PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011 Musarovah 1, Sri Sugiarsi 2, Moch Arief TQ 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Latar Belakang: RSUD Dr.Moewardi telah menjalankan program Indonesia Case Base Group (INA- CBG) sejak tanggal 19 Oktober 2010 sebagai landasan penghitungan biaya klaim pasien jaminan kesehatan (Jamkesmas). Diabetes Mellitus menduduki peringkat nomor lima pada 10 besar penyakit rawat inap tahun 2011. Pada survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap peserta Jamkesmas yang telah dihitung klaimnya menggunakan paket INA-CBG s rata- rata perbedaan tarif riil dengan tarif paket pasien diabetes mellitus adalah Rp. 1.922.045.75. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tarif riil dengan tarif paket Jamkesmas di RSUD Dr.Moewardi triwulan IV tahun 2011. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dan komparatif dengan rancangan penelitian retrospektif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara acak (Simple Random Sampel). Besar sampel sebanyak 80 dokumen rekam medis yang telah dihitung klaimnya menggunakan paket Jamkesmas (INA- CBG s). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara data tarif riil dan tarif paket jamkesmas (INA CBG s) pada dokumen rekam medis pasien diabetes mellitus peserta jamkemas di RSUD Dr. Moewardi. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan rata- rata tarif riil dengan tarif paket jamkesmas adalah Rp. 669.103.00. hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,007 (< 0,05), sehingga H0 ditolak dan terdapat perbedaan antara tarif riil dengan tarif paket jamkesmas pasien diabetes mellitus triwulan IV tahun 2011 di RSUD Dr. Moewardi. Faktor penyebab perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas di RSUD Dr.Moewardi adalah pada tarif obat, lama perawatan, ketepatan pengodean, Kelas perawatan, jasa medis, dan keberadaan clinical pathway sebagai acuan pemberian pelayanan kepada pasien. Simpulan dan Saran: Terdapat perbedaan rata- rata tarif riil dengan rata-rata tarif paket INA- CBG s sebesar Rp. Rp. 669.103.00. Maka sebaiknya ada konsistensi penetapan tarif riil dan tarif paket jamkesmas khususnya pada pasien diabetes Mellitus. LATAR BELAKANG Berdasarkan UU RI No 36 th 2009 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita bangsa Indonesia. Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan masyarakat, melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan. Oleh karena itu, dibutuhkan program jaminan kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin untuk mewujudkan tujuan pelayanan tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi telah menjalankan program Indonesia Case Base Group (INA- CBG) sejak tanggal 19 Oktober 2010 sebagai landasan penghitungan biaya klaim pasien jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Hal tersebut sesuai dengan peraturan Mentri kesehatan RI no 903/MENKES/PER/V/2011 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat yang berlaku Pasien Rawat Inap...(Musarovah, Dkk) 97
di RSUD Dr.Moewardi. Sedangkan tarif riil yang berlaku di RSUD Dr.Moewardi mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009. Menurut Trisnantoro (2004), tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif paket Jamkesmas adalah tarif yang penghitunganya berdasarkan akumulasi/ penggabungan kode diagnosis (ICD X ) dengan kode tindakan (ICD 9 CM), sedang tarif riil adalah tarif yang penghitunganya per rincian jenis pelayanan. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan tidak efektif dari produksi insulin, hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (Depkes, 2008). Diabetes Mellitus menduduki peringkat nomor lima pada 10 besar penyakit rawat inap di RSUD Dr.Moewardi tahun 2011. Pada survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap peserta Jamkesmas yang telah dihitung klaimnya menggunakan paket INA-CBG rata-rata perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas pasien diabetes mellitus adalah 1.922.045.75. Selain data tersebut, juga diperoleh informasi bahwa pada Triwulan IV tahun 2011 terdapat 400 pasien yang dirawat inap di kelas tiga yang memiliki diagnosis Diabetes Mellitus tipe II. