BAB IV METODA PENELITIAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata otonomi tersebut berasal dari kata Yunani yaitu autos berarti sendiri

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Membiayai Pengeluaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

1 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. dan retribusi daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dilakukan secara time

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

Analisis derajat desentralisasi dan kemandirian PAD serta hubungannya dengan produktivitas belanja daerah di Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

Transkripsi:

BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan kateristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Klungkung, khususnya pada Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Klungkung untuk periode waktu tahun 2001-2008. Tahun 2001 dipilih sebagai awal penelitian terkait dengan tahun dimulainya era otnomi daerah dan dengan kurun waktu 8 tahun diharapkan sudah bisa memberikan gambaran kondisi penelitian. Dipilihnya Kabupaten Klungkung sebagai lokasi penelitian didasari atas keingintahuan peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pengeluaran daerah Kabupaten Klungkung dan ingin menggali prospek 3 tahun ke depan (tahun 2009-2011) untuk mencari tahu gambaran potensi yang bisa dicapai, kebetulan peneliti bekerja sebagai PNS Pemerintah Kabupaten Klungkung yang tentunya akan lebih memudahkan akses untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.2.1 Jenis Data Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan kualitatif. 40

41 a) Data kuantitatif yaitu yang berbentuk angka-angka yang dapat diukur atau dihitung diantaranya : target dan realisasi PAD; Ringkasan APBD Kabupaten Klungkung tahun 2001-2008; kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten/Kota se-provinsi Bali tahun 2001-2008; Realisasi sumber-sumber PAD dan PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Klungkung. b) Data kualitatif yaitu yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, skema dan gambar, diantaranya : gambaran umum Kabupaten Klungkung, seperti kondisi administratifnya; luas wilayah; jumlah penduduk dan mata pencahariannya; letak geografis termasuk batasan-batasannya dengan kabupaten lain. 4.2.2 Sumber Data Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data runtut waktu (time series) yang berkisar antar tahun 2001-2008. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen-dokumen resmi serta laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Klungkung, yaitu diantaranya sebagai berikut : 1) Data target dan realisasi sumber-sumber penerimaan APBD Kabupaten Klungkung; 2) Data target dan realisasi sumber-sumber PAD Kabupaten Klungkung; Data dalam Penelitian ini diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Klungkung dan Biro Keuangan Setda Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali.

42 4.3 Variabel Penelitian 4.3.1 Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang dianalisis sesuai dengan masalah utama dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) APBD 2) PAD 3) Pajak Daerah 4) Retribusi Daerah 5) Total Penerimaan Daerah (TPD) 6) Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) 7) PDRB 8) Rasio Efektivitas 4.3.2 Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan pengertian dan penafsiran konsep yang digunakan dalam analisis, maka beberapa batasan dari pengertian dasar/konsep operasional dari variabel yang diamati dalam penelitian ini perlu diuraikan. 1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah dalam rupiah. APBD memuat rincian semua penerimaan daerah disatu sisi, dan pengeluaran daerah disisi lain. Pada sisi penerimaan APBD terdiri dari sisa lebih anggaran tahun lalu, PAD, bagi hasil pajak, dan perimbangan dari pemerintah pusat baik berupa Dana Alokasi

43 Umum (DAU) dan juga Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan dari provinsi atau kabupaten lainnya, serta penerimaan lainnya yang sah menurut undangundang. Disisi pengeluaran APBD terdiri dari belanja aparatur dan biaya publik. Sebelum tahun 2003 APBD dari sisi pengeluaran terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan. 2) Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004, Pasal 1, Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan Berdasarkan Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004, PAD bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Deddy Supriady Bratakusumah). 3) Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan daerah yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah dalam rupiah. 4) Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakna dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan dan berdasarkan peraturan daerah yang berlaku dalam rupiah.

44 5) Total Penerimaan Daerah (TPD) adalah jumlah keseluruhan penerimaan daerah yang terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pendapatan asli daerah, pendapatan yang berasal dari Pemerintah yang lebih tinggi, pinjaman pemerintah daerah, dan lain-lain penerimaan sah dalam rupiah. 6) Derajat desentralisasi fiskal adalah rasio antara jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan jumlah penerimaan dalam satuan persen. Kemandirian keuangan daerah ditujukan oleh besar kecilnya Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), yaitu perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Penerimaan Daerah (TPD) yang merupakan indikator tingkat kemandirian daerah. Kemandirian daerah, artinya kemampuan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian keuangan daerah dengan kreteria dari Fisipol UGM dalamtabel 2.1 7) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Mardiasmo (2000) menyebutkan bahwa unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 10 sektor lapangan usaha, yaitu: a) Pertanian, b) Industri pengolahan c) Pertambangan dan Penggalian, d) Listrik, gas dan air bersih, e) Bangunan, f) Perdagangan, hotel dan restoran, g) Pengangkutan dan Komunikasi, h)

