6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Menurut Ennis (dalam Achmad, 2007), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Sedangkan, menurut Gokhale (2002) dalam penelitiannya Collaborative Learning Enhanches Critical Thinking menyatakan bahwa materi kemampuan berpikir kritis meliputi analisis, sintesis dan evaluasi. 1. Analisis Menurut Ahmad (2007) analisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Kata-kata oprasionalnya meliputi: merinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan, menghubungkan, memilih, menunjukan dan lain-lain (Arikunto, 2009:138). 6
7 Contoh: Jika kubus memiliki volume 343 cm panjang rusuk kubus tersebut diperbesar menjadi 4 kali panjang rusuk semula, tentukan volume kubus yang baru! 2. Sintesis Menurut Ahmad (2007) sintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keteramplian menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol. Kata-kata oprasionalnya meliput: mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, menyusun, mengarang, membangun, menghubungkan, menciptakan, mengoreksi, merancang, memperjelas, merumuskan, membentuk, merangkum, menggabungkan, dan lain-lain (Arikunto, 2009:138). Contoh: Diketahui balok dengan ukuran panjang 3 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 5 cm. a. Berapa volume balok tersebut? b. Jika panjang diubah menjadi 3a cm, lebar diubah menjadi 4b cm, dan tinggi diubah menjadi 5c cm, berapakah volumenya? c. Bagaimanakah jika nilai a = b = c adalah 4? 3. Evaluasi Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep. Kata-kata
8 oprasionalnya meliputi: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengarahkan, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, membuktikan, mengetes, dan memilih (Arikunto, 2006:138). Contoh: Dibawah ini merupakan jaring-jaring kubus yang masih salah. Benarkan jaring-jaring tersebut sehingga menjadi jaring-jaring kubus! Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir secara reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang harus dilakukan melalui kegiatan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. B. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas MC Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai suatu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,2010:241) mengemukakan bahwa PBL merupakan salah satu pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
9 yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Sedangkan, menurut Maffit (dalam Rusman,2010:241) mengemukakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dengan demikian, PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data sehingga siswa mampu berpikir kritis yang meliputi; analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Tujuan Pembelajaran PBL Menurut Tan, Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,2010:242) pembelajaran PBL memiliki tujuan: a) Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah; kerjasama yang dilakukan dalam PBL mendorong munculnya berbagai keterampilan sosial dalam berpikir, b) Pembelajaranan peran orang dewasa; siswa dikondisikan sebagai orang dewasa untuk berpikir dan bekerja dalam memecahkan masalah yang melibatkan siswa dalam pembelajaran nyata, c) Membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri. Selain itu pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan secara terbuka dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke aplikasi, sintesis, analisis, dan menjadikannya sebagai pebelajar mandiri.
10 3. Tahap-Tahap Pembelajaran PBL Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai lima tahap utama yang yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah yang diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Tahap-Tahap Pembelajaran PBL Tahap Indikator ke- 1 Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisir siswa untuk belajar 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Aktivitas guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas penyelesaian masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisirkan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta penyelesaian masalahnya. Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan. (Ibrahim & Nur, dalam Rusman,2010:243)
11 4. Kelebihan Pembelajaran PBL Problem Based Learning (PBL) sering digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya lebih menekankan pada makna dari pada fakta, siswa mengukuhkan haluan diri atau lebih percaya diri dalam suatu masalah, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih dan meningkatkan kecerdasan, siswa akan lebih pandai dalam lisan dan belajar untuk bekerja sama dalam kelompok, menumbuhkan sikap bermotivasi diri, hubungan guru dengan pelajar saling mengisi, dan meningkatkan hasil atau peringkat pembelajaran yang diperoleh siswa. 5. Kelemahan Pembelajaran PBL Disamping kelebihan diatas, pembelajaran PBL juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu siswa akan merasa malas untuk mencoba jika tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, keberhasilan pembelajaran dengan pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, dan tanpa pemahaman pada siswa mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2006: 118-119). C. Materi Penelitian Sesuai dengan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kubus dan Balok merupakan salah satu pokok bahasan matematika di SMP. Pokok bahasan ini diajarkan pada kelas VIII semester 2.
12 Pada mata pembelajaran matematika SMP kelas VIII semester 2 pokok bahasan Kubus dan Balok, indikator pembelajarannya meliputi: a) Siswa dapat mengenal dan menyebutkan unsur-unsur utama pada kubus dan balok, yang meliputi: 1) Bidang dan Rusuk 2) Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang 3) Bidang Diagonal b) Siswa dapat membuat jaring-jaring kubus dan balok serta dapat menentukan pembelajaran kerangka kubus dan balok. c) Siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok. d) Siswa dapat menghitung volume kubus dan balok. e) Siswa dapat menghitung perubahan volume kubus dan balok. D. Kerangka Pemikiran Indikator Kemampuan Berpikir Kritis, meliputi: Analisis Sintesis Evaluasi Berdasarkan hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa dinyatakan masih rendah
13 Diberi perlakuan melalui pembelajaran PBL, adapun langkah-langkah pembelajaran PBL adalah Tahap-1 : Mengorientasi siswa pada masalah Tahap-2 : Mengorganisir siswa untuk belajar Tahap-3 : Membimbimg penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi Tahap-5 : Menganalisi dan mengevaluai proses pemecahan masalah Dengan adanya perlakuan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan indikator-indikator kemampuan ber[pikir kritis tersebut diatas dapat meningkat. Indikator analisis muncul pada tahap 1, dimana guru melakukan orientasi siswa pada masalah dengan memunculkan masalah yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, pada tahap ini siswa menyimak dan mulai berpikir serta menganalisis permasalahan yang diberikan untuk dipecahkannya. Indikator sintesis muncul pada tahap 2, guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang diharapkan dapat membantu siswa untuk lancar berkomunikasi dalam memecahkan masalah. Selanjutnya pada tahap 3, guru membimbing penyelidikan sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kelompok dan mendorong siswa untuk dapat melakukan sintesis terhadap permasalahan sebagaimana tahap dalam berpikir kritis. Kemudian tahap 4, guru membimbing siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya sehingga siswa mampu berpikir sintesis setelah mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Indikator evaluasi muncul pada tahap 5, dimana guru membimbing siswa untuk menyimpulkan atau mengevaluasi proses pemecahan masalah.
14 Pada tahap ini siswa dituntut untuk mengevalusi konsep sesuai dengan materi berpikir kritis. Dengan kerjasama dalam pembelajaran dengan pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan secara terbuka dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. E. Hipotesis Tindakan Melalui pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Sumbang dapat meningkat.