Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

P E N U T U P P E N U T U P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur


GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010

Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

Transkripsi:

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan Email: nitanafisah30@gmail.com ABSTRAK Analisis cluster merupakan salah satu teknik interdependensi yang dapat menggambarkan kedekatan jarak atau kemiripan antara objek dan variabel. Analisis cluster terbagi atas dua metode, yaitu hirarki dan nonhirarki. Dalam penelitian ini menggunakan analisis cluster hirarki dengan metode average linkage. Metode ini diterapkan dalam pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan faktor-faktor kemiskinan. Dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur diperoleh hasil metode average linkage sebanyak 3 kelompok, yaitu kelompok tingkat rendah, kelompok tingkat sedang, dan kelompok tingkat tinggi. Kelompok yang terbentuk di antaranya, kelompok tingkat rendah terdiri dari Kabupaten/kota Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Gresik, Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Surabaya dan Kota Batu. Kelompok tingkat sedang terdiri dari Kabupaten/kota Mojokerto, Nganjuk, Lamongan dan Kota Mojokerto. Kelompok tingkat tinggi terdiri dari Kabupaten/kota Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. Kata Kunci: cluster, hirarki, average linkage, faktor-faktor kemiskinan 1. PENDAHULUAN Analisis cluster adalah analisis untuk mengclusterkan elemen yang mirip sebagai objek penelitian cluster yang berbeda dan independent (tidak saling berhubungan). Berbeda dengan analisis diskriminan dimana cluster sudah ditentukan, kemudian suatu fungsi diskriminan dapat dipergunakan untuk menentukan suatu elemen atau obyek harus masuk cluster yang mana (Supranto, 2004). Analisis cluster termasuk dalam multivariat, akan tetapi konsep variat dalam teknik ini berbeda dengan konsep variat teknik-teknik multivariat lainnya. Pada teknik-teknik lain variat diartikan sebagai kombinasi linier berbagai variabel, sedangkan dalam analisis cluster, variat diartikan sebagai sejumlah variabel (yang dianggap sebagai karakteristik) yang dipakai untuk membandingkan sebuah objek dengan obyek lainnya. Jadi dalam analisis cluster, tidak dilakukan pencarian nilai variat secara empiris, sebagaimana pada teknik-teknik multivariat lainnya tetapi tujuan utama analisis cluster untuk menempatkan sekumpulan objek ke dalam dua atau lebih cluster berdasarkan kesamaan-kesamaan objek atas dasar berbagai karakteristik (Simamora, 2005). Metode pengclusteran dalam analisis cluster ada 2, yaitu metode hirarki dan metode nonhirarki. Analisis cluster dengan metode hirarki adalah analisis yang pengclusteran datanya dilakukan dengan cara mengukur jarak kedekatan pada setiap obyek yang kemudian membentuk sebuah degdogram. Jenis analisis cluster dengan metode hirarki ada beberapa macam, diantaranya yaitu metode single linkage, metode complete linkage, metode average linkage, metode centroid, metode ward, dan metode median clustering. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis cluster dengan menggunakan satu metode yaitu average linkage dalam bidang kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan mendasar dan menjadi perhatian serius dari pemerintah. Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan disaat seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu angka melek huruf, tingkat pengangguran terbuka, angka partisipasi sekolah dan pendidikan. Salah satu alasan menggunakan metode average linkage karena metode ini belum banyak dibahas pada penelitian. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Cluster Analisis Cluster adalah salah satu teknik multivariat yang bertujuan mengklasifikasi suatu objek-objek ke dalam suatu kelompok-kelompok yang berbeda antara lain antara kelompok satu dengan lainnya. Objek-objek yang telah memiliki kedekatan jarak relatif sama dengan objek lainnya (Narimawati, 2008). Prosedur pembentukan cluster terbagi menjadi 2, yaitu hirarki dan nonhirarki. Pembentukan cluster hirarki mempunyai sifat sebagai pengembangan suatu hirarki atau struktur mirip pohon bercabang. Metode 31

