BAB III ANALISIS SISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dengan cepat dan tepat. Sebelumnya masih banyak pelaksanaan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

DAFTAR TABEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IAPI (2011:319.2) pengertian pengendalian intern adalah

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Satuan pengamatan dan Satuan analisis. Sedangkan yang menjadi satuan analisis adalah sistem pengendalian kredit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT

BAB I PENDAHULUAN. keras, perangkat. lunak dan proses keputusan tersebut menghasilkan sistem. pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan akurat.

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN. Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Pemberian Kredit Dengan Metode Sliding Rate Dan Flat Rate Pada Bank Rakyat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. CABANG PAHLAWAN SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

PERSYARATAN MENGAJUKAN KREDIT DI BANK

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB II BAHAN RUJUKAN

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

DAFTAR ISI v. ABSTRACT.. i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR. iii. DAFTAR SIMBOL. viii DAFTAR TABEL. x DAFTAR GAMBAR. xii DAFTAR LAMPIRAN.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berdasarkan persejuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI. dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat Pengertian Lembaga Keuangan Non- Bank

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pemeriksaan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA UNTUK USAHA DAGANG DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR CABANG PAYAKUMBUH

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

LAMPIRAN. Lampiran 1: Kuisioner untuk Responden Debitur dan Manajer Kredit PT. Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

Tabel 1. Hasil Wawancara. Koperasi Simpan Pinjam TABITA Salatiga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI SYARIAH. pembiayaan/penilaian pembiayaan yang dilakukan yaitu analisis 5C (Character,

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau kelebihan dana (surplus spending unit-ssu) dan menyalurkan kredit kepada

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya (Mangani, K.S:2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yaitu bangku. Bangku inilah

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS TERHADAP PRODUK PEMBIAYAAN USAHA BAGI HASIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisa Sistem Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang sangat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa sistem adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase awal pengembangan sistem. Analisis sitem adalah teknik pemechaan masalah yang menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka 1. Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahanpermasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sehingga dapat diusulkan perbaikannya. 3.2 Prosedur Sistem Yang Sedang Berjalan Adapun sistem yang berjalan pada Bank OCBC NISP sehubungan dengan kegiatan proses pemberian kredit kepada debitur adalah sebagai berikut: 1. Calon debitur mengisi formulir permohonan kredit yang disediakan oleh Marketing Officer, dan menyerahkannya kembali bersamaan dengan 1 Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan & Organisasi Modern, hal 44, 2007 78

79 dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mengajukan kredit berupa KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga), Surat Nikah, Dokumen Agunan, Dokumen Keuangan dan sebagainya. 2. Bagian perkreditan dalam hal ini yaitu seorang Marketing Officer dibantu oleh seorang credit documentation officer / Legal (bagian hukum), menganalisa berkas-berkas yang diberikan oleh calon debitur apakah sesuai dengan persyaratan serta menyelidiki keabsahan berkas. 3. Selanjutnya Marketing Officer melakukan wawancara untuk menggali informasi apakah sesuai dengan fakta di lapangan. 4. Selanjutnya Marketing Officer meminta Appraiser untk melakukan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang dijadikan agunan. 5. Hasil atau informasi-informasi yang diperoleh mencakup informasi tentang identitas calon pemohon, tujuan permohonan, kondisi keuangan, kondisi jaminan dan sebagainya kemudian diinput ke dalam komputer kemudian hasil dari laporan diberikan kepada Business Coordinator untuk dilakukan pengecekan dengan memberikan saran kredit apakah ditolak, dipertimbangkan dengan berbagai syarat atau direkomendasikan. 6. Setelah mendapat persetujuan seperti direkomendasikan atau dipertimbangkan dengan berbagai syarat maka Marketing Officer selanjutnya mengajukan proposal kredit tersebut untuk mendapatkan persetujuan final.

