Dampak Penutupan Lokalisasi Bangunsari Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Bangunsari Krembangan, Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PROSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

Hubungan Kondisi Sosial... Isrokiyah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN : 1999 SERI : C.1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

Pasca Berdirinya PT. Semen Indonesia, Tbk. Kajian Ketenagakerjaan di Kecamatan Kerek dan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Mendorong Eksistensi Angkutan Kota Line Di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI WANITA SEBAGAI KEPALA KELUARGA DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT (JURNAL) Oleh NANDA FITRIANI

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

Karakteristik Sosial Ekonomi Kepala Rumah Tangga Di Perumahan Permata Biru Kelurahan Sukarame Tahun 2015

BAB III DESKRIPSI PERDA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN MENGGUNAKAN BANGUNAN ATAU TEMPAT UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN ASUSILA DI KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

illryw Elvi Zuriyani,lV.Si s':

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 15 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

Kata Kunci: Tingkat kesejahteraan, pendapatan, supir angkut batubara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan

a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 284. (1) di hukum penjara selama lamanya sembilan bulan: berlaku padanya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROSTITUSI LIAR DI KELURAHAN SEMPAJA UTARA SAMARINDA. Oleh: MARIYADI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB III METODE PENELITIAN. Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan

FENOMENA PERJUDIAN DI KALANGAN PELAJAR

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG SAKIT JIWA (SUATU STUDI DI DESA TRUCUK KECAMATANTRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014)

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Penyimpangan dari norma norma

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu. Tabel 3.1. Daftar Camat Yang Digunakan Sebagai Responden..

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

SKRIPSI. Diajukan untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Disusun oleh : ISNAENI RIZQI SYAHLITA

By: Efni *Yeni Erita**Nefilinda*** Geography Education Students STKIP PGRI West Sumatra * Lecturer in Geography Education STKIP PGRI West Sumatra **

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

HUBUNGAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kuisioner penelitian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PERATURAN DAERAH KOTA SAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DAN PONOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERZINAHAN DALAM PERSPEKTIF KUHP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

DAMPAK PENUTUPAN LOKALISASI BANGUNSARI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BANGUNSARI KREMBANGAN, SURABAYA Indra Pratama Mahasiswa S-1 Pendidikan Geografi, Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya pratamaindra620@gmail.com Dr. Murtedjo, M.Si Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Kelurahan Dupak Bangunsari merupakan bagian dari Kecamatan Krembangan di Kota Surabaya. Pemilihan daerah penelitian berdasarkan pada kenyataan bahwa daerah tersebut dulunya merupakan tempat lokalisasi dan sekarang sudah beralih fungsi setelah Pemerintah Surabaya menutup tempat lokalisasi tersebut yang berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penutupan lokalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Bangunsari. Penelitian ini termasuk penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga RT 1 pada Kelurahan Bangunsari yang berjumlah 100 kepala keluarga. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan pedoman wawancara, dokumentasi dari instansi terkait dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya penutupan lokalisasi kondisi sosial masyarakat mengalami perubahan dalam hal mata pencaharian. Kondisi ekonomi berdampak pada turunnya tingkat pendapatan yang dulunya tergabung dalam kegiatan lokalisasi. Pendidikan yang rendah, membuat masyarakat sulit untuk mencari pekerjaan di luar bidang lokalisasi, banyak dari mantan pelaku yang beralih menjadi wirausaha. Kata Kunci: Lokalisasi, sosial, ekonomi. Abstract Dupak Bangunsari village a part of Krembangan District at Surabaya Regency. Selection of research areas is based on the fact that the area was once a place of localization and now switching function after the government shut localization Surabaya which have a negative impact on the socioeconomic conditions surrounding communities. The purpose research was to determine the impact of the closure of the localization of the socioeconomic conditions of society Bangunsari. This research was a survey. The population in this study were all heads of families in the village Bangunsari village RT 1 totaling 100 families. The collecting data in this study using the interview, documentation and observation of the Surabaya Goverenment and observation. The results showed that with the closure of the localization of social conditions changed in terms of livelihood. Economic conditions have an impact on the decline in the level of income that was once joined in localization activities. Low education, making it difficult for people looking for a job outside the field of localization, many of the former actors-turned entrepreneur. Keyword: Localization, socio, economic. 1