cluster hirarki merupakan metode pengelompokan yang mana jumlah kelompok yang akan dibuat belum diketahui. Teknik ini diproses dengan baik melalui penggabungan berurutan (agglomerative) atau pembagian berurutan (divissive). Menurut (Johnson, 1967), cara kerja metode cluster hirarki yaitu, diberikan sekumpulan N item yang akan di cluster, dan sebuah matrik N x N yang menyatakan jarak antar item pada N: 1. Mulai dengan membuat cluster sebanyak N, masing-masing cluster mempunyai sebuah item. Misalnya jarak antar cluster sama dengan jarak antar item yang dikandungnya. 2. Cari sepasang cluster yang jaraknya terdekat, dan dijadikan sebuah cluster baru. Jadi sekarang kita mempunyai N 1 cluster. 3. Hitung jarak antar cluster yang baru dengan masing-masing cluster yang lainnya. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai semua item menjadi sebuah cluster dengan N item. Tentunya tidak ada gunanya mempunyai N item yang dikelompokkan menjadi satu cluster besar. 2.2 Metode Average Linkage Metode Average Linkage menghitung jarak dua cluster yang disebut sebagai jarak rata-rata yang mana jarak tersebut dihitung pada masing-masing cluster oleh persamaan berikut: d ( ) == (2.1) ( ) dengan d merupakan jarak antar objek i dalam cluster (UV) dan objek k dalam cluster W. Sedangakan N.( ) dan N berturut-turut merupakan jumlah objek dalam cluster (UV) dan (W) (Johnson dan Wichern, 2007). 2.3 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti. Hal ini berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian (Suliyanto, 2005). Pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi satu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit. Tahap-tahap dalam analisis faktor yaitu pembentukan matriks varians dan kovarians, metode prencipal component, kriteria penentuan jumlah faktor, dan rotasi faktor. 2.4 Metode Principal Component Menurut (Supranto, 2004), metode Principal Component bertujuan untuk mengestimasi parameter pada analisis faktor, yaitu varians spesifik (ψ ( ) ), kumunalitas (h), dan matriks faktor loading(l ( ) ). Matriks varians kovarians yaitu S yang merupakan estimator (penduga) bagi matriks varians kovarians populasi yang tidak diketahui O. Komponen utama analisis faktor pada matriks varians kovarians populasi O memiliki pasangan nilai eigen dan vektor eigen (λ, e ) dimana λ λ λ 0. Misalkan X, X,, X merupakan sampel random yang teramati sebanyak p komponen. Dari data tersebut diperoleh rata-rata sampel x, matriks varians kovarians S, dan matriks korelasi R. 2.5 Kriteria Penentuan Jumlah Faktor Analsis faktor digunakan untuk menghasilkan faktor yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah variabel yang diolah. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah faktor yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berdasarkan nilai eigen, presentase varians, dan scree plot. Kriteria pertama dilakukan berdasarkan nilai eigen. Nilai eigen menunjukkan jumlah varians yang berhubungan pada suatu fakktor. Faktor yang mempunyai nilai eigen lebih dari atau sama dengan 1 akan dipertahankan, dan faktor yang mempunyai nilai kurang dari 1 tidak akan diikutsertakan dalam model, karena variabel yang nilainya kurang dari 1 tidak lebih baik daripada variabel aslinya (Supranto, 2004). Kriteria kedua adalah berdasarkan persentase varians. Jumlah faktor yang diambil ditentukan berdasarkan jumlah kumulatif varians yang telah dicapai. Kriteria ketiga ditentukan berdasarkan scree plot. Scree plot adalah grafik yang menunjukkan relasi antara faktor dengan nilai eigennya. Penentuan kriteria ini dilakukan dengan membuat plot nilai eigen terhadap banyaknya faktor yang akan diekstraksi. 2.6 Uji Kecukupan Data Tahap pertama sebelum masuk ke tahap analisis faktor, sebelumnya perlu dilakukan beberapa asumsi yaitu asumsi kecukupan data dan korelasi antar variabel. Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam laporan penimbangan tersebut adalah cukup secara objektif. Uji Kaiser Mayer Olkin (KMO) bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah diambil cukup untuk difaktorkan. 2.7 Uji Bartlett (Kebebasan Antar Variabel) Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam kasus multivariat. Jika variabel X, X,, X independent (bersifat saling bebas), maka matriks korelasi antar variabel sama dengan matriks identitas. Untuk menguji kebebasan antar variabel ini, uji Bartlett menyatakan hipotesis sebagai berikut: H : P = 1 (Tidak ada korelasi antar variabel) 32

