I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang II, pembangunan sektor pertanian

I. PENGANTAR. Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kematian baik langsung maupun tidak langsung. Kematian juga berhubungan erat

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penampilan dari ayam kampung sangat beragam, mulai dari bentuk fisik, sifat genetik maupun penyebarannya yang sangat luas karena populasi ayam kampung kini banyak dipelihara oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Tujuan masyarakat dalam pemeliharaan ayam kampung ini pun berbedabeda tergantung kepada keadaan sosial ekonomi masyarakat serta keadaan lingkungan sekitar. Umumnya masyarakat banyak memelihara ayam kampung sebagai tabungan untuk menambah pendapatan keluarga maupun sumber protein hewani keluarga dan bahan pangan yang aman dikonsumsi. Diakui atau tidak, selera masyarakat terhadap ayam kampung kini semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi ayam kampung terjadi pada tahun 2001-2005 dimana terjadi peningkatan sebesar 4,5% dan pada tahun 2005-2009 terjadi peningkatan konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011). Kondisi ini kemudian diperjelas oleh data yang disajikan DITJEN PKH (2010) yang menyatakan bahwa tingkat populasi ayam kampung saat ini mencapai 261,17 juta ekor dan 15,49% (40,46 juta ekor) terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sangat menarik, melihat tingkat perkembangan ayam kampung yang cukup tinggi di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Disisi lain, tingginya minat dan perkembangan terhadap ayam kampung tersebut berbanding lurus dengan tingginya permasalahan-permasalahan dalam budidaya maupun tingkat produktivitas dari ayam kampung yang dinilai masih rendah. Kondisi yang ada terkait dengan masalah dalam pengembangan ayam kampung ini dapat disebabkan salah satunya oleh faktor sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada kaidah ilmu nutrisi. Supriadi et al. (2005) menjelaskan bahwa rendahnya produktivitas ayam diakibatkan oleh tiga faktor, yakni input usaha yang rendah, sifat genetik yang belum dimuliakan serta tingginya mortalitas. Input usaha yang rendah 1

dapat terjadi karena usaha peternakan ayam lokal lebih bersifat sebagai usaha sambilan dengan modal dan penguasaan teknologi yang terbatas. Mortalitas yang tinggi ini diakibatkan oleh penggunaan sistem pemeliharaan yang masih secara tradisional dan umumnya tidak memperhatikan aspek biosecurity dan sistem vaksinasi. Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya kenyataan bahwa masyarakat masih terkendala oleh kurangnya informasi yang diberikan penyuluh mengenai cara budidaya ayam kampung, serta belum adanya inovasi ayam kampung dengan mutu genetik yang lebih unggul dan terdepan dalam karakteristik ketahanan maupun jumlah produksi yang dihasilkan. Padahal, untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, kuat dan produktif sangat diperlukan pangan hewani sehingga keberadaan sektor peternakan harus mampu bangkit, tumbuh dan berkembang serta dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Mempertimbangkan potensi itu, maka pemerintah mengupayakan jalan keluar untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ayam kampung di Indonesia. Untuk merespon situasi tersebut, maka pemerintah khususnya Badan Litbang Pertanian menciptakan suatu inovasi ayam kampung unggul yang dinamakan ayam Kampung Unggul Badan Litbang (KUB). Ayam KUB merupakan hasil penelitian Balai Penelitian Ternak-Badan Litbang Pertanian yang dilakukan sejak tahun 1997 dan telah dilisensikan kepada PT AKI (Ayam Kampung Indonesia). Ayam kampung unggul tersebut kemudian diuji untuk dipastikan memiliki kelebihan dibandingkan dengan ayam kampung biasa yang terdapat di masyarakat. Ayam KUB memiliki keunggulan dibanding ayam kampung biasa antara lain sifat mengeram lebih pendek, produksi telur lebih tinggi, pakan lebih efisien dan lebih tahan penyakit. Kedepan, diharapkan inovasi ayam KUB ini dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan selanjutnya mampu meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan hidup dari masyarakat Indonesia. Disinilah peran dari penyuluh pertanian sangat dibutuhkan. Penyuluh untuk selanjutnya diharapkan menyampaikan teknologi/inovasi tersebut kepada masyarakat luas, baik dari tingkat provinsi hingga ke wilayah-wilayah pedesaan agar inovasi mengenai ayam KUB dapat tersampaikan secara merata dan diterima oleh masyarakat luas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) daerah Yogyakarta 2