PENDAHULUAN Masalah lokalisasi atau tempat prostitusi bukanlah hal yang baru di Indonesia. Daldjoeni (1991: 34) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan lokalisasi adalah pemusatan suatu kegiatan pada wilayah yang terbatas. Kemudian Pasha (2006: 107) menambahkan bahwa lokalisasi adalah pemusatan suatu kegiatan pada wilayah yang terbatas, sehingga akan menambah fungsi wilayah yang bersangkutan. Menurut Shadily (1998: 278) prostitusi berarti pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai transaksi perdagangan. Kesimpulan yang didapatkan dari ketiga pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa lokalisasi adalah pemusatan kegiatan pada wilayah yang terbatas dimana terjadi pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai transaksi perdagangan. Prostitusi merupakan salah satu mata pencaharian manusia yang telah berusia sangat tua. Prostitusi dimaknai sebagai tingkah laku yang bebas tanpa kendali dan cabul berupa pelampiasan nafsu seks antara manusia dengan lawan jenisnya tanpa mengenal nilai-nilai kesopanan. Prostitusi dianggap sebagai suatu perilaku yang menyimpang dalam kehidupan masyarakat setelah undang-undang pernikahan atau penataan aturan mengenai relasi seks mulai diterapkan. Hal ini berarti lebih dulu ada jauh sebelum tata aturan tentang perkawinan dibuat dan diberlakukan. Soekanto (1990:102) mengatakan sejak adanya norma perkawinan dalam pergaulan hidup manusia, sejak itu pula gejala penyimpangan dari norma perkawinan dalam masyarakat yang kemudian dikenal dengan prostitusi. Kegiatan prostitusi di kawasan Bangunsari berdampak pada kondisi sosial ekonomi penduduk sekitar Bangunsari. Para pelaku kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi mereka karena akan menambah pendapatan keluarga. Permasalahan di atas, keseluruhnya merupakan hasil dari interaksi ruang dan manusia yang ada di dalamnya. Dampak dari kegiatan prostitusi dapat bersifat positif dan negatif tergantung dari sudut pandangnya. Dampak positif keberadaan lokalisasi prostitusi akan mendorong terbentuknya usaha lain, seperti berdirinya warung yang menyediakan makanan, rokok, minuman keras, dan penginapan atau hotel yang sengaja diperuntukan memberikan fasilitas pelaku prostitusi. Hal ini terjadi pada daerah kecamatan Bangunsari Surabaya. Banyak warga sekitar memanfaatkan kegiatan prostitusi tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokalisasi juga ikut serta memanfaatkan kegiatan tersebut dengan mendirikan warung, tempat hiburan, dan jasa parker. Pangkal hukum pidana Indonesia adalah Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) sebagai apa yang disebut sebagai hukum pidana umum. Di samping itu terdapat pula hukum pidana khusus sebagaimana yang tersebar di berbagai perundangan-undangan lainnya. Berkaitan dengan lokalisasi prostitusi KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu pasal 296 dan pasal 506. Pasal 296 menyatakan barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak lima belas ribu rupiah. Pasal 506 menyatakan barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seseorang wanita dan menjadikannya sebagai pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun. Berdasarkan Undang-undang Hukum Pidana di atas, Walikota Surabaya bekerja sama dengan Kepala Dinas Sosial dan Budaya Kota Surabaya menutup lokalisasi tersebut pada tanggal 21 Desember 2012 dengan harapan daerah tersebut bebas dari kegiatan prostitusi dan membuat masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi dan mempunyai nilai norma-norma keasusilaan. Semenjak dilakukannya penutupan lokalisasi di daerah Bangunsari, terjadi perubahan pola kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Bangunsari dari masih adanya lokalisasi tersebut sampai diadakannya penutupan lokalisasi di wilayah tersebut. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak penutupan lokalisasi Bangunsari terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Bangunsari. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu bentuk teknik penelitian dimana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaanpertanyaan. Jenis, sumber data, dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Data primer yaitu berupa besarnya serapan tenaga kerja, banyaknya masyarakat yang terlibat, dan besar pendapatan. (2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data monografi Kecamatan Krembangan dan data monografi Kelurahan Bangunsari. Analisis data untuk mengetahui dampak penutupan lokalisasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. HASIL PENELITIAN A. Dampak Penutupan Terhadap Kondisi Sosial 1. Perubahan mata pencaharian Perubahan mata pencaharian masyarakat Bangunsari sebelum dan sesudah terjadinya penutupan lokalisasi di daerah tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 : Pekerjaan Penduduk Sebelum Penutupan Lokalisasi Bangunsari No Pekerjaan Jumlah % 1 GM 10 10 2 WTS 46 46 3 Pemilik Wisma 18 18 4 Bar Karaoke 5 5 5 Parkir 15 15 6 Tukang Becak 7 7 2