H : P 1 (Ada korelasi antar variabel) 2.8 Principal Component Analysis (PCA) Menurut (Supranto, 2004), PCA merupakan suatu teknik mereduksi data multivariat (banyak data) yang mencari untuk mengubah (mentransformasi) suatu matriks data awal/asli menjadi satu himpunan kombinasi linier yang lebih sedikit, akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varians dari data awal. Tujuan utama dari PCA adalah menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varians data asli dengan sedikit mungkin komponen utama yang disebut faktor. Banyaknya faktor (komponen) yang dapat diekstrak dari data awal/asli adalah sebanyak variabel yang ada. Selain itu, (Yamin, 2011) juga menjelaskan PCA pada dasarnya teknik statistik yang bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya (disebut juga sebagai teknik pereduksian data). Prinsip utama dalam PCA adalah terdapatnya korelasi di antara variabel. Apabila hal ini terjadi, maka ada estimasi peneliti bahwa sesungguhnya beberapa variabel tersebut dapat direduksi. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari (BPS, 2015) yaitu: X : Persentase Angka Melek Huruf. X : Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka. X : Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 16-18 tahun. : Persentase Pendidikan. X 3.2. Langkah-langkah Analisis Data Adapun langkah-langkah analisis data untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor kemiskinan di Kabupaten Lamongan tahun 2015 antara lain: 1. Mengelompokkan faktor-faktor kemiskinan dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut: a. Melakukan penyelidikan apakah terdapat korelasi yang signifikan antar variabel dengan menggunakan uji Barlett dan KMO untuk kelayakan suatu data. b. Melakukan analisis faktor yang menganalisis lebih lanjut variabel-variabel yang dapat menggambarkan kelompok. c. Memperoleh hasil dengan metode cluster hirarki yang digunakan adalah metode Average Linkage. 2. Menarik kesimpulan 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Faktor Sebelum melakukan pengelompokan, maka perlu dilakukan reduksi variabel, karena terdapat varians yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengatasi adanya korelasi antar variabel yang dapat menggangu proses pembentukan kelompok. Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut: 1. Pemilihan Variabel Tahapan pertama sebelum dilakukan analisis cluster pada faktor-faktor kemiskinan, maka perlu dilakukan analisis faktor terlebih dahulu. Analisis faktor bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal sebagai kombinasi linier sejumlah faktor. a) Measure of Sampling Adequacy (MSA) MSA digunakan untuk mengetahui apakah variabel memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Dapat diketahui melalui nilai anti-image correlation matriks sebagai berikut: Tabel 1. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) Variabel MSA Keterangan X1 0,635 Memadai X2 0,795 Memadai X3 0,925 Memadai X4 0,655 Memadai Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai MSA dari setiap variabel. Jika lebih dari 0,5, maka variabel tersebut sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 variabel tersebut dapat digunakan untuk analisis faktor. b) Uji KMO dan Uji Bartlett Penggunaan analisis faktor ini digunakan untuk mereduksi variabel karena adanya korelasi antar variabel. Untuk mengetahui adanya korelasi atau tidak maka dilakukan pengujian independensi menggunakan uji Bartlett dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis: H : ρ = 1 (Tidak ada korelasi antar variabel) H : ρ 1 (Ada korelasi antar variabel) Tabel 2. Hasil KMO dan Uji Bartlett Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar variabel karena nilai p value < α = 5%. Selanjutnya, melakukan pengujian untuk mengetahui apakah jumlah data cukup untuk analisis faktor menggunakan uji KMO, yang mana hasil KMO sebesar 0,702 sehingga nilai KMO > 0,5 dan artinya analisis faktor ini cukup bagus dilakukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis faktor 33

