijakan Pemanfaatan HHBK Dalam Meningkatkan Daya Guna KAwasan Hutan" (pp. 213-221). Yogyakarta: UNiversitas gajah Mada. Signh, S. (1962). Beekeeping In India. New Delhi: Indian Council of Agricultural Research. Sulthoni, A. (1986). Aspek Biologi Lebah Madu Sebagai Faktor Utama Pengembangan Budidaya Di Kehutanan. Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (pp. 29-33). Jakarta: Perum Perhutani. Wahyuni, N., & Riendriasari, S. D. (2012). Teknik Produksi Propolis. Mataram: Balai penelitian Teknoogi Hasil Hutan Bukan Kayu. Woo, K. (2004). Use of Bee Venom And Propolis For Apitherapy in Korea. Proceeding of the 7th Asian Apicultural Association and 10th BEENET Symposium and Technofora (pp. 311-315). Los Banos: University of Philippines. Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 75