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian retrospektif, yaitu peneliti menggunakan data yang sudah ada. Penelitian ini juga merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas (INA CBG) pada pasien Diabetes Mellitus tipe II. Variabel bebasnya sistem pembiayaan kesehatan. Variabel terikatnya adalah tarif. Populasi dari penelitian ini adalah dokumen rekam medis pasien rawat inap diabetes mellitus triwulan IV tahun 2011. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Besar Sampel 80 dokumen rekam medis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara tentang data tarif riil dan tarif paket jamkesmas (INA - CBG) pasien Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Moewardi. Sumber data pada penelitian ini merupakan data sekunder yaitu berupa tarif riil dan tarif paket Jamkesmas (INA- CBG). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung dan menganalisis biaya pelayanan pasien diabetes mellitus peserta Jamkesmas dengan sistem pembayaran INA- CBG yang diperoleh dari studi dokumen dan wawancara. 1. Teknik Pengolahan Data a. Collecting Dilakukan pengumpulan data mengenai jumlah pasien rawat inap 98 Jurnal Kesehatan, ISSN.1979-9551, VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 97-104
diabetes mellitus yang menggunakan jamkesmas untuk memperoleh data tentang tarif riil maupun tarif paket. b. Editing Setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikoreksi sesuai dengan tujuan penelitian. c. Entering Memasukkan data kedalam program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 16.0 for windows dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Kemudian dilakukan uji statistik Paired T-Test atau Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas pasien Diabetes Mellitus d. Tabulasi (Tabulating) Mengelompokan data yang telah diperoleh kemudian disusun dalam bentuk tabel berdasarkan variabel yang ditelti guna memudahkan analisis data variabel tarif riil dan tarif paket Jamkesmas (INA- CBG s) 2. Analisis Data a. Analisis Deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk mendiskripsikan atau memaparkan gejala hasil penelitian. Analisis ini bertujuan mengetahui jumlah, persentase dan narasi pada tarif riil dan tarif paket jamkesmas (INA- CBG s) b. Analisis Bivariat c. Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu data. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, apabila nilai p > 0,05 maka data berdistribusi normal. d. Uji Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas pasien Diabetes Mellitus dimana keduanya berpasangan adalah menggunakan uji Paired T-Test apabila data berdistribusi normal atau uji Wilcoxon apabila data tidak berdistribusi normal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi Perbedaan Tarif Riil Dengan Tarif Paket Jamkesmas Pasien Diabetes Mellitus Triwulan IV Tahun 2011 Pasien Rawat Inap...(Musarovah, Dkk) 99
Tabel 1. Distribusi Perbedaan Tarif Riil Dengan Tarif Paket Jamkesmas Pasien Diabetes Mellitus Triwulan IV Tahun 2011 No Deskri psi statistic 1 Minim um 2 Maksi mum Jam kes mas 286. 094. 33 17.3 50.8 89.2 0 3 Mean 4.81 4 Std deviasi 5 Sampel (N) 7.70 1.78 2.87 3.08 5.54 Sistem Tarif Riil 25.0 00.0 0 18.1 58.3 87.0 0 5.48 6.80 4.78 4.99 9.70 3.09 80 80 Selisish 261.094. 33 807.497. 80 669.103. 00 2.126.61 7.55 Sumber data: hasil pengolahan data tahun 2011 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 80 data pada tarif riil dan tarif paket INA- CBG s, terdapat selisih perbedaan rata- rata (mean) tarif riil dengan mean tarif paket Jamkesmas sebanyak Rp. 669.103.00. Selain itu juga terdapat selisih perbedaan pada minimum tarif riil dengan tarif paket INA- CBG s sebanyak Rp. 261.094,33 dan selisih maksimum tarif riil dengan tarif paket Jamkesmas adalah Rp. 807.497.80. Untuk mengetahui data berdistribusi normal maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tarif berdistribusi tidak normal (p < 0,05). Tabel 2. Hasil Uji Wilcoxon Z Tarif_Riil tarif_ Jamkesmas -.2.689 a Asymp. Sig.(2-tailed).007 Sumber data: hasil pengolahan data tahun 2011 Berdasarkan hasil uji komparatif dengan menggunakan Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,007 maka Ho ditolak. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tarif riil dengan tarif paket jamkesmas pasien Diabetes Mellitus Triwulan IV tahun 2011 di RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan wawancara peneliti dengan petugas RSUD Dr.Moewardi, faktor penyebab perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas adalah: 1. Tarif Obat Perbedaan tarif obat tersebut karena ada perbedaan cara penghitungan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas. Tarif riil dihitung per rincian jenis pelayanan, jenis pelayanan tersebut meliputi pelayanan medik, kebidanan, asuhan 100 Jurnal Kesehatan, ISSN.1979-9551, VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 97-104