tepat digunakan untuk menyederhanakan kumpulan 4 variabel tersebut. 2. Pembentukan Faktor Tahap berikutnya setelah diperoleh variabel yang memenuhi asumsi analisis faktor, maka langkah selanjutnya adalah membentuk faktor untuk menentukan struktur yang mendasari hubungan antar variabel awal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Penentuan Jumlah Faktor Jumlah faktor yang akan dibentuk ditentukan dengan melakukan kombinasi beberapa kriteria, sehingga diperoleh jumlah faktor yang paling sesuai dengan data. Kriteria pertama yang digunakan untuk penentuan jumlah faktor adalah nilai eigen. Tabel 3. Total Variance Explained Analisis ini menggunakan metode cluster hirarki yaitu metode Average Linkage. Average Linkage merupakan salah satu metode cluster hirarki yang didasarkan pada rata-rata jarak jauh dari seluruh objek pada suatu cluster dengan seluruh objek pada cluster lain. Proses pengclusteran dapat dilakukan dengan SPSS, yaitu dengan tahap agglomerasi sebagai berikut: 1. Angka Melek Huruf Dari Tabel 3 didapatkan nilai eigen yang lebih dari 1 berada pada satu faktor, yaitu faktor 1. Dari kriteria ini dapat diperoleh jumlah faktor yang digunakan adalah sebanyak satu faktor. Kriteria ketiga yaitu penentuan berdasarkan scree plot. Scree plot merupakan nilai plot nilai eigen terhadap jumlah faktor yang diekstraksi. Titik pada tempat dimana scree mulai terjadi menunjukkan banyaknya faktor yang tepat, yaitu ketika scree mulai terlihat mendatar. Gambar 2. Dendrogram Average Linkage Angka Melek Huruf Hasil pada Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil pengelompokan dengan metode average linkage diperoleh 3 kelompok, dengan kelompok 1 terdapat 24 kabupaten/kota, kelompok 2 terdapat 13 kebupaten/kota dan kelompok 3 terdapat 1 kabupaten/kota. 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Gambar 1. Scree Plot Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa titik scree mulai mendatar pada ekstraksi variabel awal pada titik ke-3. Dari kombinasi ketiga kriteria, yaitu nilai eigen, persentase varians total, dan scree plot dapat disimpulkan bahwa ekstraksi faktor yang paling tepat adalah satu faktor. 4.2. Analisis Cluster Hirarki Analisis cluster hirarki merupakan suatu metode yang tidak membutuhkan suatu asumsi yang dibuat dalam jumlah kelompok atau struktur kelompok. Analisis cluster hirarki sendiri merupakan suatu metode pengelompokan yang jumlah kelompok yang akan dibuat belum diketahui. Gambar 3. Dendrogram Average Linkage Tingkat Pengangguran Terbuka Hasil pada Gambar 3 Average Linkage diperoleh 3 kelompok, dengan kelompok 1 terdapat 23 34

kabupaten/kota, kelompok 2 terdapat 11 kabupaten/kota dan kelompok 3 terdapat 4 kabupaten/kota. 3. Angka Partisipasi Sekolah Gambar 4. Dendrogram Average Linkage APS Hasil pada Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil pengelompokan dengan menggunakan metode average linkage diperoleh 3 kelompok, dengan kelompok 1 terdapat 21 kabupaten/kota, kelompok 2 terdapat 3 kabupaten/kota dan kelompok 3 terdapat 14 kabupaten/kota. 4. Pendidikan Gambar 5. Dendrogram Average Linkage Pendidikan Hasil pada Gambar 5 menunjukkan bahwa hasil pengelompokan dengan metode average linkage diperole 3 kelompok, dengan kelompok 1 terdapat 13 kabupaten/kota, kelompok 2 terdapat 21 kabupaten/kota dan kelompok 3 terdapat 4 kabupaten/kota. 4.3. Menentukan Jumlah Cluster dan Anggota Kelompoknya Proses agglomerasi bersifat kompleks, khususnya pada perhitungan koefisien yang melibatkan sekian banyaknya responden dan terus bertambah. Proses agglomerasi pada akhirnya akan menyatukan semua responden menjadi satu cluster. Hanya saja dalam prosesnya dihasilkan beberapa cluster dengan masing-masing anggotanya, tergantung jumlah cluster yang dibentuk. Perincian jumlah cluster dengan anggota yang terbentuk dapat dilihat pada tabel-tabel output SPSS cluster membership dengan metode average linkage sebagai berikut: 1. Angka Melek Huruf Dari tabel cluster membership angka melek huruf dengan metode average linkage dapat disimpulkan bahwa anggota dari masing-masing kelompok adalah: Tabel 4. Anggota ClusterAngka Melek Huruf Kelompok1 Responden 1-26, 28-38 Kelompok 2 Responden 2-7, 10, 14-18, (sedang) 20, 24, 25, 30-38 Kelompok3 Responden 5-7, 16, 18, 24 (tinggi) Dari Tabel 4 diketahui bahwa pada kelompok1 terdiri dari 36 responden, kelompok 2 terdiri dari 24 responden, dan kelompok 3 terdiri dari 6 responden. 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Dari tabel cluster membership tingkat pengangguran terbuka dengan metode average linkage dapat disimpulkan bahwa anggota dari masing-masing kelompok adalah: Tabel 5. Anggota Cluster Tingkat Pengangguran Terbuka Kelompok1 Responden 1-9, 11-29, 31, Kelompok 2 (sedang) 33-35, 37-38 Responden 2, 3, 6, 7, 9, 11, 12, 14-18, 20, 21, 23-26, 31, 33-35, 37 Kelompok 3 Responden 4, 5, 8, 19, 22, (tinggi) 27, 28, 38 Dari Tabel 5 diketahui bahwa pada kelompok1 terdiri dari 33 responden, kelompok 2 terdiri dari 24 responden, dan kelompok 3 terdiri dari 8 responden. 3. Angka Partisipasi Sekolah Dari tabel cluster membershipangka partisipasi sekolah dengan metode average linkage dapat disimpulkan bahwa anggota dari masing-masing kelompok adalah: Tabel 6. Anggota Cluster Angka Partisipasi Sekolah Kelompok 1 Kelompok 2 (sedang) Kelompok 3 (tinggi) Responden 1-14, 18, 22, 23, 26-29, 32, 37, 38 Responden 9, 26, 27 Responden 9, 26, 27 35