merupakan sebuah institusi pemerintah yang ditugaskan untuk menyampaikan inovasi ayam KUB di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai institusi pemerintah yang profesional di bidangnya, BPTP Yogyakarta menggunakan media-media tertentu dalam menyampaikan inovasi kepada masyarakat. Hal ini didasari kenyataan bahwa penyampaian inovasi kepada masyarakat tentu bukanlah merupakan perkara yang mudah. Bertolak dari adanya sikap petani yang tidak mudah menerima suatu inovasi, maka penyampaian inovasi ayam KUB perlu menjadi perhatian karena sifat manusia sebagai makhluk yang dinamis tentu akan menyeleksi inovasi baru yang datang kepadanya. Oleh karena hal tersebut, media sebagai salah-satu unsur komunikasi perlu mendapat perhatian khusus sehingga inovasi atau informasi yang disampaikan melalui media komunikasi dalam penyuluhan dapat diterima dan diserap dengan baik oleh masyarakat. Inovasi yang didesiminasikan dapat diadopsi oleh masyarakat apabila dinilai menarik dan bermanfaat sedangkan inovasi yang dinilai kurang bermanfaat dan tidak dibutuhkan akan ditinggalkan. Pada kelompok tertentu metode penyampaian inovasi dari berbagai media massa juga akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi ayam KUB. Jenis media massa (baik cetak ataupun siaran) mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga peruntukannya spesifik bagi kelompok tertentu. Pemilihan jenis media massa dalam penyampaian inovasi akan menentukan cepat atau lambatnya proses difusi inovasi diterima masyarakat. Untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam proses komunikasi, penjelasan mengenai inovasi ayam KUB sangat perlu memperhatikan sasaran dan media komunikasi yang digunakan agar inovasi tersebut dapat diterima dan dapat digunakan pada kelas masyarakat yang mempunyai fenomena seperti tersebut di atas. Jika inovasi dapat dengan mudah dan jelas disampaikan melalui suatu media dengan tepat, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapat dengan mudah menerima inovasi yang disampaikan melalui suatu media, maka penerimaan suatu inovasi akan berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan inovasi yang harus disampaikan melalui media lainnya. Kenyataannya, masyarakat Indonesia terdiri dari individu-individu yang berbeda karakteristik sosialnya. Oleh karena hal tersebut, tidak semua media dapat digunakan dan tersedia bagi masyarakat luas. Secara kasat mata pun dapat dilihat bahwa khalayak media yang mampu berpartisipasi dan berinteraksi dengan beragam 3

media massa adalah masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan menengah ke atas. Umumnya masyarakat ini bertempat tinggal di perkotaan dengan tingkat kemudahan akses dalam memanfaatkan beragam media massa yang ada. Hal ini menjadi jelas berbeda dengan masyarakat lokal yang umumnya tinggal di pedesaan (rural) - sub urban yang masih mengusahakan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian utama atau sampingan. Kondisi yang bertolak belakang ini menyebabkan masyarakat pedesaan umumnya hanya menggunakan media massa yang mampu diakses dengan mudah dan terjangkau. Terlebih jika menganalisis perilaku khalayak dalam masyarakat agraris, dimana tingkat kebutuhan mereka belum kompleks juga tingkat intelektualitas masih rendah bahkan tingkat melek huruf yang masih dipertanyakan, maka perlu digunakan media massa yang tepat sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Keseriusan memperhatikan seberapa besar kemampuan khayalak terhadap media massa menjadi hal yang sangat pokok guna tercapainya penyampaian inovasi dengan baik. Salah satu media massa yang dinilai potensial untuk mendukung penyebarluasan informasi di daerah pedesaan adalah media audio seperti media radio. Dalam hal ini, media audio dapat menyediakan diri sebagai alat untuk mempersempit jurang pemisah antara lapisan masyarakat dalam unsur kebaharuan informasi. Berdasarkan pengalaman di negara berkembang, komunikasi digunakan untuk menjangkau masyarakat secara luas banyak menggunakan radio dan televisi. Radio sebagai salah-satu media audio merupakan media yang cukup strategis digunakan untuk memberi informasi, memotivasi dan mengubah perilaku, terutama di negara-negara yang penduduknya berpenghasilan kecil. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengkajian Retno et al. yang menunjukkan karakteristik petani lahan sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta, didominasi oleh petani umur 40 60 tahun dengan tingkat pendidikan SD atau SMP adalah lebih menyukai media massa untuk mendengarkan siaran wayang atau lagu campursari melalui radio. Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa para petani lahan sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta, hampir semua memiliki radio dan TV, lebih memilih acara wayang atau ketoprak dari pada acara lain (Wahyuningrum, 2014). 4