80 7. Setelah mendapatkan hasil berupa Usulan Keputusan Kredit maka proposal tersebut diberikan kepada credit documentation officer untuk melakukan order pengikatan kredit dengan sebelumnya mengecek kembali kelengkapan dokumen serta syarat-syarat yang tercantum pada Usulan Keputusan Kredit tersebut. 8. Setelah seluruh aktifitas pengikatan sempurna dilakukan maka seluruh dokumen diberikan kepada credit admin officer untuk dilakukannya pencairan atas dana kredit tersebut. Untuk lebih jelasnya dari prosedur keputusan pemberian kredit yang sedang berjalan dapat digambarkan dengan flowmap sebagai berikut:

81 Flowmap Berjalan Keputusan Kredit Calon Debitur Marketing Officer Legal Appraiser Admin Credit Komite kredit Formulir Formulir Isi Formulir Formulir Formulir Data-data Formulir, Data Verifikasi Formulir, Data Tidak Lengkap Ya Ya Formulir Data Penyeleksian Formulir, Data Pengecekan Formuiir, Data Tidak Lengkap Data jaminan Formulir, Data Data jaminan Survey Formulir, Data Menghitung Lap Keuangan Laporan, Data Hasil Lap Keuangan Menghitung Credit Rating Lap Keu, Datadata, Lap credit rating A Gambar 3.1 Flow Chart Proses Keputusan Kredit Yang Sedang Berjalan (1)

82 Flowmap Berjalan Keputusan Kredit Calon Debitur Marketing Officer Legal Appraiser Admin Credit Komite kredit A Analisa Lap Hasil analisa lap, credit rating Rekomendasi Tidak Ya Hasil analisa lap, credit rating Hasil analisa lap, credit rating Rekomendasi Hasil Persetujuan (UKK) Hasil Persetujuan (UKK) Membuat surat persetujuan Surat dan UKK Surat dan UKK Order Hasil Pengikatan, UKK Hasil Pengikatan, UKK Realisasi Kredit Hasil realisasi Kredit Gambar 3.1 Flow Chart Proses Keputusan Kredit Yang Sedang Berjalan (2)

83 3.3 Kriteria Penilaian dengan analisis 5C dan 7P Kriteria penilaian dengan analisis 5C dan 7P dimana untuk sub kriteria poin a = 1, poin b = 2, poin c = 3, poin d = 4 dan poin e = 5. 3.3.1 Sub Kriteria 5C 1. Character a. Tidak baik : Watak tidak baik, sifat tidak baik, latar belakang pekerjaan tidak jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke bawah, keadaan keluarga kurang baik dan harmonis. b. Cukup : Watak kurang baik, sifat kurang baik, latar belakang pekerjaan kurang jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke bawah, keadaan keluarga sederhana. c. Sedang : Watak baik, sifat baik, latar belakang pekerjaan jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke bawah, keadaan keluarga sederhana. d. Baik : Watak baik, sifat baik, latar belakang pekerjaan jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke atas, keadaan keluarga baik dan harmonis. e. Sangat baik : Watak sangat baik, sifat sangat baik, latar belakang pekerjaan jelas, cara/gaya hidup tergolong mewah, keadaan keluarga baik dan harmonis. 2. Capacity a. < 1 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah dibawah 1 (satu) kali angsuran.

84 b. 1 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah sama dengan 1 (satu) kali angsuran. c. 2-3 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah berkisar antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) kali angsuran. d. 3 5 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) kali angsuran. e. > 5 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah diatas 5 (lima) kali angsuran. 3. Capital a. Laba < 1 x angsuran : Laporan keuangan nasabah menunjukkan laba dibawah 1 (satu) kali angsuran. b. Laba 1 x angsuran : Laporan keuangan nasabah menunjukkan laba sama dengan 1 (satu) kali angsuran. c. Laba 2 3 x angsuran : Laporan keuangan nasabah menunjukkan laba berkisar antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) kali angsuran. d. Laba 3 5 x angsuran : Laporan keuangan nasabah menunjukkan laba berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) kali angsuran. e. Laba > 5 x angsuran : Laporan keuangan nasabah menunjukkan laba diatas 5 (lima) kali angsuran. 4. Condition a. 30% - 40% : Resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 30% s/d 40%.