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan paling banyak sebelum adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari adalah WTS dengan 46 responden dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah Bar Karaoke dengan 4 responden. Pekerjaan setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada table 2 berikut Tabel 2 :Pekerjaan Penduduk Setelah Penutupan Lokalisasi Bangunsari No Pekerjaan Jumlah % 1 Tidak Bekerja 7 7 2 Wira Usaha 62 62 3 Karyawan 31 31 Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan baru yang paling banyak setelah penutupan Lokalisasi Bangunsari berada pada kelompok wirausaha dengan 62 responden, karyawan 31 responden, dan tidak bekerja dengan 7 responden. Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa dengan persaingan kerja dan tingkat pendidikan yang masih kurang untuk bisa bersaing dengan yang lain serta umur responden dan pengalaman yang tidak memenuhi bagi suatu perusahaan, maka dengan suatu upaya membuka usaha sendiri atau wirausaha dinilai oleh masyarakat pilihan yang tepat, karena untuk membuka usaha sendiri tidak diperlukan keahlian khusus maupun pendidikan tinggi untuk dapat menjadi wirausahawan. B. Dampak Penutupan Terhadap Kondisi Ekonomi 1. Pendapatan Pendapatan responden yang diukur berdasarkan penghasilan rata-rata perbulan yang diperoleh kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga. Penutupan lokalisasi Bangunsari berdampak pada turunnya angka rata-rata pendapatan perbulan masyarakat. Tabel 3 dan 4 dapat dilihat perbandingan angka rata-rata pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari. Tabel 3 : Pendapatan rata-rata responden sebelum adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari No Pendapatan Kepala Jumlah % Keluarga 1 >Rp 37.152.500,- 19 19 2 <Rp 37.152.500,- 81 81 Berdasarkan dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata pendapatan kepala keluarga sebelum adanya penutupan lokalisasi >Rp 37.152.500,- yaitu 19 responden atau sebesar 19%. Sedangkan untuk responden yang pendapatan rata-rata <Rp 37.152.500,- yaitu 81 responden atau sebesar 81% dari total keseluruhan jumlah responden. Pendapatan rata-rata setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4 : Pendapatan rata-rata responden sesudah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari No Pendapatan Kepala Jumlah % Keluarga 1 >Rp 8.263.500,- 23 23 2 <Rp 8.263.500,- 77 77 Berdasarkan dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata pendapatan kepala keluarga setelah adanya penutupan lokalisasi mengalami penurunan yaitu Rp 8.263.500,-. Dengan rincian 23 responden yang pendapatan rataratanya >Rp 8.263.500,- atau sebesar 23% dan 77 responden yang pendapatan rata-rata nya < Rp 8.263.500,- atau sebesar 77%. 2. Kebutuhan keluarga a. Sandang Sandang atau pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok setiap manusia. Hal ini disebabkan pakaian dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh manusia, sehingga pakaian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah responden yang kebutuhan sandangnya mencukupi sebanyak 100 responden. Berdasarkn data tersebut diketahui bahwa sebelum adanya penutupan lokalisasi semua responden kebutuhan sandangnya terpenuhi, setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5 : Kebutuhan sandang responden setelah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari Responden 1 Mencukui 45 45 2 Tidak mencukupi 55 55 Berdasarkan tabel kebutuhan sandang responden yang mencukupi sebanyak 45 responden dan yang tidak mencukupi sebanyak 55 responden. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan bahwa adanya penutupan lokalisasi berdampak negatif pada kebutuhan sandang keluarga. b. Pangan Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan keadaan fisik dan jasmani manusia yang tidak dapat ditunda-tunda pemenuhannya. Kebutuhan pangan yang tidak terpenuhi, akan membuat seseorang akan menjadi kurang bertenaga atau lemah sehingga tidak dapat melakukan aktivitas yang member penghasilan. Di samping itu, pemenuhan kebutuhan pokok utamanya 3

