Skema 4.1 skema kajian konsep dan fungsi yang diajukan Sumber : penulis, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

6.1 Program Dasar Perencanaan

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG


PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB II TINJAUAN OBJEK

Development Designfor Tanjung Batu Harbour towards Sea Tolls Concept

BAB III: DATA DAN ANALISA

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Dengan efisiensi penggunaan energi melalui desain pasif dan optimalisasi energi terbarukan melalui pemanfaatan tenaga surya. BAB 4 RANCANGAN SKEMATIK

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V HASIL RANCANGAN

TERMINAL BUS TYPE A DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Diah Galuh Chandrasasi, Satrio Nugroho, Agung Budi

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum. Risna Rismiana Sari

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB V ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB III TINJAUAN DATA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Gambar Data Pengguna Transportasi (Sumber : BPS Jawa Barat, 2014)

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK)

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

TERMINAL BUS TYPE A KABUPATEN PATI

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN. Dalam analisa perencana dan perancangan Arsitektur, terdapat bebrapa hal yang menjadi bahan pertimbangan antara lain:

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4

BAB I. A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia kereta api di negara-negara sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

- BAB 4 - ANALISA SELATAN UTARA. Gambar 4.1 Foto kondisi eksisting Candranaya (Sumber : Dinas tata kota DKI)

TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

Transkripsi:

BAB IV PEMECAHAN PERSOALAN DAN DESKRIPSI HASIL PERANCANGAN 4.1 Kajian Konsep dan Fungsi Bangunan yang diajukan Skema 4.1 skema kajian konsep dan fungsi yang diajukan Sumber : penulis, 2016 49

4.2 Re-defining Stasiun Lempuyangan PAST Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun kereta api pertama yang didirikan Pemerintah Kolonial Belanda di Yogyakarta pada tahun 1872. Bangunan ini dibangun di atas tanah milik Keraton Yogyakarta yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai stasiun barang. Maka dari itu stasiun ini memiliki nilai historis yang sangat besar sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang berpengaruh terhadap perkembangan kota Yogyakarta dan sekitarnya. PRESENT Sejak 1 Desember 1997, stasiun kereta api Lempuyangan mendapat limpahan dari Stasiun Kereta Api Yogyakarta (Stasiun Tugu) sebagai terminal pemberangkatan dan akhir perjalanan kereta api kelas ekonomi. Namun untuk saat ini bentuk dan fungsi sebagai stasiun kereta api tidak maksimal dalam mengakomodasi kegiatan yang adadisebabkan bangunan stasiun sekarang tidak terintegrasi dengan baik kawasan sekitar dan berdampak pada degradasi lingkungan sekitar stasiun. FUTURE Mere-desain bangunan stasiun lempuyangan yang sekarang dengan tanpa mengintevensi bangunan cagar budaya yang telah ada, sekaligus menambahkan bangunan baru disisi utara stasiun yang memanfaatkan lahan site eks-gudang semen, untuk mendukung kegiatan perkeretaapian di stasiun ini. Mengingat bangunan lama stasiun sudah tidak dapat menampung lonjakan pengguna jasa kereta api. Dengan besaran ruang yang lebih besar dan me-mix antara fungsi stasiun dengan penataan fasilitas komersil sebagai bentuk pelayanan pihak stasiun terhadap pengunjung yang datang. Dilengkapi juga dengan parkir kendaraan mencapai sekitar 322 kendaraan yang terdiri dari kendaraan roda dua dan roda empat sekaligus ruang parkir yang memiliki keterpaduan dengan moda transportasi lain. Diharapkan dengan perubahan ini fungsi stasiun dapat berfungsi maksimal dalam rentan wangktu yang lama. Gambar 4.1 Stasiun Lempuyangan tahun 1872 Sumber : heritage.kereta-api.co.id Gambar 4.2 Stasiun Lempuyangan 2015 Sumber : penulis, 2016 Gambar 4.3 Stasiun Baru Lempuyangan Sumber : penulis, 2016 50

Adapun penambahan bangunan Stasiun baru dalam rancangan re-desain ini adalah sebagai berikut : Skema 4.2 skema penambahan bangunan baru stasiun Lempuyangan Sumber : penulis, 2015 51