85 b. 41% - 55% : Resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 41% s/d 55%. c. 56% - 70% : Resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 56% s/d 70%. d. 71% - 85% : Resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 71% s/d 85%. e. > 86% : Resiko tingkat keamanan atas jaminan diatas 86%. 5. Collateral a. Jaminan < 1 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya dibawah 1 (satu) kali plafond. b. Jaminan 1 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannnya sama dengan 1 (satu) kali plafond. c. Jaminan 1,5 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannnya 1,5 kali plafond. d. Jaminan 2 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya 2 kali plafond. e. Jaminan > 2 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya diatas 2 (dua) kali plafond. 3.3.2 Sub Kriteria 7P 1. Personality a. Wiraswasta < 20 tahun : Jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur dibawah 20 (dua puluh) tahun.

86 b. Wiraswasta 20 25 tahun : Jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur antara 20 (dua puluh) sampai dengan 25 (dua puluh lima) tahun. c. Wiraswasta 25 30 tahun : Jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur antara 25 (dua puluh lima) sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun. d. Wiraswasta 30 35 tahun : Jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur antara 30 (tiga puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) tahun. e. Wiraswasta > 35 tahun : Jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur diatas 35 (tiga puluh lima) tahun. 2. Party a. Hasil trade checking tidak baik : Jika setelah dilakukan trade checking ke buyer dan supplier dinyatakan tidak baik. b. Hasil trade checking cukup : Jika setelah dilakukan trade checking ke buyer dan supplier dinyatakan cukup. c. Hasil trade checking sedang : Jika setelah dilakukan trade checking ke buyer dan supplier dinyatakan sedang. d. Hasil trade checking baik : Jika setelah dilakukan trade checking ke buyer dan supplier dinyatakan baik. e. Hasil trade checking sangat baik : Jika setelah dilakukan trade checking ke buyer dan supplier dinyatakan sangat baik.

87 3. Purpose a. Tujuan untuk pinjaman dinyatakan tidak baik dan tidak sesuai dengan kriteria bank. b. Tujuan untuk pinjaman dinyatakan cukup dan sesuai dengan kriteria bank. c. Tujuan untuk pinjaman dinyatakan sedang dan sesuai dengan kriteria bank. d. Tujuan untuk pinjaman dinyatakan baik dan sesuai dengan kriteria bank. e. Tujuan untuk pinjaman dinyatakan sangat baik dan sesuai dengan kriteria bank. 4. Prospect a. < 2 tahun : Jika lamanya usaha nasabah berjalan dibawah 2 (dua) tahun. b. 2 3 tahun : Jika lamanya usaha nasabah berjalan antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) tahun. c. 3 5 tahun : Jika lamanya usaha nasabah berjalan antara 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun. d. 5 7 tahun : Jika lamanya usaha nasabah berjalan antara 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) tahun. e. > 7 tahun : Jika lamanya usaha nasabah berjalan diatas 7 (tujuh) tahun.

88 5. Payment a. < 1 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah dibawah 1 (satu) kali angsuran. b. 1 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah sama dengan 1 (satu) kali angsuran. c. 2-3 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah berkisar antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) kali angsuran. d. 3 5 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) kali angsuran. e. > 5 x angsuran : Kemampuan membayar angsuran nasabah adalah diatas 5 (lima) kali angsuran. 6. Profitability a. Keuntungan < 1 x angsuran : Keutungan nasabah dibawah 1 (satu) kali angsuran. b. Keuntungan 1 x angsuran : Keutungan nasabah sama dengan 1 (satu) kali angsuran. c. Keuntungan 2 3 x angsuran : Keuntungan nasabah berkisar antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) kali angsuran. d. Keuntungan 3 5 x angsuran : Keutungan nasabah berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) kali angsuran. e. Keuntungan > 5 x angsuran : Keuntungan nasabah diatas 5 (lima) kali angsuran.