sangat tergantung dengan jumlah pendapatan rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah responden yang kebutuhan pangannya mencukupi sebanyak 100 responden. Jawaban tersebut diketahui bahwa sebelum adanya penutupan lokalisasi semua responden kebutuhan pangannya mencukupi, setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 : Kebutuhan pangan responden setelah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari Responden 1 Mencukui 55 55 2 Tidak mencukupi 45 45 Berdasarkan tabel di atas kebutuhan pangan responden yang mencukupi sebanyak 55 responden dan yang tidak mencukupi sebanyak 45 responden. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan bahwa adanya penutupan lokalisasi berdampak negatif pada kebutuhan pangan keluarga. c. Papan Kebutuhan papan atau rumah bagi penduduk merupakan salah satu kebutuhan dasar seperti halnya kebutuhan pangan dan sandang. Rumah merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Rumah sebagai tempat tinggal harus memiliki syarat-syarat kesehatan diantaranya yaitu, cukup mendapatkan sinar matahari dan ventilasi udara yang baik. d. Hiburan Kebutuhan akan hiburan sangat diperlukan setiap individu. Adanya hiburan membuat manusia bisa kembali berpikir jernih dan fresh dalam menjalani semua aktivitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sebanyak 100 responden kebutuhan hiburannya mencukupi dan setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7 : Kebutuhan hiburan responden setelah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari responden 1 Mencukui 20 20 2 Tidak mencukupi 80 80 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 20 responden kebutuhan hiburannya mencukupi dan 80 responden kebutuhan hiburannya tidak mencukupi. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan bahwa adanya penutupan lokalisasi berdampak negatif pada kebutuhan hiburan keluarga. e. Pendidikan Kebutuhan pendidikan merupakan sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kemajuan kehidupan dirinya, lembaga yang dia masuki dan atau untuk kemajuan masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sebanyak 100 responden kebutuhan pendidikan keluarganya mencukupi dan setelah adanya penutupan lokalisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8 : Kebutuhan pendidikan responden setelah adanya penutupan Lokalisasi Bangunsari responden 1 Mencukui 50 50 2 Tidak mencukupi 50 50 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 50 responden kebutuhan pendidikan keluarganya mencukupi dan 50 responden kebutuhan pendidikan keluarganya tidak mencukupi. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan bahwa adanya penutupan lokalisasi berdampak negatif pada kebutuhan pendidikan keluarga. PEMBAHASAN 1. Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Kondisi Sosial Penutupan lokalisasi Bangunsari sangat berdampak pada kondisi sosial masyarakat diantaranya meliputi meliputi berubahnya mata pencaharian masyarakat yang pada awalnya mereka memiliki pekerjaan tetap dengan bisnis prostitusi di tempatnya. Setelah dilakukan penutupan lokalisasi Bangunsari oleh Pemerintah Kota Surabaya kebanyakan warga kehilangan mata pencahariannya yang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Tingkat pendidikan responden yang minim yaitu diantaranya SMA 39% dan SMP 28% membuat masyarakat kesulitan dalam mencari mata pencaharian baru yang sebelumnya 100% responden mempunyai pekerjaan, setelah penutupan terdapat 7% responden yang tidak mempunyai pekerjaan, 31% yang menjadi karyawan, dan 62% yang menjadi wirausaha. Kondisi sosial setiap masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya, hal ini ditentukan oleh keadaan di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat tersebut. Komponenkomponen sosial dalam penelitian ini meliputi pendidikan, jenis kelamin, tanggung jawab keluarga, dan kepadatan penduduk. Bagian dan kondisi sosial yang menjadi perhatian dalam kehidupan bermasyarakat adalah pendidikan, bahkan pemerintah menetapkan wajib belajar 9 tahun. 4

Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh penulis, sebanyak 39% masyarakat memiliki pendidikan terakhir SMA. 28% pendidikan terakhir SMP, 20% SD, dan 10% tidak bersekolah, serta hanya 3% yang memiliki S-1. Hal ini membuktikan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan orang terjun ke dunia prostitusi: tingkat pendidikan, tidak mampu bersaing di dunia kerja, dan tergiur dengan uang yang mudah didapat Jumlah tanggungan keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga, semakin banyak banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan pendidikan keluarga akan semakin banyak, tetapi tidak dapat terpenuhi. Maka didalam keluarga tidak hanya kepala keluarga saja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan itu, tetapi dibantu oleh anggota keluarga lainnya agar kebutuhan keluarganya tercukupi. Pekerjaan para mantan pelaku kegiatan prostitusi di lokalisasi Bangunsari juga mengalami perbaikan sosial. Menurut data survey, sebanyak 62% dari 62 orang eks pelaku kegiatan prostitusi, mereka sudah beralih menjadi pengusaha. Hal ini penulis rasa sangat tepat untuk mereka. Karena dengan tingkat pendidikan yang mereka punya, dan usia mereka yang lebih banyak berada di usia 30 tahun ke atas, membuat mereka sangat sulit untuk dapat bekerja di sebuah perusahaan. Jadi, wirausaha menjadi satu-satunya pilihan untuk mereka agar dapat menyambung hidup. 2. Kondisi ekonomi penduduk setelah adanya penutupan lokalisasi Ditutupnya lokalisasi Bangunsari mempuat kondisi ekonomi masyarakat Bangunsari mengalami penurunan dalam hal pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Angka rata-rata pendapatan perbulan masyarakat Bangunsari sebelum diadakannya penutupan adalah Rp 37.152.500,- Dan setelah diadakannya penutupan adalah Rp 8.263.500,- terlihat jelas sekali penurunan pendapatan masyarakat Bangunsari sebelum dan sesudah penutupan lokalisasi. Penurunan pendapatan juga berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Sebelum adanya penutupan lokalisasi, kebutuhan sandang responden yaitu 100% mencukupi, setelah adanya penutupan lokalisasi hanya 45% responden yang kebutuhan sandangnya mencukupi dan 55% responden yang kebutuhannya tidak mencukupi. Kebutuhan pangan responden juga mngalami penurunan, dari yang sebelum ditutupnya lokalisasi sebanyak 100% responden kebutuhan pangannya mencukupi, setelah penutupan turun menjadi 55% responden yang kebutuhan pangannya mencukupi dan 45% kebutuhan pangan responden yang tidak mencukupi. Kebutuhan papan responden sebelum dan sesudah adanya penutupan tidak terlalu berpengaruh. Kebutuhan hiburan responden dari yang sebelum adanya penutupan yaitu 100% kini menurun menjadi 20% setelah adanya penutupan lokalisasi. Paska penutupan lokalisasi pendapatan masyarakat yang bekerja dalam kegiatan lokalisasi menurun dan membuat biaya pendidikan anak tidak tercukupi. Hal ini membuat tumbuh kembang anak yang butuh belajar menjadi terhambat dikarenakan saat ini lamaran pekerjaan yang diterima memiliki syarat-syarat pendidikan minimal SMA. Namun dengan pendapatan orang tua yang menurun menjadikan anak-anak yang membutuhkan sekolah hingga ke jenjang SMA memerlukan biaya yang cukup banyak. Saat ini apabila pendapatan masyarakat atau orang tua tidak membaik akan membuat anak-anak menjadi putus sekolah. Dalam hal ini kebutuhan sekolah anak hal yang sangat terpenting untuk bekerja. Tanpa adanya pendidikan yang memadai mereka hanya akan menjadikan angka pengangguran bertambah karena tidak memiliki keterampilan atau kemampuan dalam bekerja. PENUTUP Kesimpulan Kondisi sosial penduduk setelah penutupan lokalisasi Bangunsari mengalami perubahan mata pencaharian dari yang dulunya tergabung dalam kegiatan prostitusi menjadi wirausaha dan bekerja di pabrik. Kondisi ekonomi masyarakat Bangunsari mengalami penurunan dalam hal pendapatan dan kesejahteraan keluarga dalam hal sandang, pangan, papan, hiburan, dan pendidikan keluarga. Saran 1. Pendapatan masyarakat Dalam hal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Kelurahan Bangunsari dengan memberikan pelatihan kursus sesuai bidang yang sudah bisa agar lebih ahli dan bisa membuka usaha mandiri seperti menjahit, membuka salon, dan wirausaha. Pemerintah Kota Surabaya juga seharusnya membeli tanah-tanah warga yang ada di lokalisasi agar warga tidak lagi membuka lokalisasi tersebut. 2. Pendidikan masyarakat Bagi warga yang terkena dampak penutupan lokalisasi dan memiliki anak yang masih bersekolah, Pemerintah Kota Surabaya harus memberikan beasiswa agar anakanak bisa melanjutkan sekolah. Pemerintah Kota Surabaya seharusya juga harus memberikan penyuluhan bagi orang tua dan masyarakat sekitar tentang pembelajaran jati diri anak tidak hanya dari sekolah tetapi dengan adanya lingkungan yang tidak sehat dan keluarga akan membuat jati diri anak ikut menyimpang karena lingkungan sekitar sangat berpengaruh besar dalam kehidupan anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Daldjoeni. 1991. Pokok-pokok Geografi Manusia. Bandung: Alumni Pasha. 2006. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Pertumbuhan Melambat Terus Berlanjut. Jakarta: Salemba Empat 5

Shadily, H. 1998. Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus. Jakarta: Ichtiar Van Houve Soekanto. 1990. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Rajawali 6