Informasi-informasi yang diperoleh petani melalui media audio akan menambah pengetahuan petani dan pada akhirnya membuat petani mampu mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang disampaikan tersebut. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan dan atau ketrampilannya. Namun, umumnya petani tidak menerima begitu saja informasi baru tersebut pada saat pertama kali petani mendengarkannya, namun baru hanya sebatas mengetahui saja informasi yang disampaikan. Pengetahuan yang petani serap kemudian memunculkan dorongan untuk bertindak (motivasi) dan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Dengan kata lain, timbulnya motivasi dalam diri petani merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu dan pemahaman mengenai informasi yang disampaikan, dimana masing-masing petani akan memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Pemahaman yang berbeda-beda ini dapat dikarenakan penerimaan terhadap media informasi yang berbeda pula. Sebagai media informasi, media audio digunakan untuk menyampaikan informasi-informasi baru, namun sejauh apa tingkat motivasi yang terjadi pada masyarakat apabila inovasi disampaikan melalui media audio tentu menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Oleh karena hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan dua jenis program media audio dalam menyampaikan inovasi seputar ayam KUB yakni dialog interaktif dan sandiwara lawak yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi pengemasan program, SDM yang membawakan program, dan lamanya/durasi program. Hal ini lah yang sebenarnya menjadi pijakan dalam melakukan penelitian ini, dimana uraian diatas akan bermuara pada beberapa pertanyaan yakni sejauh mana motivasi petani dalam menerima inovasi ayam KUB melalui media audio? Pertanyaan yang perlu diajukan kemudian, apakah terdapat perbedaan tingkat motivasi melalui dialog interaktif dan sandiwara lawak yang sama-sama disampaikan melalui media audio? Jika ada, program manakah diantara keduanya yang dapat mencapai motivasi yang lebih baik dalam menerima inovasi ayam KUB. Selanjutnya untuk melengkapi penjelasan mengenai perbedaan kedua program tersebut, maka ingin dilihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi petani dalam 5

menerima inovasi ayam KUB melalui media audio dalam program dialog interaktif dan faktor-faktor apa pula yang dapat mempengaruhi motivasi petani dalam menerima inovasi ayam KUB melalui audio dalam program sandiwara lawak? Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan menyusun strategi perencanaan dan pendekatan yang sesuai untuk mempertahankan media audio sebagai media penyebarluasan inovasi pertanian, yang sejak semula memang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. 2. Perumusan Masalah Selaras dengan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui media audio? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui dialog interaktif dan sandiwara lawak? 3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui dialog interaktif? 4. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui sandiwara lawak? 3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, tujuan dari penelitian adalah : 1. Mengetahui tingkat motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui media audio di Kabupaten Bantul dan Sleman. 2. Mengetahui adanya perbedaan tingkat motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui media audio program dialog interaktif dan sandiwara lawak di Kabupaten Bantul dan Sleman. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui dialog interaktif di Kabupaten Bantul dan Sleman. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam penerimaan inovasi ayam KUB melalui sandiwara lawak di Kabupaten Bantul dan Sleman. 6

4. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai sarana memperluas pengalaman, pengetahuan ilmiah dan wawasan berpikir seorang mahasiswa, sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan khususnya guna merencanakan strategi komunikasi dalam penyebarluasan inovasi di bidang pertanian dengan menggunakan media audio. 3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam serta memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan. 7