BAB I PENDAHULUAN. Di Era moderen ini perkembangan profesi keperawatan di Indonesia menuju

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan keperawatan mengemban

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSD KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

Lisda W. Longgupa 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. terdiri berbagai tenaga profesional untuk memberikan pelayanan jasa yang

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi dari perkembangan media informasi. Berkenaan dengan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang. menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUMAH SAKIT JOGJA KOTA YOGYAKARTA

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era moderen ini perkembangan profesi keperawatan di Indonesia menuju keperawatan profesional telah terjadi restrukturisasi yang mendasar tentang keyakinan dan pandangan perawat terhadap hakekat keperawatan yang meliputi peran, fungsi dan tugas perawat dalam pelayanan kesehatan. Perawat harus mampu menunjukkan keterampilan dan keilmuannya dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan sebagai sebuah profesi yang profesional. Tantangan pada saat ini adalah perawat mampu melaksanankan praktik asuhan keperawatan sejalan dengan teori, keilmuan untuk mengembangkan model proses keperawatan (Kathleen dkk, 2007). Asuhan keperawatan merupakan proses yang kompleks, dilakukan oleh perawat secara sistematis dimulai dari proses pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hal ini dilakukan sesuai tugas dan fungsi seorang perawat. Semua perawat tidak mempunyai kewajiban untuk membuat perencanaan asuhan keperawatan. Tanggungjawab untuk merencanakan atau mengarahkan asuhan keperawatan secara umum dilakukan oleh perawat menejer atau ketua tim, atau dengan praktisi yang secara faktual memberikan asuhan (Basford & Slevin, 2006). Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat adalah mampu untuk melatih, mendukung, mendelegasikan dan mengarahkan staf keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan. Seorang manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen ini merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kepada pasien (Swanburg, 2000). 1

2 Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan. Seorang perawat mungkin bertanggungjawab dalam pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya. Pada model ini kepala ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada kepala ruangan. Seorang perawat sering ditemukan terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu yang sedikit. Oleh karena itu pendelegasian dan pembagian pekerjan diperlukan. Pendelegasian dapat diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2010). Pendelegasian dapat membuat waktu menjadi lebih efisien dan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Pendelegasian harus memperhatikan potensi yang dimilki oleh personel keperawatan. Perawat harus mampu mengetahui batas batas tindakan keperawatan yang bisa dilakukan ketika menerima tugas delegasi. Hal ini ditekankan oleh Kathleen dkk (2007) bahwa dengan mengetahui latar belakang, pengetahuan, keterampilan dan kekuatan staf, perawat dapat mendelegasikan tanggung jawab yang dapat membantu mengembangkan kompetensi masing-masing orang. Pendelegasian dalam praktik keperawatan adalah pemberian tugas atau tanggung jawab kepada perawat untuk melakukan tugas atau prosedur asuhan keperawatan. Pendelegasian tersebut bersifat fungsional yang dilakukan untuk jangka waktu yang pendek dimana pemberi delegasi secara sementara dan terbatas memberikan wewenang kepada perawat yang berkompeten. Proses pendelegasian sering ditemukan mengalami masalah seperti perawat tidak memahami konsekwensi dari tindakan delegasi tersebut.