keperawatan, penunjang medik, farmasi, gigi dan mulut dan pelayanan kesehatan lainya. Hal ini sudah ditentukan dalam peraturan daerah No 1 tahun 2009 pasal 13. Sedang tarif paket jamkesmas dihitung berdasarkan akumulasi/ penggabungan kode diagnosis (ICD-X) dan kode tindakan (ICD-9-CM) yang standar tarifnya telah ditetapkan oleh pemerintah pusat (Centre for Casemix Kepmenkes RI). Pada tarif paket jamkesmas untuk pelayanan obat diwajibkan menggunakan obat generik. Hal ini sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1455/Menkes/SK/X/2010 tentang formularium program jaminan kesehatan masyarakat dan peraturan Keputusan Mentri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. 2. Tarif Lama Perawatan. Lama Perawatan juga mempengaruhi perbedaan tarif riil dengan tarif paket jamkesmas Hal tersebut dikarenakan lama perawatan pada tarif riil dihitung per hari, sehingga semakin lama pasien dirawat semakin besar pula biaya perawatannya. Sedangkan pada INA-CBG s lama dirawat sudah ditentukan standarnya (1 bulan), sehingga tarifnya tetap sama dengan kode diagnosis dan kode prosedur pada INA CBG s, karena klaimnya berdasarkan 1 (satu) kode INA- CBg s. Menurut Sudra (2009) dari aspek medis semakin panjang lama dirawat maka dapat menunjang kualitas kerja medis kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama. Sebaliknya bila lama dirawat semakin pendek dapat diambil pengertian bahwa kualitas kinerja medis baik. Namun disisi lain, pendeknya lama dirawat dipengaruhi oleh cara keluar pasien yang menurut pusat pembiayaan dan jaminan kesehatan (2010) terbagi kedalam 5 kategori yaitu sembuh, rujuk, meninggal, pulang paksa dll. Pada aspek ekonomis, semakin semakin panjang lama dirawat berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien atau pihak keluarga. Hal tersebut hanya berlaku pada tarif riil saja, sedangkan pada tarif paket panjang/ pendek lama dirawat tidak berpengaruh terhadap besarnya biaya. 3. Ketepatan Pengkodean Diagnosis Ketepatan pengkodean diagnosis dan prosedur akan mempengaruhi ketepatan tarif pada software INA-CBG s, ketepatan pengodean Pasien Rawat Inap...(Musarovah, Dkk) 101
diagnosis sendiri dipengaruhi oleh ketepatan dan kelengkapan penulisan diagnosis oleh dokter pada dokumen rekam medis, sebagai langkah pengendalian/ pengawasan terhadap ketepatan pengodean. Pengkodean yang tidak tepat akan memicu terjadinya upcoding (Menaikkan kode pada derajat keparahan yang lebih tinggi) yang semakin memperbesar selisih antara tarif riil dengan tarif paket Jamkesmas. Pada pasien jamkesmas diabetes mellitus yang dinyatakan rawat inap klaimnya menggunakan 1 (satu) kode INA CBG s, sedang pasien yang datang dua atau lebih ke instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosis diklaimkan menggunakan satu kode INA CBG s, sehingga tarif pelayanan seimbang dengan INA CBG s. Contoh pengkodean INA CBG s: E- 4-10- II : Penyakit kencing Manis dan gangguan nutrisi (sedang) N- 4-10- III : Penyakit ginjal dan saluran urin (Berat) 4. Kelas Perawatan Pada tarif riil pelayanan rawat inap berdasarkan kelas perawatan dihitung sesuai dengan standar fasilitas masing- masing kelas perawatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di RSUD Dr.Moewardi. Sedang pelayanan rawat inap pada tarif paket jamkesmas diberikan diruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu hal misalnya tidak tersedianya tempat tidur, pasien dirawat dikelas yang lebih tinggi dari kelas III, tetapi pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya kelas III. Hal ini sesuai dengan peraturan Mentri kesehatan RI no 903/MENKES/PER/V/2011 pada bab IV tentang tatalaksana pelayanan kesehatan yang berlaku di RSUD Dr.Moewardi. 