89 7. Protection a. Jaminan < 1 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya dibawah 1 (satu) kali plafond. b. Jaminan 1 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannnya sama dengan 1 (satu) kali plafond. c. Jaminan 1,5 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannnya 1,5 kali plafond. d. Jaminan 2 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya 2 kali plafond. e. Jaminan > 2 x plafond : Jika nasabah memiliki jaminan untuk mengcover pinjamannya diatas 2 (dua) kali plafond. 3.4 Studi Kasus Perhitungan Profil Debitur Sebagai penerapan metode profile matching berikut penulis membuat contoh kasus tentang perhitungan nilai debitur menggunakan metode profile matching. Sebagai contoh terdapat 3 calon debitur yang mengajukan pinjaman dengan plafond Rp.200.000.000. Berikut penulis jelaskan contoh 3 profil calon debitur dengan nilai yang berbeda. 3.4.1 Proses-proses Perhitungan Pemetaan Gap Kompetensi Yang dimaksud dengan gap disini adalah beda antara profil debitur dengan profil standar penerima kredit atau dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini. Gap = Profil Debitur Profil Standar Penerima Kredit

90 Sedangkan untuk pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap kriteria mempunyai perhitungan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan untuk tiap kriteria, dimana meliputi: 1. 5C Pada kriteria ini, setelah dilakukan proses perhitungan gap antara profil debitur dengan profil standar penerima kredit untuk masing-masing kriterianya dimana dalam kriteria ini berjumlah 5 sub kriteria, kemudian gap-gap tersebut dikumpulkan menjadi 2 tabel yang terdiri dari: field (-), untuk menempatkan jumlah dari nilai gap yang bernilai negatif, sedangkan field (+), untuk jumlah dari nilai gap yang bernilai positif. Sebagai contoh, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Perhitungan gap untuk kriteria 5C Kriteria 5C No Debitur 1 2 3 4 5 1 D001 3 2 2 5 2 2 D002 5 3 3 1 3 GAP 3 D003 2 5 5 4 4 Profil Standar Penerima Kredit 3 3 3 4 3 (-) (+) 1 D001 0-1 -1 1-1 -3 1 2 D002 2 0 0-3 0-3 2 3 D003-1 2 2 0 1-1 5 2. 7P Cara perhitungan untuk field gap-nya pun sama dengan perhitungan pada kriteria 7P. Contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

91 Tabel 3.2 Perhitungan gap untuk kriteria 7P Kriteria 7P No Debitur 1 2 3 4 5 6 7 1 D001 1 2 4 5 2 2 2 2 D002 3 4 2 1 3 3 3 GAP 3 D003 3 5 3 4 5 5 4 Profil Standar Penerima Kredit 2 4 3 2 3 3 3 (-) (+) 1 D001-1 -2 1 3-1 -1-1 -6 4 2 D002 1 0-1 -1 0 0 0-2 1 3 D003 1 1 0 2 2 2 1 9 3.4.2 Pembobotan Setelah didapatkan tiap gap dari masing-masing debitur maka tiap-tiap profil diberi bobot nilai dengan patokan tabel bobot nilai gap. Seperti bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Bobot Nilai Pembobotan Nilai Selisih Bobot Nilai Keterangan 0 5 Tidak ada Gap (kompetensi sesuai yang dibutuhkan) 1 4,5 Kompetensi Individu kelebihan 1 tingkat / level -1 4 Kompetensi Individu kekurangan 1 tingkat / level 2 3,5 Kompetensi Individu kelebihan 2 tingkat / level -2 3 Kompetensi Individu kekurangan 2 tingkat / level 3 2,5 Kompetensi Individu kelebihan 3 tingkat / level -3 2 Kompetensi Individu kekurangan 3 tingkat / level 4 1,5 Kompetensi Individu kelebihan 4 tingkat / level -4 1 Kompetensi Individu kekurangan 4 tingkat / level Sehingga tiap debitur akan memiliki tabel bobot seperti contoh-contoh tabel yang ada dibawah ini.