Untuk bentuk massa bangunan stasiun baru penulis mengikuti bentuk asal dari bangunan lama yaitu model stasiun parallel, yaitu stasiun sejajar dengan jalur rel kereta. Hal ini Bertujuan untuk meminimalisir perubahan seminimalkan mungkin. Skema 4.3 skema tata massa stasiun lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2015 Skema 4.4 skema tata letak bangunan STASIUN baru dan lama Sumber : Analisis Penulis, 2015 52

4.3 Kajian dan Konsep Figuratif Rancangan (Penentuan Kebutuhan Ruang) Kebutuhan ruang ditentukan dengan melakukan analisis terhadap aktifitas-aktifitas yang dilakukan dalam stasiun. Dengan begitu dapat teridentifikasi ruang-ruang apa saja yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan dalam stasiun. Alur kegiatan yang sesuai dengan analisis pengguna stasiun diperlukan guna untuk sebuah perencanaan yang tepat guna sesuai dengan perilaku aktifitas penggunan. Berikut skema alur pengunjung stasiun : a. Penumpang naik kereta Skema 4.3. Skema Penumpang naik kereta Sumber : Analisis penulis, 2015 b. Penumpang turun dari kereta c. Pengantar Skema 4.4. Skema Penumpang turun dari kereta Sumber : Analisis penulis, 2015 Skema 4.5. Skema sirkulasi pengantar Sumber : Analisis penulis, 2015 53

d. Pengelola Skema 4.6. Skema sirkulasi Pengelola Sumber : Analisis penulis, 2015 e. Karyawan Skema 4.7 Skema Sirkulasi Karyawan Sumber : Analisis penulis, 2015 f. Ekspedisi barang Skema 4.8 Skema Sirkulasi Ekspedisi barang Sumber : Analisis penulis, 2015 54

4.4 Proyeksi Pengunjung Proyeksi pengunjung sangat dibutuhkan karena hal tersebut sangat terkait dengan jumlah pengunjung yang akan ditampung dalam stasiun. dengan mengkombinasikan hasil analisis pengunjung dengan proyeksi pengunjung, maka akan didapatkan besaran ruang yang dibutuhkan. Adapun dalam penentuan proyeksi pengunjung, proyeksi didapatkan dengan melakukan spekulasi terhadap jumlah kunjungan tertinggi selama beberapa tahun terakhir. yakni dalam hal ini adalah tahun 2014 dengan jumlah kunjungan yang tertera pada table berikut : Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah 1.144.644 1.122.685 1.00.240 848.366 1.146.668 Penumpang Tabel 4.1 Data penumpang stasiun lempuyangan 5 tahun terakhir Sumber : DAOP 6, yogyakarta, 2015 Dimana setiap tahunnya menampung lebih dari 1 juta penumpang, maka dengan prediksi peningkatan pertahunnya 8% pertahun, dapat dihitung perkembangan nya 20 tahun mendatang. Guna sebagai tolok ukur pengembangan redesain staiun besar Lempuyangan dengan perhitungan sebagai berikut : P = Po ( T + r ) P = Jumlah penumpang pada tahun T = Kurun Waktu Penumpang Po = Jumlah penumpang awal tahun r = Presentase Penumpang Proyeksi pengunjung tahun 2034 = 1.238.401 (1+0.08) 20 = 1.238.401 x 4.66 = 5.344.572 Memprediksikan jumlah penumpang 20 tahun kemudian dengan persentase kenaikan penumpang per tahunnya 8%, perhatikan table berikut : 55

Tabel 4.2. Prediksi pengunjung stasiun Lempuyangan 20 tahun mendatang Sumber : Analisis penulis, 2015 Maka dari perhitungan diatas perkiraan per harinya pada tahun 2034, stasiun lempuyangan akan menampung paling sedikitnya 14.642 penumpang. Per jam nya melayani penumpang sebanyak 610 pengunjung, yang dimana terdiri dari penumpang kereta api jarak jauh dan kereta api lokal. Tabel 4.3 Daftar Kereta yang datang dan berangkat dari Lempuyangan Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/stasiun_lempuyangan 56

