BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah menumbuh kembangkan pos pelayanan terpadu (posyandu).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Riset dalam pelayanan pelanggan secara berulang-ulang menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usaha,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

DAFTAR PUSTAKA. Adhi, K.T., Utami, N.W.A., Adnyana, I.M.S. (2016). Pemberdayaan Kader Desa dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, persaingan di dunia bisnis juga mengalami

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat ditingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITAN. semakin ketat yang membuat berbagai rumah sakit berlomba-lomba dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. tantangannya adalah tidak hanya untuk menarik pelanggan baru tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kepuasan pelanggan.perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan. Masing-masing restoran harus mampu menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat pada masih tingginya Angka Kematiam Ibu (AKI) di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

4 METODE PENELITIAN. Kecamatan Taman Sari. Desa C (intervensi) Masing-masing 1 Posyandu: - 4 kader - 31 ibu balita - 31 balita

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

perusahaan-perusahaan jasa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. konsumen melalui penyampaian barang atau jasa yang berkualitas. Pemenuhan kebutuhan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, yang tidak hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. kode etik dan standar, yang dapat menyebabkan pasien puas (Muninjaya, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang jasa pengiriman barang. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terus meningkatkan daya saingnya agar tidak ketinggalan oleh para

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perkembangan posisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang, banyak institusi pendidikan preschool yang. menyediakan berbagai kegiatan bagi anak-anak balita secara lebih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan. elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai pelayanan dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh para guru, hal ini membuktikan bahwa kesadaran akan fungsi dan tugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak masyarakat, yaitu memperoleh akses pelayanan kesehatan. Arah pembangunan dalam bidang kesehatan saat ini difokuskan pada pendekatan upaya preventif, promotif dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan salah satunya adalah menumbuh kembangkan pos pelayanan terpadu (posyandu). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang berjalan atas partisipasi masyarakat atau umum disebut sebagai kader posyandu. Masyarakat melalui kegiatannya sebagai kader diharapkan mampu menjadi penggerak masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam rangka peningkatan status kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Kegiatan yang dilaksanakan dalam posyandu berupa pengamatan status gizi serta tumbuh kembang (Budioro, 2001). Penimbangan balita sebagai salah satu program posyandu bertujuan untuk memantau pertumbuhan anak Indonesia dan mengetahui gangguan pertumbuhan lebih dini seperti gizi buruk (Depkes RI, 2006). Sejak tahun 1974 penimbangan balita dilakukan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS merupakan media yang berisi kurva pertumbuhan normal balita berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang digunakan dalam kegiatan Posyandu setiap bulannya (Permenkes, 2010). Posyandu yang hadir di setiap desa maupun kota nyatanya kurang mendapat perhatian dari masyarakat sebagai sasaran pelayanan. Hasil dari Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa hanya 65,2% masyarakat yang mengetahui keberadaan Posyandu. Sementara itu Sugiharti dan Lestari (2011) menyebutkan beberapa 1

2 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh masayarakat seperti jarak tempuh, sosial ekonomi dan pendidikan. Hidayat dan Jahari dalam penelitiannya menyebutkan pemanfaatan Posyandu ikut mempengaruhi status gizi anak. Keluarga yang melakukan kunjungan dan pemeriksaan rutin di Posyandu menunjukkan status gizi yang lebih baik dan terhindar dari kejadian gizi buruk. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebanyak 6 balita di Pringgokusuman mengalami gizi buruk. Salah satu penyebab terjadinya gizi buruk pada masyarakat adalah kurang berfungsinya Posyandu sehingga pemantauan balita dan ibu hamil tidak berjalan dengan semestinya (Mardiana, 2011). Kurang berfungsinya posyandu disebabkan keterampilan kader yang masih rendah (Sukiarko, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Satoto (2002) menunjukkan bahwa 90% kader masih membuat kesalahan dalam teknik penimbangan yang kurang tepat sesuai prosedur dan hanya 40,7% kader yang mengetahui penggunaan KMS (Fitri dan Mardiana, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Putriani (2013) menyebutkan beberapa faktor mempengaruhi keterampilan kader khususnya dalam menginterpretasikan hasil KMS. Faktor tersebut antara lain usia kader, lama menjadi kader, sikap kader dan pengetahuan kader. Merkouris et al (1999) dalam Mpinga dan Castonay (2011) menyebutkan bahwa mengukur kepuasan pengguna layanan dapat digunakan sebagai alat evaluasi kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien memiliki hubungan yang bermakna dan saling mempengaruhi. Keterampilan kader merupakan salah satu unsur dalam dimensi Service Quality (SERVQUAL) yaitu reliability (kehandalan). Dimensi SERVQUAL yang dinyatakan