92 Tabel 3.4 Perhitungan Nilai Bobot untuk kriteria 5C Profil standar penerima kredit 3 3 3 4 3 D001 0-1 -1 1-1 Nilai GAP 5 4 4 4,5 4 Hasil Bobot D002 2 0 0-3 0 Nilai GAP 3,5 5 5 2 5 Hasil Bobot D003-1 2 2 0 1 Nilai GAP 4 3,5 3,5 5 4,5 Hasil Bobot Tabel 3.5 Perhitungan Nilai Bobot untuk kriteria 7P Profil standar penerima kredit 3 3 4 4 3 4 4 D001-1 -2 1 3-1 -1-1 Nilai GAP 4 3 4,5 2,5 4 4 4 Hasil Bobot D002 1 0-1 -1 0 0 0 Nilai GAP 4,5 5 4 4 5 5 5 Hasil Bobot D003 1 1 0 2 2 2 1 Nilai GAP 4,5 4,5 5 3,5 3,5 3,5 4,5 Hasil Bobot 3.4.3 Perhitungan Core Factor dan Secondary Factor Perhitungan dan pengelompokan Core Factor dan Secondary Factor setelah menentukan nilai gap untuk kedua criteria yaitu kriteria 5C dan 7P dengan cara yang sama. Kemudian tiap kriteria dikelompokkan lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Core Factor dan Secondary Factor. Kriteria 5C yang termasuk Core Factor adalah sub kriteria no 2, 3, 4, 5 Sedangkan untuk Secondary Factor dari sub criteria 5C adalah 1. Tabel 3.6 Perhitungan Nilai Core Factor dan Secondary Factor 5C Sub Core Secondary No 1 2 3 4 5 Kriteria Factor Factor 1 D001 5 4 4 4,5 4 4,125 5,000

93 2 D002 3,5 5 5 2 5 4,250 3,500 3 D003 4 3,5 3,5 5 4,5 4,125 4,000 Untuk criteria 7P yang termasuk Core Factor diantaranya 1, 2, 5, 6, 7 dan secondary factor diantaranya 3, 4. Tabel 3.7 Perhitungan nilai Core Factor dan Secondary Factor 7P Sub Core Secondary No 1 2 3 4 5 6 7 Kriteria Factor Factor 1 D001 4 3 4,5 2,5 4 4 4 3,800 3,500 2 D002 4,5 5 4 4 5 5 5 4,900 4,000 3 D003 4,5 4,5 5 3,5 3,5 3,5 4,5 4,100 4,250 Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, terlebih dahulu telah ditentukan terlebih dahulu sub-kriteria mana yang menjadi core factor sub-kriteria sisanya akan menjadi secondary factor. Kemudian nilai core factor dan secondary factor ini dijumlahkan sesuai rumus. Sehingga didapatkanlah bahwa untuk debitur berkode D001 memiliki core factor 5C rata-rata = 4,12 dan secondary factor 5C rata-rata = 5. Hal yang sama juga dilakukan terhadap kriteria 7P. 3.4.4 Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek Dari hasil perhitungan dari tiap kriteria diatas kemudian dihitung nilai total berdasarkan persentase dari core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Contoh perhitungan dapat dilihat pada rumus di bawah ini : 70 % NC5C + 30 % NS5C = N5C (Nilai Total Kriteria 5C ) 70 % NC7P + 30 % NS7P = N7P (Nilai Total Kriteria 7P )

94 Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai total dapat dilihat pada contoh perhitungan kriteria 5C dan 7P sebagai berikut : Tabel 3.8 Tabel Nilai Total Kriteria 5C No Sub Kriteria NC5C NS5C N5C 1 D001 4,125 5,000 4,387 2 D002 4,250 3,500 4,025 3 D003 4,125 4,000 4,087 Tabel 3.9 Tabel Nilai Total Kriteria 7P No Sub Kriteria NC7P NS7P N7P 1 D001 3,800 3,500 3,710 2 D002 4,900 4,000 4,630 3 D003 4,100 4,250 4,145 3.4.5 Perhitungan Ranking Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang diajukan untuk mengisi suatu tempat tertentu. Penentuan ranking mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini : Ranking = 60 % N5C + 40 % N7P Keterangan : N5C : Nilai 5C N7P : Nilai 7P Sesuai dengan rumus untuk perhitungan ranking di atas maka hasil akhir dari debitur dapat dilihat tabel di bawah ini:

