BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntanbilitas. Kedua aspek tersebut menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk dibidang pengelolaan keuangan Negara maupun Daerah. Pengamat ekonomi, pengamat politik, investor, hingga rakyat mulai memperhatikan setiap kebijakan dalam pengelolaan keuangan. Dalam melaksanakan pembangunan daerah salah satu asas yang menyangkut pembiayaan daerah adalah asas desentralisasi. Adanya desentralisasi keuangan merupakan konsekuensi dari adanya kewenangan untuk mengelola keuangan secara mandiri. Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran di sektor publik maka mereka harus mendapat dukungan dari sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapat Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman daerah dan Lain-lain dari Pendapatan yang Sah (Halim, 2009). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan adanya ekonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota, maka pengelolaan keuangan sepenuhnya berada pada tangan daerah itu sendiri dan dituangkan dalam APBD. Pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan nasional. Prinsip-prinsip otonomi daerah harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, yaitu demokratisasi, transparansi, akuntanbilitas publik dan partisipasi masyarakat. Pemerintah diberikan otonomi yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya nasional serta perimbangan pusat dan daerah (Purnamawati, 2006). Halim dan Kusufi (2012) menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyekproyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksut. Hampir di semua daerah APBD suatu daerah di dominasi oleh sumbangan pemerintah pusat dan sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini menyebabkan daerah masih tergantung kepada pemerintah pusat, sehingga kemampuan daerah untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi sangat terbatas. Proses penyusunan APBD dimulai dengan kedua belah pihak yaitu antara eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan tentang kebijakan umum APBD
yang menjadi dasar penyusunan APBD. Pihak eksekutif bertugas membuat rencana APBD yang sesuai kebijakan tersebut, kemudian pihak legislatif menetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda) yang sebelumnya dirapatkan. Peraturan daerah menjadi alat legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran yang dijalankan oleh pihak eksekutif. Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah pusat akan menstransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Tujuan dari transfer Dana Perimbangan kepada Pemerintah Daerah adalah menjamin tercapainya standar pelayanan publik. Adanya transfer dana ini bagi pemerintah daerah merupakan sebagai sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan diharapkan dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri, yaitu melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan daerah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Menurut Halim (2009) permasalahan yang dihadapi daerah pada umumnya berkaitan dengan penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang merupakan salah satu komponen dari PAD yang masih belum memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yg lemah. Hal tersebut dapat
mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah. Peranan PAD dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat kecil dan bervariasi antar daerah, yaitu kurang dari 10% hingga 50%. Sebagian besar wilayah Provinsi dapat membiayai kebutuhan pengeluaran daerah kurang dari 10%. Distribusi pajak antar daerah sangat timpang karena basis pajak antar daerah bervariasi. Peranan pajak dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis yang bedampak pada biaya relatif mahal dan kemampuan masyarakat, sehingga mengakibatkan biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat juga bervariasi. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Peranan Pengalokasian belanja daerah ialah tidak terlepas dari adanya asas desentralisasi. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ialah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan pendapatan dari Pemerintah Pusat ialah Dana Perimbangan. Setiap belanja daerah yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah terlebih dahulu dianggarkan pada APBD. Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 22 dinyatakan bahwa pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja, jika pengeluaran tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah merupakan sumber pendapatan daerah yang lain.
Ini berarti, pemerintah daerah akan menyesuaikan belanja daerah yang akan dikeluarkan dangan PAD yang diterima, Dana Perimbangan yang ditransfer dari pusat dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Tiga komponen sumber pendapatan daerah tersebut yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan tepat sasaran dalam pelaksanaan segala aktivitasaktivitas pemerintah daerah, serta segala rencana kegiatan atau aktivitas-aktivitas pemerintah daerah tidak seperti yang diharapkan. Pemerintah daerah diharapkan dan dituntut bijaksana dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dengan hal pendapatan daerah dan belanja daerah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi belanja daerah dengan mengabil judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Terhadap Alokasi Belanja Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2015). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat Diketahui rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur? 2. Apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur?
3. Apakah Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur? 4. Apakah Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan. Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh seberapa besar Pendapatan Asli Daerah terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui pengaruh seberapa besar Dana Alokasi Umum terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 3. Untuk mengetahui pengaruh seberapa besar Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 4. Untuk mengetahui pengaruh seberapa besar Dana Bagi Hasil terhadap alokasi Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 1.4 Manfaat Peneletian Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Kontribusi Praktis 1. Bagi Pemerintah Daerah (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam penggunaan dan permanfaatan APBD yang lebih baik secara proporsional. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti serta menambah wawasan mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan, terutama untuk yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian ini. 1.4.2 Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan bidang ilmu akuntansi. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan perbandingan bagi mahasiswa yang melakukan kajian dengan topik yang sama maupun yang berkaitan dengan topik penelitian ini. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan hasil uraian tersebut diatas, penelitian ini dilakukan terhadap masing-masing faktor guna mendapatkan penjelasan dan pemahaman mengenai
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap alokasi Belanja Daerah. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, menyeluruh dan tidak terarah maka diperlukan pembataasan arah pembahasan dalam penulisan atau penyusunan skripsi. Objek Penelitian yang dipilih peneliti adalah Pemerintah Daerah Kota Surabaya dan batasan penelitian ini hanya meliputi Tahun 2012 hingga tahun 2015.