Maka dapat disimpulkan perlunya peningkatan pelayanan di Stasiun Lempuyangan. Kemudian dibutuhkannya besaran ruangan baru untuk mewadahi kegiatan dalam maupun luar stasiun untuk jangka waktu yang panjang. Untuk bangunan stasiun Lempuyangan lama akan melayani kereta parameks, dan stasiun Lempuyangan yang baru (sisi utara stasiun lama) akan melayani keberangkatan Kereta api jarak jauh (kelas bisnis dan ekonomi). Hal ini bertujuan untuk menghindari terpusatnya kegiatan perkereta apian yang akan berimbas pada besaran lahan dan kepadatan sirkulasi. 4.5 Standar Ruang Stasiun Berikut table standar ruang bangunan stasiun : No Nama ruang Standar Minimum Acuan 1 Area tunggu 80% Kapasitas KA + 0.929 m 2 /orang EN 2 Sirkulasi Luas ruangan + 15% luas ruangan EN 3 Panjang Jalur Antrian 4,57 m EN 4 penumpang 0.929 m 2 /orang EN 5 Coffe shop 0,2787 m 2 74,32 m 2 EN 6 Area Sirkulasi 1,4 m 2 x 1,4 m 2 + 20 % nya EN 7 Mobil pribadi 2,5 m x 5 m EN 8 Sepeda motor 1,2 m x 2 m EN 9 Parkir Jangka pendek 80% Kapasitas KA EN (<3jam) 10 Parkir Jangka panjang (>3jam) 15 20 % Kapasitas KA EN Keterangan : EN = Erst Beufert Tabel 4.4 Tabel Standar Ruang Sumber : Data Arsitek Jilid II, Erst Neufert, Transportation Enginering Planning & Design 4.6 Organisasi Ruang Stasiun Skema 4.9 Organisasi Stasiun secara umum Sumber : Data Arsitek Jilid II, Erst Neufert 57

Organisasi Ruang diperoleh dari pertimbangan ukuran site yang memiliki luasan yg cukup besar dan besaran luasan ruang yang dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsi bangunan stasiun Lempuyangan. Maka organisasi ruang yang dibuat, sebagai berikut : a. Lantai 1 (Stasiun Baru) Skema 4.10 Organisasi Lantai 1 Sumber : Analisis penulis, 2016 b. Lantai 1 (Stasiun Lama) Skema 4.11 Organisasi Lantai 1 (stasiun Lama) Sumber : Analisis penulis, 2016 58

c. Lantai 2 Skema 4.10 Organisasi Lantai 1 (stasiun lama) Sumber : Analisis penulis, 2016 4.7 Besaran Ruang Dari perhitungan proyeksi pengunjung stasiun Lempuyangan sebelumnya, telah didapatkan angka penumpang pada tahun 2034 paling minimal penumpang per tahunnya adalah 16.642 orang, dan perjam nya menampung paling sedikit 610 orang. Namun angka tesebut belum ditambah dengan angka pengantar penumpang dan batas maksimal penumpang yang datang. Maka dapat diasumsikan : Jumlah penumpang naik / turun = 610 x 2 Jumlah pengantar / penjemput = 70% x 610 = 1220 (penumpang maksimal) = 427 (pengantar maksimal) = 1647 pengunjung Maka dapat diperkirakan dengan dilihat dari jadwal kedatangan dan keberangkatan dapat diketahui frekuensi keberangkatan dalam satu jamnya sehingga kepadatan masksimal dapat dijadikan patokan untuk besaran ruang dalam setasiun. 1. Hall / Lobby Kepadatan Hall setiap 30 menit (1/2 jam) sebesar 1647/2 = 824 orang. Satu orang perlu 0,9 m 2, sehingga terdapat luasan 0,9 m 2 / orang x 824 orang = 741 m 2. Sirkulasi 20% x 741 m 2 = 148 m 2. Total Luasan Hall = 741 +148 = 889 m 2 2. Ruang tunggu Jumlah pengunjung stasiun = 1647 (0,9 m 2 / orang), maka luas kebutuhan ruang tunggu 1647 x 0,9 m 2 = 1482 m 2. 3. Loket 59