3 Kesalahan yang sering terjadi adalah pelimpahan tugas yang terlalu sedikit (under delegation), yaitu staf diberi wewenang yang sangat sedikit, terbatas atau sering tidak terlalu jelas. Pemberian delegasi yang berlebihan (over delegation), yaitu pemberian delegasi berlebihan dan tidak sesuai dengan kompetensi penerima delegasi. Pelimpahan yang tidak tepat (unproper delegation), yaitu pemberian tugas kepada perawat yang tidak berkompeten untuk menjalankan tugas tersebut, memberikan tugas pada waktu yang tidak tepat, serta alasan delegasi yang salah. Resiko terjadinya kelalaian atau malpraktek sangat besar jika pendelegasian tidak dilakukan dengan benar. Hal ini juga akan mempengaruhi proses keperawatan, tujuan keperawatan mungkin tidak akan dicapai dengan optimal serta efektivitas kinerja staf akan berkurang yang akan berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima oleh pasien. Penelitian sebelumnya oleh Afriayanti (2013) tentang pendelegasian keperawatan di rumah sakit X. Dari hasil tabulasi data faktor komunikasi yang jelas antara pemimpin dan staf memiliki nilai tertinggi 26,98% dan faktor ketersediaan sumber dan saran memiliki nilai terendah 23,82%. Oleh karena itu pendelegasian yang baik sangat perlu diperhatikan dalam satu organisasi agar mencapai hasil yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan tugas delegasi harus didasari oleh ilmu dan kiat keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang melalui sebuah prosedur yang telah diatur. Semua tindakan keperawatan telah ditetapkan dalam kode etik profesi, standar profesi serta kebijakan dari rumah sakit (Prihardjo, 2006). Saat ini masyarakat mengharapkan pelayanan kesehatan yang baik dan kualitas pelayanan yang optimal sesuai kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat penerima

4 layanan kesehatan. Kepuasan atau hak-hak pasien yang tidak terpenuhi dalam asuhan keperawatan seperti pelayanan yang tidak profesional, tidak etis, ilegal maupun perilaku perawat yang tidak sesuai dengan kode etik keperawatan tidak menutup kemungkinan akan melaporkan/pengaduan baik kepada pimpinan perawat, Departemen Kesehatan, maupun ke badan-badan hukum yang berlaku (ANA, 2003). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan, oleh karena itu dituntut untuk selalu mengembangkan diri, pengetahuan dan profesionalisme. Pengetahuan dan keterampilan akan membentuk kompetensi perawat untuk memberi asuhan keperawatan yang optimal. Pengetahuan dan keterampilan merupakan dasar dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Selain itu tindakan keperawatan memiliki konsekwensi hukum apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya maka seorang perawat harus bertanggung jawab terhadap tindakannya. Oleh karena itu seorang perawat harus memiliki pemikiran yang kritis terhadap tindakan yang akan dilakukannya, tidak hanya berfokus kepada penyelesaian tugas tetapi harus memikirkan dampak lain dari tindakan tersebut (Basford & Slevin, 2006). Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan yang kompeten, aman dan perawatan yang efektif bagi pasien. Oleh karena itu perawat harus memiliki pengetahuan yang digunakan untuk memandu pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat juga harus memiliki sikap yang baik dan profesional dalam menjalankan tugas yang didelegasikan dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut Kothandapani dalam Sunaryo (2004), bahwa struktur sikap terdiri dari komponen kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen perilaku (tindakan). Pelaksanaan tugas delegasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

5 perilaku seorang perawat terhadap pendelegasian. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang bisa diamati langsung maupun yang tidak bisa di amati pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan dan sikap yang professional terhadap pendelegasian. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSI Aisyiyah Malang pada tanggal 1 September 2014 melalui teknik pembagian kuesioner dan wawancara terhadap 10 perawat dapat diketahui sebanyak 100% di RSI Aisyiyah Malang melakukan pendelegasian, baik dari kepala ruangan kepada perawat pelaksana, kepala ruangan kepada penanggung jawab shift maupun dari penanggung jawab shift kepada perawat pelaksana. Di RSI Aysyiah Malang seorang kepala ruangan memimpin dua ruangan sekaligus, hal ini menyebabkan banyaknya beban kerja seorang kepala ruangan, oleh karena itu pembagian kerja atau pendelegasian sangat diperlukan. Hasil studi pendahuluan diketahui sebanyak 70% pendelegasian yang telah dilakukan, perawat tidak membuat laporan kepada kepala ruangan maupun ketua shift jaga. Dilihat dari pengetahuan perawat tentang pendelegasian didapatkan sebanyak 70% perawat tidak memahami tentang pendelegasian dan tujuan dari pendelegasian. Selain itu sikap perawat ketika diberi tugas limpah, 60% perawat mengatakan tidak siap ketika menerima tugas delegasi namun tetap mengerjakan tugas yang diberikan. 30% mengatakan akan menyesuaikan dengan kondisi saat diberi tugas limpah tersebut. 30% perawat ketika diberi tugas limpah mengatakan siap menerima tugas yang diberikan dan menyelesaikan tugas yang didelegasikan.