5. Jasa Medis Pada pasien rawat inap, besar tarif jasa medis/ jasa pelayanan pada tarif riil sesuai dengan jasa pelayanan yang diberikan termasuk visite dokter, pelayanan tersebut terdiri dari pelayanan sederhana, pelayanan sedang, pelayanan besar, pelayanan canggih, dan pelayanan khusus dengan besar tarif yang berbedabeda. Sedang besar tarif jasa medis pada tarif paket ditetapkan oleh Direktur rumah sakit setinggi- tingginya 44 % sesuai dengan pelayanan yang dilakukan. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan observasi, diagnosis, pengobatan, tindakan medis, perawatan, konsultasi, visite, dan/ 102 Jurnal Kesehatan, ISSN.1979-9551, VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 97-104
atau pelayanan medis lainnya. Hal ini sesuai dengan peraturan Mentri kesehatan RI no 903/MENKES/PER/V/2011 tentang pengelolaan dana. 6. Keberadaan Clinical Pathway Berdasarkan wawancara petugas, RSUD Dr. Moewardi sudah memiliki Clinical Pathway, akan tetapi dalam pelaksanaannya sosialisasinya kurang cukup baik kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap Clinical Pathway. Hal ini dapat mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatan pada pasien dengan kasus yang sama dapat berbeda- beda pada tiap dokter yang menanganinya, misalnya pada acuan lama pasien dirawat, pemberian obat- obatan, pemberian tindakan medis maupun pemeriksaan penunjang. Sehingga mengakibatkan pemberian pelayanan kepada pasien menjadi kurang terkendali/ berlebihan, yang mengakibatkan terjadinya selisih perbedaan antara tarif riil dengan tarif paket jamkesmas. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI No 903/Menkes/Per/V/2011, prinsip dasar pelayanan jamkesmas adalah kendali mutu dan kendali biaya. SIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan yang signifikan antara tarif riil dengan tarif paket INA- CBG s pada pembayaran klaim jamkesmas rawat inap pasien Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Moewardi (p = 0,007). Terdapat perbedaan rata- rata tarif riil dengan ratarata tarif paket INA- CBG s sebesar Rp. Rp. 669.103.00. Faktor penyebab perbedaan tarif riil dengan tarif paket di RSUD Dr.Moewardi adalah pada tarif obat, lama perawatan, ketepatan pengodean, Kelas perawatan, jasa medis, dan keberadaan clinical pathway sebagai acuan pemberian pelayanan kepada pasien. Sosialisasi clinical pathway di RSUD Dr.Moewardi kurang cukup baik kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap clinical pathway. Disarankan ada konsistensi tarif riil dan tarif paket jamkesmas khususnya pasien diabetes mellitus, sebagai langkah pengendalian/ pengawasan terhadap ketepatan pengodean, sebaiknya petugas medis dalam penulisan pada dokumen rekam medis jelas lengkap dan dapat terbaca, sebaiknya tenaga medis lebih memperhatikan Clinical Pathway sebagai acuan perawatan kepada pasien, agar pelayanan yang efektif dan efisien dapat tercapai. Pasien Rawat Inap...(Musarovah, Dkk) 103
KEPUSTAKAAN Arief TQ, M. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Hal 8 54 Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta. Depkes, RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Asuransi Kesehatan Jamkesmas 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: Firmanda. www.scribd.com, Diunduh 13 Juni 2012 Sudra, R I. 2010. Statistik Rumah Sakit. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal: 45-46 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung Trisnantoro, L. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit.yogyakarta: Gadjah mada University press. Hal 146 150 www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus. Diunduh tanggal 10Juni 2012. KemenKes, RI 2010. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI Nomor IR.03.01/I/570710. www.ppjk.depkes.go.id. Diunduh tanggal 27 Mei 2012 MenKes, RI. 2011. Permenkes Nomor 903/MENKES/PER/V/2011. Pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan masyaraka. Hal: 16-19 Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 92-145 Perda Prop Jateng No 1, 2009. Retribusi Pelayanan Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Hal: 12-16 Saputra, L. 2009. Kapita selekta Kedokteran Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Hal: 490 104 Jurnal Kesehatan, ISSN.1979-9551, VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 97-104