Sesuai dengan manajemen pengelolaan PT KAI, sisttem distribusi tiket dilepas secara online, jadi penumpang di loket hanya menukarkan tiket yang dibeli ketika online. Loket dibuka 2 jam sebelum keberangkatan, lama pelayanan 1,5 jam. Kecepatan pelayanan rata-rata 2 menit/ penumpang. Dalam 1,5 jam loket dapat melayani 45 orang. Maka kebutuhan loket 45 orang x 0,9 m 2 = 40 m 2. 4. Peron Jumlah pengunjung 1647, @orang butuh 0,9 m 2, maka kebutuhan luas peron 1647 x o,9 = 1482 m 2, sirkulasi 20% x 1482 = 296 m 2. Luas total 1482 + 296 = 1779 m 2 Panjang peron diperhitungkan dengan jumlah rangkaian kereta sebanyak 10 gerbong, panjang tiap gerbong 20 m, maka didapat 10 x 20 = 200 m. direncanakan ada tambahan 3 peron, lebar peron 5 m. maka 200 x 5 = 1000 m 2. 5. Fasilitas Penunjang Retail souvenir 9 buah @ 9 m2, sehingga butuh luasan 45 m2 Retail makanan, retail kecil berjumlah 15 buah @ 6 m2, sehingga kebutuhan luas retail makanan 120 m2 Restaurant asumsi menampung 24 orang tiap unitnya. Luasan tiap 4 orang standarnya adalah 9 m2, sehingga luasan per unit restaurant 24/4 x 9 = 54 m2. Daerah servis 20% x 54 = 10.8 m2, luas total / unit restaurant 64 m2. Asumsi umlah penumpang yang makan dan minum 20 % x 1647 = 329 orang asumsi lama berada didalam restaurant 30 menit, maka jumlah pemakai 329 : 2 = 164 orang. Maka kebutuhan terhadap restaurant adalah 204 : 32 = 5.14 = 5 buah restaurant. Maka jumlah luasan restoran adalah 324 m2 Bank yang dilayani ATM, asumsi ada 6 buah ATM dengan luasan @ 3 m2, total 18 m2 Ruang Laktasi (ibu menyusui), asumsi ada 2 ruangan dengan @ 12 m2, maka 24 m2 6. Lavatory pria Asumsi jumlah pemakai adalah 10% dari jumlah pengunjung pada jam terpadat 10% x 1647 = 164 orang. Perbandingan pria dan wanita diasumsikan 1:1 atau 164 / 2 = 82 orang. Asumsi pengguna toilet 5 menit/orang, maka dalam satu jam melayani 82 / 12 = 9 orang, kebutuhan urinoir standar 0,7 m2 = 0,7 x 9 = 6 m2. Kebutuhan bilik toilet dengan standar 1,5 m2 / orang = 9 x 12 = 13.5 m2, kebutuhan total lavatory pria 6 + 13.5 = 19.5 m2 ditambah 20% sirkulasi menjadi 13.4 m2 7. Lavatory Wanita Asumsi yang digunakan sama dengan lavatory pria, kebutuhan bilik toilet 1,5 m2 / orang = 9 x 12 = 13.5 m2, kebutuhan total ditambah sirkulasi menjadi 19.5 m2 8. Lavatory difabel Asumsi @toilet 6 m2, dibutuhkan 2 lavatory, maka total nya adalah 12 m2. 60

