I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat memerlukan dukungan semua pihak terkait, termasuk perguruan tinggi dan peran aktif para mahasiswanya. Peran perguruan tinggi dan mahasiswa tersebut dapat diwujudkan dengan memunculkan inovasi-inovasi baru di berbagai bidang seperti bidang pertanian, perikanan, peternakan, kedokteran dan teknologi yang kemudian dapat diaplikasikan ke masyarakat. Penerapan inovasi merupakan salah satu upaya dalam proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Campur tangan langsung mahasiswa dalam proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang harus dikembangkan. Apalagi salah satu isi dari tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. Inovasi menjadi kunci pokok pembangunan dan pemberdayaan masyarakat karena kondisinya sebagian masyarakat memang suka terhadap hal-hal yang baru. Di sinilah kemudian mahasiswa mempunyai peran yang cukup signifikan untuk mengembangkan dan menerapkan penelitian yang merupakan bagian dari inovasi. DIKTI (Direktorat Tinggi) setiap tahunnya memberi kesempatan mahasiswa untuk terjun ke masyarakat salah satunya dengan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM). Program pengabdian masyarakat tentu saja sangat bermanfaat. Apalagi kebijakan pemerintah yang cenderung top down saat ini banyak dikritik. PKMM yang digagas oleh mahasiswa diawali dengan survey dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sehingga cenderung bottom up yaitu mendasarkan pada potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Terkait dengan potensi sumber daya, Indonesia sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dengan kondisi agroklimat yang mendukung merupakan negara penghasil berbagai produk tropis seperti kelapa yang juga merupakan salah satu produsen utama di dunia. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Serabut kelapa merupakan hasil samping dan merupakan bagian 1
yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton limbah serabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi serabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Besarnya potensi kelapa yang dimiliki Indonesia membuat peluang pemanfaatan serat serabut kelapa sebagai hasil samping dapat menjadi sebuah usaha yang berprospek cerah dan sangat strategis. Sinergitas dengan masyarakat yang tinggal di daerah yang kaya akan hasil kelapa menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan dan pendampingan dalam rangka diseminasi teknologi terkait pengolahan lebih lanjut serat serabut kelapa menjadi sebuah produk yang inovatif, kreatif dan menjanjikan. Serabut kelapa selama ini secara tradisional hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain yang nilai jualnya masih rendah. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat timbulnya ide untuk memanfaatkan serat serabut kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bantal yang empuk, murah dan menyehatkan serta bahan baku papan partikel. Pembuatan serat serabut kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan bantal dan papan partikel ini didasarkan pada bahan baku kelapa yang melimpah. Yogyakarta merupakan salah satu produsen kelapa yang cukup besar dimana tanaman kelapa cukup melimpah terutama di Kulon Progo. Sebaran jumlah komoditi kelapa di propinsi Yogyakarta tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Kelapa Daerah Istimewa Yogyakarta No. Nama kabupaten/kota Produksi kelapa (ton) Persentase (%) 1. Bantul 11.748 24,36 2. Kota Yogyakarta 22 0,05 3. Kulon Progo 24.155 50,08 4. Gunung Kidul 3.831 7,94 5. Sleman 8.476 17,57 Jumlah 48.232 100,00 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2006-2008, Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta (bkpm.go.id) 2
Serabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bantal serabut kelapa yang lebih dikenal dengan sebutan cocopillow. Inovasi ini telah mulai dirintis di salah satu daerah di Kabupaten Kulon Progo melalui salah satu kegiatan PKMM pada tahun 2012. Pelaksaan kegiatan PKMM dikemas dalam rangkaian kegiatan pelatihan. Pelatihan yang dilakukan untuk mengenalkan cocopillow diadakan melalui beberapa tahap kegiatan meliputi sosialisasi, praktik langsung pembuatan bantal, launching, dan juga pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB). Walaupun masyarakat telah diberi pelatihan pembuatan bantal dari limbah serabut kelapa ( cocopillow ), pada perkembangannya pembuatan cocopillow belum optimal. Sebuah inovasi akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan respons dari masyarakat karena masyarakat merupakan pelaku utama dari proses pembangunan masyarakat itu sendiri. B. Perumusan Masalah Pelatihan pembuatan bantal dari limbah serabut kelapa ( cocopillow ) menjadi menarik jika dibandingkan dengan program-program dari berbagai dinas pemerintahan lainnya. Hal ini dikarenakan pembuatan cocopillow diiniasi oleh mahasiswa dan merupakan inovasi baru di bidang pertanian. Program ini berawal dari ide kreatif dan belum pernah ada sebelumnya. Namun, dukungan dari pemerintah daerah dan juga masyarakat menjadi hal yang sangat penting untuk keberlanjutan program. Sampai sejauh ini, belum semua masyarakat terlibat aktif dalam program pelatihan pembuatan bantal dari serabut kelapa. Pemerintah daerah juga masih fokus dengan program lain yang telah mereka rencanakan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo? 2. Bagaimana tingkat respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo? 3
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo? 4. Apakah pelatihan berpengaruh terhadap respons dan apa saja unsur pelatihan yang mempengaruhi respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi inovasi pengolahan limbah serabut kelapa yang dilakukan di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo. 2. Mengetahui tingkat respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo. 4. Mengetahui pengaruh pelatihan terhadap respons dan unsur-unsur pelatihan yang mempengaruhi respons masyarakat terhadap inovasi pengolahan limbah serabut kelapa menjadi cocopillow di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo? D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat diperoleh gambaran mengenai tanggapan masyarakat terhadap program pelatihan pengolahan limbah serabut kelapa sehingga dapat menjadi dasar untuk keberlanjutan program pelatihan. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah setempat dan aparat terkait khususnya dalam menindaklanjuti dan memberikan dukungan terhadap programprogram mandiri dari masyarakat. 4
3. Sebagai bahan studi, tambahan data, informasi dan sebagai bahan pemikiran di dalam penelitian sejenis. 4. Sarana pegembangan pola pikir bagi mahasiswa dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian Fakultas Pertanian UGM. 5