95 Tabel 3.10 Tabel Nilai Total Profil Debitur No Sub Kriteria N5C N7P Hasil 1 D001 4,387 3,710 4,116 2 D002 4,025 4,630 4,267 3 D003 4,087 4,145 4,111 Berdasarkan tabel rangking tabel profile matching tersebut maka yang mendapat kredit dengan nilai plafond Rp.200.000.000 adalah debitur dengan kode D002, untuk D001 mendapatkan 80% dari pengajuan kredit, untuk D003 hanya mendapatkan 60% dari nilai pengajuan kredit dan jika terdapat calon debitur di bawah rangking 3 tidak dapat diloloskan karena nilai rangking tidak termasuk standarisasi aturan Bank. 3.5 Analisa Dokumen Prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit. Secara umum prosedur pemberian kredit sebagai berikut: 1. Pengajuan berkas-berkas a. Pengajuan proposal yang berisi: Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta

96 relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta termasuk pengalamannya dalam mengerjakan berbagai usaha selama ini. b. Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. c. Besarnya kredit dan jangka waktu Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. d. Jaminan kredit Merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit, baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. e. Melampirkan dokumen-dokumen yang meliputi foto copy : 1) Akte Notaris (dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) atau yayasan. 2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan) 3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 4) Laporan Laba Rugi 3 tahun terakhir 5) Bukti diri sebagai pimpinan perusahaan 6) Dokumen Jaminan 7) Rekening koran dan rekening tabungan 6 bulan terakhir 8) Kartu Tanda Penduduk

97 9) Surat Nikah 10) Kartu Keluarga f. Penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar termasuk menyelidiki keabsahan berkas. g. Wawancara awal Merupakan penyidikan kepada calon debitur dengan langsung berhadapan dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. h. On The Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I i. Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. j. Kegiatan analisis dan evaluasi kredit Melakukan analisis dan evaluasi tingkat resiko kredit, dimana dalam analisis tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang

98 identitas calon pemohon, tujuan permohonan, dan riwayat bisnis pemohon. k. Keputusan kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah untuk menentukan apakah kredit akan direkomendasikan, dipertimbangkan atau ditolak. l. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. m. Realisasi kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit dan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. n. Penyaluran/penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan. 3.6 Analisa Kelemahan Sistem Analisa kelemahan sistem penelitian skripsi ini dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan sistem serta mengetahui permasalahan yang sebenarnya mengenai

99 sistem pendukung keputusan pemberian kredit rekening Koran. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh Bank OCBC NISP sebagai berikut: 1. Penilaian kelayakan calon debitur dalam pemberian kredit terlalu mengandalkan laporan keuangan dan kurang melihat sisi pribadi dari calon debitur. 2. Kurangnya penerapan prinsip 5C 7P pada proses penilaian kelayakan calon debitur 3. Membutuhkan waktu yang lama dalam proses penilaian kelayakan calon debitur. 4. Sering terjadi kurang akuratnya penilaian calon debitur yang mengajukan permohonan kredit. 3.7 Analisa Kebutuhan Sistem Analisa kebutuhan sistem sangat dibutuhkan guna menunjang penerapan pada sistem yang baru. Sistem yang baru harus sesuai dengan kebutuhan penilaian kelayakan calon debitur dan dapat menanggulangi kelemahan dari sistem yang berjalan. Sistem yang baru haruslah memiliki metode yang baik dalam melakukan penilaian kelayakan calon debitur dalam menerima pemberian kredit. Selain itu sistem yang baru diharapkan dapat melakukan perhitungan penilaian kelayakan calon debitur dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat menjamin keamanan data calon debitur.