3 oleh Parasuraman (1988) dalam Bearden (2010) berisi 5 dimensi besar yang menjadi ciri kualitas jasa, yaitu reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati) dan tangible (kasat mata). Apabila salah satu dari dimensi SERVQUAL tidak terpenuhi dengan baik maka akan menyebabkan kualitas pelayanan kurang optimal. Sehingga dengan memperbaiki aspek-aspek dalam dimensi SERVQUAL sangat diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan (Suryani, 2008) salah satunya dengan mengadakan pelatihan. Metode dalam pelatihan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, sehingga menurut Supariasa (2011) agar tercapai suatu kegiatan pelatihan yang efektif, maka menggunakan metode dengan jumlah lebih dari satu (multi methods) serta menggunakan media yang menarik dan mudah dipahami yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran sangat direkomendasikan. Menurut Yoder dalam Mangkunegara (2009) pelatihan digunakan untuk karyawan yang menjalankan teknis dan pengawas untuk memfasilitasi kemampuan, pengetahuan dan organisasi. Posyandu tidak melakukan rotasi tugas bagi para kader, sehingga jarang terdapat kader yang mampu dan memahami tugasnya secara menyeluruh. Pelatihan Sinau KMS Bersama Kader Posyandu (SISBANDU) terdiri dari berbagai metode. Metode dalam Sisbandu terdiri dari ceramah tanya jawab, demonstrasi, studi kasus dan permainan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta, kader sebelumnya telah diberikan pelatihan dengan metode ceramah dengan bahasan gizi secara umum, namun hal itu belum cukup untuk membantu kader dalam melakukan tugasnya di Posyandu. Lebih lanjut, tidak adanya rotasi jabatan pada kader posyandu menyebabkan kader hanya mengerti tugas tertentu.

4 Pemberian pelatihan Sisbandu yang terdiri dari berbagai metode diharapkan mampu meningkatkan keterampilan kader. Peningkatan keterampilan akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan sehingga menghasilkan kepuasan yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Posyandu di wilayah Puskesmas Gedongtengen oleh kader sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan Sisbandu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pelatihan SISBANDU terhadap kepuasan pengguna layanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen? 1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan SISBANDU terhadap kepuasan pengguna layanan di Posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kepuasan pengguna layanan Posyandu terhadap kualitas pelayanan sebelum dilakukan pelatihan SISBANDU. b. Mengetahui kepuasan pengguna layanan Posyandu terhadap kualitas pelayanan sesudah dilakukan pelatihan Sisbandu.

5 c. Mengetahui tingkat kualitas layanan program Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen. 1. Manfaat teoritis D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan informasi terkait dunia kesehatan terutama keperawatan komunitas tentang peningkatan kualitas dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Memperdalam pengetahuan dan pengalaman dalam praktik penelitian secara ilmiah serta memberikan pandangan tentang upaya peningkatan kualitas dan kepuasan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan khususnya pada tahap pelayanan primer yakni Posyandu dan Puskesmas. b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan respon kepuasan masyarakat terkait kualitas pelayanan sehingga mampu mendorong upaya pihak pemberi pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan program yang lainnya. c. Bagi Institusi Pelayanan kesehatan (Posyandu) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi institusi terkait agar dapat mengupayakan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin kepada masyarakat luas.

6 d. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan posyandu salah satunya dengan mengadakan pelatihan bagi kader. e. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi wawasan dan sumber informasi untuk mengembangkan penelitian-penelitian lain dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ilmu kesehatan di Indonesia terutama mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan di Posyandu khususnya mengenai pengisian buku KMS. E. Keaslian Penelitian 1. Ermaneti (2008) dengan judul Persepsi masyarakat terhadap masalah gizi buruk dan pemanfaatan posyandu sebagai fasilitas pemantauan gizi balita di wilayah kota Padang. Hasil penelitian Ermaneti (2008) adalah pemanfaatan posyandu masih rendah karena dipengaruhi beberapa faktor seperti persepsi masyarakat, waktu pelaksanaan posyandu, belum ada koordinasi dan kerjasama dengan tokoh masyarakat dan ketersediaan tenaga ahli kesehatan. Persamaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian terletak pada pelayanan posyandu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian Ermaneti (2008) merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Rapid Assessment Procedure (RAS). 2. Hasibuan dan Ismayadi (2006) dengan judul Hubungan Program Pelayanan Posyandu Lansia terhadap Tingkat Kepuasan Lanisa di daerah binaan Puskesmas Darussalam Medan. Persamaan penelitian Hasibuan dan Ismayadi (2006) dengan penelitian ini adalah fokus penelitian yang meneliti tingkat kepuasan terhadap

7 layanan di posyandu. Sedangkan perbedaan terletak pada instrumen yang digunakan. Penelitian Hasibuan dan Ismayadi (2006) menggunakan instrumen dari Muninjaya dengan penggabungan instrumen Mc Coll et.al (1996). 3. Kitapci et. al (2014) dengan judul The Impact of Service Quality Dimensions on Patient Satisfaction, Repurchase Intentions and Word-of-Mouth Communication in the Public Healthcare Industry. Hasil penelitian Kitapci et. al (2014) adalah dimensi responsiveness, assurance dan tangibility dalam SERVQUAL berpengaruh dalam membentuk kepuasan pelanggan. Perbedaan penelitian Kitapci et. al (2014) dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti. Kitapci et.al (2014) menambahkan word-of-mouth dan repurchase intention sebagai variabel yang diteliti selain kualitas pelayanan. 4. Aisyati et. al (2007) dengan judul Analisa Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonogiri Menggunakan Metode Fuzzy-SERVQUAL. Hasil dari penelitian Aisyati et. al (2007) adalah dimensi tangible (bukti fisik) memiliki nilai terendah dan perlu diperbaiki segera. Dimensi empathy (empati) memiliki nilai tertinggi yang berarti paling memuaskan konsumen. Penelitian Aisyati et. al (2007) menggunakan SERVQUAL sebagai instrumen penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada instrumen dan setting penelitian, yakni di Rumah Sakit sementara pada penelitian ini dilaksanakan di Posyandu.