9. Mushola Asumsi 50 orang, perorang 0,8 m2, maka 50 x 0,8 = 40 m2, Tempat wudlu 9 m2, total luas 49 m2. 10. Parkir Luas parkir dihitung dari jumlah penumpang stasiun jam terpadat ditambah dengan pengantar dan penjemput. Asumsi berkendara mobil 20 % x 3072 = 614 orang, satu mobil menampung 4 orang, sehinga terdapat 153 mobil @ 15 m = 2304 m2, sirkulasi 20% x 2304 = 460 m2. Luas total 2764 m2 Asumsi berkendara motor 30 % x 3072 = 921 orang, satu sepeda motor untuk 2 orang maka terdapat 460 motor @ 3 m2 = 1382 m2, sirkulasi 20% x 1382 = 276 m2. maka luas total parkir 1658 m2 11. Ruang administrasi dan manajerial serta area operasional Stasiun Untuk ukuran luasan standar ruangan ini menggunakan data dari data arsitek dan disesuaikan dengan jumlah pernonil dalam ruangan sehingga dapat diketahui luasan ruangan yang diperlukan. No Ruang Jumlah pelaku Standar m2 / orang Luas m2 1 Kepala stasiun 1 32 32 2 Wakil 1 18 18 3 Sekretaris 11 8 8 4 Tamu 6 3 18 5 Staff 2 8 16 6 Administrasi 6 4 24 7 Keuangan 12 4 48 8 Gudang administrasi - 45 45 9 Rapat 16 8 48 10 Meeting 30 2 60 Jumlah 317 Tabel 4.5 Kebutuhan ruang administrasi dan manajerial Sumber : Analisis penulis, 2015 No Ruang Jumlah pelaku Standar m2 / orang Luas m2 1 PPKA 1 23 23 2 Wakil PPKA 1 14 14 3 Tamu 6 3 18 4 Operasional 10 9 90 5 Komputer 10 9 90 6 Kondektur 6 4 24 61

7 Polisi KA 12 4 48 8 Jaga malam 8 4 32 9 Istirahat Krew 20 6 100 Jumlah 459 Tabel 4.6. Kebutuhan ruang area operasional stasiun Sumber : Analisis penulis, 2015 4.8 Property size Stasiun besar Lempuyangan No Nama ruang Jumlah satuan Luas ( m2 ) 1 Hall / Lobby 1105 2 Ruang tunggu Luar 2764 3 Ruang tunggu dalam (peron) 2211 4 Peron 1000 5 Loket 40 6 Fasilitas Penunjang 7 Kios majalah dan Koran 4 Buah 24 8 Toko souvenir 5 Buah 45 9 Retail makanan 20 Buah 120 10 Restaurant 7 buah 224 11 ATM 6 buah 18 12 Ruang Laktasi 2 buah 12 13 Lavator pria 40 14 Lavatory pria 40 15 Lavatory difabel 4 buah 24 16 Mushola 49 17 Tempat wudlu 9 18 Pakir mobil 2764 19 Parkir motor 1658 20 ruang administrasi dan manajerial 317 21 ruang area operasional stasiun 459 jumlah 13486 Tabel 4.8 Property Size Stasiun besar Lempuyangan Sumber : Analisis penulis, 2015 Dari fasilitas yang diperoleh maka dapat ditentukan besaran ruang yang disesuaikan dengan standar yang ada. Total besaran ruang yang diperoleh untuk bangunan sebesar 13.486 m. 62

4.9 Narasi dan ilustrasi skematik hasil rancangan Setelah melakukan analisis mengenai kondisi fisik yang berada di site Stasiun Lempuyangan, maka dapat diperoleh kesimpulan berupa program baik arsitektural, ataupun fungsional dari rancangan, meliputi: 4.9.1 Rancangan Kawasan Tapak 4.9.2 Rancangan Bangunan 4.9.2.1 Konsep Zonasi Bangunan Skema 4.11 skema rancangan tapak Sumber : Analisis penulis, 2016 Skema 4.12 skema Zoning Stasiun Lempuyangan Sumber : Analisis penulis, 2016 63