45 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan i) Perbankan daerah, dan j) Jasajasa. 8) Rasio Efektivitas merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh pemerintah kabupaten Klungkung yang diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan dengan target/anggaran pendapatan dalam satuan persen pada tahun 2001-2007. 4.4 Metoda Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan dengan objek penelitian di kabupaten Klungkung. Pengumpulan data yang dilakukan adalah metode Observasi, dikumpulkan dengan mengamati, mencatat dan mengkualifikasi data-data yang diperlukan langsung dari sumbernya yaitu Biro Keuangan Setda Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali, dan dari Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Klungkung. 4.5 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran atau penjelasan mengenai situasi yang terjadi menggunakan data-data yang telah diolah dari instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klungkung. Selanjutnya untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini digunakan pendekatan : 1) Analisis kontribusi Untuk mengetahui besarnya kontribusi masing-masing sumber APBD terhadap total APBD, kontribusi masing-masing sumber PAD terhadap total PAD, kontribusi masing-masing jenis pajak daerah terhadap total pajak daerah, kontribusi masing-masing jenis retribusi daerah terhadap total retribusi daerah,

46 dan kontribusi masing-masing BUMD terhadap total bagian laba BUMD maka digunakan formulasi sebagai berikut (Widodo, 1990): KSP KKSP = 100%... ( 1 ) TSP keterangan : KKSP KSP TSP adalah kontribusi komponen sumber penerimaan adalah besaran komponen sumber penerimaan adalah besaran total sumber penerimaan 2) Analisis efektivitas Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian sasaran/target yang telah ditetapkan dengan menggunakan persentase perbandingan antara realisasi penerimaan dengan target penerimaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila diformulasikan dalam rumus sebagai berikut (Mardiasmo, 2002) : Realisasi Penerimaan Efektivita s = 100 %... ( 2 ) Target Penerimaan Efektivitas pemungutan suatu komponen penerimaan PAD dikatakan efektif bilamana persentase yang diperoleh dari rumus di atas semakin besar, demikian sebaliknya dikatakan tidak efektif bilamana persentase yang diperoleh semakin kecil. Ada kriteria efektivitas yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri yang dapat digunakan sebagai pedoman, yaitu : Tabel 4.1

47 Kriteria Efektivitas No. % Kriteria 1. < 40 Sangat tidak Efektivitas 2. 40 - <60 Tidak efektif 3. 60 <80 Cukup efektif 4. 80 - <100 Efektif 5. 100 Sangat efektif Sumber Data : Departemen Dalam Negeri 3) Analisis derajat desentralisasi fiskal Untuk mengetahui kemampuan keuangan suatu daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka dapat dilihat dengan membandingkan total PAD dengan total penerimaan daerah atau total penerimaan APBD. Jika diformulasikan sebagai berikut (Reksohadiprodjo, 1999) : PADt DDF t = 100%... ( 3 ) TPD t keterangan : DDF t adalah derajat desentralisasi fiskal tahun ke t TPAD t adalah total pendapatan asli daerah tahun ke t TPD t adalah total penerimaan daerah atau penerimaan APBD tahun ke-t Kemandirian keuangan suatu daerah dapat dilihat dengan membandingkan DDF suatu daerah dari tahun ke tahun. Semakin tinggi DDF, maka semakin mandiri pula kemampuan keuangan daerah tersebut dalam melaksanakan otonomi untuk membiayai pembangunan di daerahnya. Tingkat kemandirian fiskal antara Pemerintah Pusat dan Daerah dapat dipelajari dengan melihat pada besarnya derajat desentralisasi fiskal. Menurut hasil penelitian Tim Fisipol UGM dan Badan Litbang Depdagri (1991)

48 perbandingan anatara PAD terhadap TPD menggunakan skala interval sebagai terlihat dalam tabel 2.1. 4) Analisis trend linear Analisis trend ini digunakan untuk mengetahui pola data masa lampau, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari faktor-faktor penyebab perubahan di masa lampau yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk perencanaan masa mendatang (Boedijoewono, 1987). Menurut Nata Wirawan (2001), analisis ini digunakan untuk mengetahui Perkiraan penerimaan komponen potensial sumber-sumber PAD. Rasio Trend Sumber-sumber Penerimaan PAD daerah menggunakan persamaan trend linear yaitu Y = a + b X, dimana Y adalah nilai taksiran kemandirian keuangan daerah, sedangkan X adalah periode waktu. Trend dari sumber-sumber PAD Kabupaten Klungkung tahun 2008-2011 dengan rumus sebagai berikut : Y = a + b X... ( 4 )