BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak masyarakat, yaitu memperoleh akses pelayanan kesehatan. Arah pembangunan dalam bidang kesehatan saat ini difokuskan pada pendekatan upaya preventif, promotif dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan salah satunya adalah menumbuh kembangkan pos pelayanan terpadu (posyandu). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang berjalan atas partisipasi masyarakat atau umum disebut sebagai kader posyandu. Masyarakat melalui kegiatannya sebagai kader diharapkan mampu menjadi penggerak masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam rangka peningkatan status kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Kegiatan yang dilaksanakan dalam posyandu berupa pengamatan status gizi serta tumbuh kembang (Budioro, 2001). Penimbangan balita sebagai salah satu program posyandu bertujuan untuk memantau pertumbuhan anak Indonesia dan mengetahui gangguan pertumbuhan lebih dini seperti gizi buruk (Depkes RI, 2006). Sejak tahun 1974 penimbangan balita dilakukan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS merupakan media yang berisi kurva pertumbuhan normal balita berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang digunakan dalam kegiatan Posyandu setiap bulannya (Permenkes, 2010). Posyandu yang hadir di setiap desa maupun kota nyatanya kurang mendapat perhatian dari masyarakat sebagai sasaran pelayanan. Hasil dari Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa hanya 65,2% masyarakat yang mengetahui keberadaan Posyandu. Sementara itu Sugiharti dan Lestari (2011) menyebutkan beberapa 1
2 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh masayarakat seperti jarak tempuh, sosial ekonomi dan pendidikan. Hidayat dan Jahari dalam penelitiannya menyebutkan pemanfaatan Posyandu ikut mempengaruhi status gizi anak. Keluarga yang melakukan kunjungan dan pemeriksaan rutin di Posyandu menunjukkan status gizi yang lebih baik dan terhindar dari kejadian gizi buruk. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebanyak 6 balita di Pringgokusuman mengalami gizi buruk. Salah satu penyebab terjadinya gizi buruk pada masyarakat adalah kurang berfungsinya Posyandu sehingga pemantauan balita dan ibu hamil tidak berjalan dengan semestinya (Mardiana, 2011). Kurang berfungsinya posyandu disebabkan keterampilan kader yang masih rendah (Sukiarko, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Satoto (2002) menunjukkan bahwa 90% kader masih membuat kesalahan dalam teknik penimbangan yang kurang tepat sesuai prosedur dan hanya 40,7% kader yang mengetahui penggunaan KMS (Fitri dan Mardiana, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Putriani (2013) menyebutkan beberapa faktor mempengaruhi keterampilan kader khususnya dalam menginterpretasikan hasil KMS. Faktor tersebut antara lain usia kader, lama menjadi kader, sikap kader dan pengetahuan kader. Merkouris et al (1999) dalam Mpinga dan Castonay (2011) menyebutkan bahwa mengukur kepuasan pengguna layanan dapat digunakan sebagai alat evaluasi kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien memiliki hubungan yang bermakna dan saling mempengaruhi. Keterampilan kader merupakan salah satu unsur dalam dimensi Service Quality (SERVQUAL) yaitu reliability (kehandalan). Dimensi SERVQUAL yang dinyatakan
3 oleh Parasuraman (1988) dalam Bearden (2010) berisi 5 dimensi besar yang menjadi ciri kualitas jasa, yaitu reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati) dan tangible (kasat mata). Apabila salah satu dari dimensi SERVQUAL tidak terpenuhi dengan baik maka akan menyebabkan kualitas pelayanan kurang optimal. Sehingga dengan memperbaiki aspek-aspek dalam dimensi SERVQUAL sangat diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan (Suryani, 2008) salah satunya dengan mengadakan pelatihan. Metode dalam pelatihan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, sehingga menurut Supariasa (2011) agar tercapai suatu kegiatan pelatihan yang efektif, maka menggunakan metode dengan jumlah lebih dari satu (multi methods) serta menggunakan media yang menarik dan mudah dipahami yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran sangat direkomendasikan. Menurut Yoder dalam Mangkunegara (2009) pelatihan digunakan untuk karyawan yang menjalankan teknis dan pengawas untuk memfasilitasi kemampuan, pengetahuan dan organisasi. Posyandu tidak melakukan rotasi tugas bagi para kader, sehingga jarang terdapat kader yang mampu dan memahami tugasnya secara menyeluruh. Pelatihan Sinau KMS Bersama Kader Posyandu (SISBANDU) terdiri dari berbagai metode. Metode dalam Sisbandu terdiri dari ceramah tanya jawab, demonstrasi, studi kasus dan permainan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta, kader sebelumnya telah diberikan pelatihan dengan metode ceramah dengan bahasan gizi secara umum, namun hal itu belum cukup untuk membantu kader dalam melakukan tugasnya di Posyandu. Lebih lanjut, tidak adanya rotasi jabatan pada kader posyandu menyebabkan kader hanya mengerti tugas tertentu.