a. Zona Selatan Skema 4.13 Bangunan zona selatan Sumber : Analisis penulis, 2016 Zona Seltan merupakan zona yang difokuskan sebagai zona administrasi stasiun. Hal ini bertujuan sebagai memisahkan antara kegiatan yang berhubungan dengan pengelola stasiun dan pengunjung stasiun (penumpang kereta api) dan dizona inipun terdapat 2 bangunan (1 & 2) yang dipertahankan karena termasuk bangunan cagar budaya. Dan bangunan yang terdapat di zona utara meliputi : Bangunan (1) difungsikan sebagai main enterance pada stasiun lama; bangunan (2) difungsikan sebagai area Operasional ; Bangunan (3) berfungsi sebagai area administrasi dan manajerial Stasiun; dan bangunan (4) sebagai area ekspedisi pengiriman barang. b. Zona Utara Skema 4.14 Bangunan zona utara Sumber : Analisis penulis, 2016 Selanjutnya zona utara merupakan zona yang diperuntukan untuk bangunan stasiun baru, dimana lahan yang digunakan merupakan lahan bekas gudang semen. Dan bangunan yang terdapat di zona selatan meliputi : bangunan (4) merupaka area pusat Utilitas stasiun; bangunan (5) merupakan bangunan inti stasiun baru, terdiri 64

dari 2 lantai, lantai 1 difungsikan ebagai ruang tunggu, food court area, ruang laktasi, lavatory, mushola dan untuk lantai 2 untuk boarding area, chek In tiket, dan area yang dapat mengakses peron; bangunan (6) merupakan area loket tiket, plaza, mini market, customer servis. Loket tiket dipisahkan dari bangunan inti bertujuan untuk mengurangi kegiatan yang ada. c. penghubung Untuk memaksimalkan fungsi bangunan ini, maka dibutuhkan penghubung antara zona utara dan zona selatan dengan tujuan pengguna stasiun dapat mengakses kedua zona dengan mudah, nyaman dan aman. Dengan mempertimbangkan hal diatas maka penulis mengusulkan penghubung berupa jembatan layang yang dapat di akses dari kedua zona, dan jembatan sengaja dibuat layang dengan tujuan keamanan dan kenyamanan pengguna bangunan. d. peron Skema 4.15 penghubung zona utara dan zona selatan Sumber : Analisis penulis, 2016 Zona peron merupakan area yang mewadahi kegiatan penurunan dan pemberangkatan penumpang. Skema 4.16 Zona Peron Sumber : Analisis penulis, 2016 65

4.9.2.2 Konsep Bentuk Massa Bangunan Untuk bentuk massa bangunan stasiun baru penulis mengikuti bentuk asal dari bangunan lama yaitu model stasiun parallel, yaitu stasiun sejajar dengan jalur rel kereta. Hal ini Bertujuan untuk menekan perubahan seminimalkan mungkin. Skema 4.17 skema tata massa stasiun lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2015 4.9.2.3 Konsep Sirkulasi a. Sirkulasi dalam bangunan konsep hubungan ruang dengan pola menembus ruang (bab 2; kajian hubungan ruang) sangat relevan untuk diterapkan pada rancangan baru stadiun Lempuyangan, mengingat ruangan yang ada tidak terpusat pada satu titik saja melainkan tersebar. hal ini disebabkan oleh gerakan perpindahan pengunjung yang dinamis (cepat berpindah) dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Skema 4.18 Skema sirkulasi dalam bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2015 66

b. Sirkulasi kendaraan Skema 4.19 Skema sirkulasi kendaraan Sumber : Analisis Penulis, 2015 c. Bentuk dan ruang sirkulasi Bentuk ruang sirkulasi yang muncul sebab dipengaruhi oleh aktifitas pengunjung stasiun sebagai berikut (kajian bab2; bentuk dan ruang sirkulasi) : o Bentuk ruang sirkulasi Terbuka pada salah satu sisi, untuk memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang yang dihubungkan. Gambar 4.4 ruangan bagian main enterance yang memberikan hubungan visual dengan drop off area Sumber : Analisis Penulis, 2015 o Bentuk ruang sirkulasi membentuk koridor tertutup. Bentuk seperti ini terdapat dibagain jembatan penghubung. Bertujuan mengarahkan pengunjung ke peron yang dituju. 67