6 Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk meniliti hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian dengan perilaku perawat dalam pendelegasian. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian dengan perilaku perawat dalam pendelegasian. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian dengan perilaku perawat dalam pendelegasian di RSI Aisyiyah Malang. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang pendelegasian perawat di Rumah Sakit. 2. Mendeskripsikan sikap perawat tentang pendelegasian perawat di Rumah Sakit. 3. Mendeskripsikan perilaku perawat terhadap tugas yang didelegasikan di Rumah Sakit. 4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku perawat di Rumah Sakit. 5. Untuk mengetahui faktor prediktor pengetahuan,sikap dan mutu perilaku perawat dalam pendelegasian.

7 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi Rumah Sakit Sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan manajemen keperawatan di Rumah Sakit khususnya pada pelaksanaan pendelegasian. 1.4.2 Bagi Institusi Sebagai masukan yang bisa dijadikan informasi di bagian akademi/pendidikan untuk kegiatan penelitian di bidang manajemen keperawatan khususnya dalam penelitin manajemen keperawatan tentang pendelegasian. 1.4.3 Bagi Peneliti Sebagai pengalaman belajar dalam menambah pemahaman dan berfikir ilmiah, serta memperdalam kajian tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian terhadap mutu perilaku perawat dalam pendelegasian. 1.4.4 Bagi Profesi Perawat Untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang pendelegasian pada pelayanan kesehatan. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Afriyanti (2013) yang membahas tentang Pengaruh pendelegasian dan supervisi terhadap semangat kerja perawat di rumah sakit X dengan desain penelitian Cross Sectional, subjek penelitian adalah perawat di ruang rawat inap yang berjumlah 78 orang dengan tehknik Cluster Random Sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear ganda yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendelegasian dan supervis terhadap semangat kerja perawat.

8 Perbedaan penelitian oleh afriyanti (2013) dengan penelitian ini adalah pada variabel. Pada penelitian diatas menggunakan variabel independen yaitu pendelegasian dan supervisi dan variabel dependen semangat kerja, sedangkan pada penelitian ini yaitu menggunakan variabel independen pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian dan variabel dependen perilaku perawat dalam pendelegasian. Penelitian diatas menggunakan uji regresi linear ganda, sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi ganda. 2. Penelitian oleh I GST A PUTRI MASTINI (2010) yang membahas tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Beban Kerja dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Irna Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Dengan desain penelitian Cross Sectional. Sampel adalah perawat rawat inap yang ada diruang Medical Surgical. Jumlah sampel adalah 76 orang. Pemilihan sampel dengan metode Accidental Sampling data dikumpulkan menggunakan kuisioner dan hasilnya dianalisi dengan uji Chi Square dan multivariate (regresi logistik). Perbedaan penelitian oleh I GST A PUTRI MASTINI (2010) dengan penelitian ini yaitu Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Beban Kerja Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan, sedangkan pada penelitian ini adalah hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang pendelegasian di RSI Aisyiyah Malang. Penelitian ini menitiberatkan tentang pengetahuan dan sikap tentang pendelegasian terhadap perilaku dalam pendelegasian di RSI Aisyiyah.

9 1.6 Batasan penelitian 6.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah perpaduan dari pengalaman, nilai, informasi konstektual dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru (Setiarso, 2007). 6.2 Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentuatau berprilaku dalam cara tertentu (Sunaryo, 2004 ) 6.3 Perawat Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, 2010). 6.4 Pendelegasian Pendelegasian merupakan pemberian wewenang kepada individu yang kompeten untuk melakukan aktivitas tertentu pada situasi yang ditentukan (Marquis & Huston, 2010). 6.5 Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang bisa diamati langsung maupun yang tidak bisa di amati pihak luar luar (Notoatmodjo, 2007).