4 Pemberian pelatihan Sisbandu yang terdiri dari berbagai metode diharapkan mampu meningkatkan keterampilan kader. Peningkatan keterampilan akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan sehingga menghasilkan kepuasan yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Posyandu di wilayah Puskesmas Gedongtengen oleh kader sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan Sisbandu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pelatihan SISBANDU terhadap kepuasan pengguna layanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen? 1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan SISBANDU terhadap kepuasan pengguna layanan di Posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kepuasan pengguna layanan Posyandu terhadap kualitas pelayanan sebelum dilakukan pelatihan SISBANDU. b. Mengetahui kepuasan pengguna layanan Posyandu terhadap kualitas pelayanan sesudah dilakukan pelatihan Sisbandu.
5 c. Mengetahui tingkat kualitas layanan program Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen. 1. Manfaat teoritis D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan informasi terkait dunia kesehatan terutama keperawatan komunitas tentang peningkatan kualitas dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Memperdalam pengetahuan dan pengalaman dalam praktik penelitian secara ilmiah serta memberikan pandangan tentang upaya peningkatan kualitas dan kepuasan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan khususnya pada tahap pelayanan primer yakni Posyandu dan Puskesmas. b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan respon kepuasan masyarakat terkait kualitas pelayanan sehingga mampu mendorong upaya pihak pemberi pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan program yang lainnya. c. Bagi Institusi Pelayanan kesehatan (Posyandu) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi institusi terkait agar dapat mengupayakan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin kepada masyarakat luas.
6 d. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan posyandu salah satunya dengan mengadakan pelatihan bagi kader. e. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi wawasan dan sumber informasi untuk mengembangkan penelitian-penelitian lain dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ilmu kesehatan di Indonesia terutama mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan di Posyandu khususnya mengenai pengisian buku KMS. E. Keaslian Penelitian 1. Ermaneti (2008) dengan judul Persepsi masyarakat terhadap masalah gizi buruk dan pemanfaatan posyandu sebagai fasilitas pemantauan gizi balita di wilayah kota Padang. Hasil penelitian Ermaneti (2008) adalah pemanfaatan posyandu masih rendah karena dipengaruhi beberapa faktor seperti persepsi masyarakat, waktu pelaksanaan posyandu, belum ada koordinasi dan kerjasama dengan tokoh masyarakat dan ketersediaan tenaga ahli kesehatan. Persamaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian terletak pada pelayanan posyandu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian Ermaneti (2008) merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Rapid Assessment Procedure (RAS). 2. Hasibuan dan Ismayadi (2006) dengan judul Hubungan Program Pelayanan Posyandu Lansia terhadap Tingkat Kepuasan Lanisa di daerah binaan Puskesmas Darussalam Medan. Persamaan penelitian Hasibuan dan Ismayadi (2006) dengan penelitian ini adalah fokus penelitian yang meneliti tingkat kepuasan terhadap
7 layanan di posyandu. Sedangkan perbedaan terletak pada instrumen yang digunakan. Penelitian Hasibuan dan Ismayadi (2006) menggunakan instrumen dari Muninjaya dengan penggabungan instrumen Mc Coll et.al (1996). 3. Kitapci et. al (2014) dengan judul The Impact of Service Quality Dimensions on Patient Satisfaction, Repurchase Intentions and Word-of-Mouth Communication in the Public Healthcare Industry. Hasil penelitian Kitapci et. al (2014) adalah dimensi responsiveness, assurance dan tangibility dalam SERVQUAL berpengaruh dalam membentuk kepuasan pelanggan. Perbedaan penelitian Kitapci et. al (2014) dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti. Kitapci et.al (2014) menambahkan word-of-mouth dan repurchase intention sebagai variabel yang diteliti selain kualitas pelayanan. 4. Aisyati et. al (2007) dengan judul Analisa Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonogiri Menggunakan Metode Fuzzy-SERVQUAL. Hasil dari penelitian Aisyati et. al (2007) adalah dimensi tangible (bukti fisik) memiliki nilai terendah dan perlu diperbaiki segera. Dimensi empathy (empati) memiliki nilai tertinggi yang berarti paling memuaskan konsumen. Penelitian Aisyati et. al (2007) menggunakan SERVQUAL sebagai instrumen penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada instrumen dan setting penelitian, yakni di Rumah Sakit sementara pada penelitian ini dilaksanakan di Posyandu.