Dari Tabel 6 diketahui bahwa pada cluster 1 terdiri dari 24 responden, cluster 2 terdiri dari 3 responden, dan cluster 3 terdiri dari 3 responden. 4. Pendidikan Dari tabel cluster membership pendidikan dengan metode average linkage dapat disimpulkan bahwa anggota dari masing-masing kelompok adalah: Tabel 7. Anggota Cluster Pendidikan Kelompok 1 Responden 1-25, 30-38 Kelompok 2 Responden 2, 8-14, 19, 21- (sedang) 24 Kelompok 3 Responden 26, 28 (tinggi) Dari Tabel 7 diketahui bahwa pada kelompok1 terdiri dari 34 responden, kelompok 2 terdiri dari 13 responden, dan kelompok 3 terdiri dari 2 responden. Berdasarkan hasil perbandingan di atas dengan metode average linkage, maka dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok dari masing-masing cluster yaitu kelompok tingkat rendah terdiri dari Kabupaten/kota Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Gresik, Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Surabaya dan Kota Batu. Kelompok tingkat sedang terdiri dari Kabupaten/kota Mojokerto, Nganjuk, Lamongan dan Kota Mojokerto. Kelompok tingkat tinggi terdiri dari Kabupaten/kota Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini, maka dapatdiambil kesimpulan bahwa hasil metode average linkage menghasilkan 3 kelompok yaitukelompok tingkat rendah, kelompok tingkat sedang dan kelompok tingkat tinggi. Setelah dibandingkan dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok dari masing-masing kelompok yaitu kelompok tingkat rendah terdiri dari Kabupaten/kota Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Gresik, Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Surabaya dan Kota Batu. Kelompok tingkat sedang terdiri dari Kabupaten/kota Mojokerto, Nganjuk, Lamongan dan Kota Mojokerto. Kelompok tingkat tinggi terdiri dari Kabupaten/kota Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. DAFTAR PUSTAKA BPS. (2015). Indeks Faktor-Faktor Kemiskinan pada Tahun 2015. Provinsi Jawa Timur: Badan Pusat Statistik. Johnson dan Wichern. (2007). Applied Multivariate Statistical Analisis 6 Edition. New Jersey: Pretice-Hall, Inc. Johnson, S.C. (1967). Hierarchical Clustering Schemes. New Jersey: Pretice-Hall, Inc. Narimawati, U. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media. Simamora, Bilson. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran Edisi Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Suliyanto. (2005). Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI. Supranto, J. (2004). Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta. Yamin, S.R. (2011). Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Selemba Empat. 36