Gambar 4.5 ruangan jembatan penghubung yang membentuk koridor tertutup. Sumber : Analisis Penulis, 2015 o Bentuk ruang sirkulasi yang terbuka pada kedua sisinya. Hal ini diterapkan pada bagian ruang peron. Gambar 4.6 area peron yang terbuka pada kedua sisinya. Sumber : Analisis Penulis, 2015 4.9.3 Konsep Tata ruang dan pengaturan fasilitas komersial a. Pengembangan tata ruang Pada kondisi eksisting stasiun Lempuyangan (baca : bab III) banyak ruang yang sudah tak mampu untuk menampung kegiatan stasiun dengan normal. Dari hasil Evaluasi Purna Huni pada bab III sangat jelas hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya peminat terhadap transportasi massal kereta api, namun tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai, mulai dari kapasitas ruang tunggu, kapasitas ruang tunggu loket, kapasitas parkir pengunjung dan lain sebagainya. Maka dari itu perlunya pengembangan pada aspek tata ruang yang dapat menunjang kegiatan yang ada dan mengingat stasiun Lempuyangan yang saat ini menyandang gelar sebagai Stasiun Kelas Besar. Jelas hal ini menuntut penulis untuk merancang tata ruang yang baru yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum Stasiun kelas Besar dengan tujuan agar pengunjung, baik calon penumpang maupun staff stasiun sendiri dapat merasakan kenyamanan ketika berkegiatan di dalam stasiun Lempuyangan. 68

Skema 4.23 Pengembangan Tata Ruang Stasiun Lempuyangan Sumber : Analisis Penulis, 2016 69

b. Pengaturan Ruang Fasilitas Komersial Sesuai dengan kajian yang telah dilakukan (lihat : skema 2.1) terkait teori pengaturan ruang fasilitas komersial, maka penulis mengajukan konsep sebagai berikut : Skema 4.24 Pengaturan ruang fasilitas Komersial Sumber : Analisis Penulis, 2016 4.9.4 Konsep Facad Bangunan Skema 4.25 Analisis Facad pada bangunan lama Sumber : Analisis Penulis, 2016 Pada stasiun baru, penerapan bentuk facad yang simetris merupakan reinterpretasi dari desain bangunan eksisting, selain itu repetisi dan penonjolan pada bangunan lama juga sangat terlihat jelas. Oleh sebab itu rancangan fasad bangunan baru harus berupa penerjemahan dari bentuk bangunan lama yang banyak menggunakan bentukan simetris, repetisi pada bukaan, penonjolan pada struktur dan ciri lainnya. Dengan tujuan walaupun kedua massa berbeda bentuk, persamaan bahasa ini menimbulkan korelasi dan hubungan 70

intim secara sejarah dan masa depan. Pada desain stasiun baru, material yang digunakan sebagian besar menggunkana material kaca transparan dan dinding dengan finishing warna soft. hal tersebut dipilih guna menunjukan teknologi pada masa sekarang, sedangkan warna finisging yang soft merupakan penghormatan terhadap karakter bangunan lama. (baca : sub bab 2.3.2) Skema 4.26 Analisis Facad pada bangunan baru Sumber : Analisis Penulis, 2016 4.9.5 Detail Rancangan Selubung Bangunan Skema 4.27 Detail Selubung bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2016 71

4.9.6 Rancangan Interior Bangunan Skema 4.28 Skema rancangan Interior Sumber : Analisis Penulis, 2016 4.9.7 Rancangan Sistem Struktur Skema 4.29 Skema rancangan struktur Sumber : Analisis Penulis, 2016 72

4.9.8 Skema Sistem Utilitas Skema 4.30 Skema Utilitas Sumber : Analisis Penulis, 2016 4.9.9 Skema Akses difabel dan Sirkulasi Vertikal Bangunan Skema 4.31 Skema Sirkulasi Vertikal Bangunan dan akses difabel Sumber : Analisis Penulis, 2016 73

Skema 4.32 Lavatory khusus difabel Sumber : Analisis Penulis, 2016 4.9.10 Skema Penanggulangan Kebakaran dan evakuasi darurat Skema 4.33 Skema penanggulangan Kebakaran dan evakuasi darurat Sumber : Analisis Penulis, 2016 74

4.9.11 Skema Sirkulasi dalam bangunan Skema 4.35 Skema sirkulasi dalam bangunan Sumber : Analisis Penulis, 2016 Skema 4.36 Skema sirkulasi khusus barang (peron diturunkan) Sumber : Analisis Penulis, 2016 75