BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu perubahan biologis yang signifikan adalah maturitas organ reproduksi, baik primer maupun sekunder. Maturitas organ reproduksi ini diikuti dengan munculnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual. Salah satu perilaku seksual yang dapat dilakukan oleh remaja tanpa harus berhubungan seksual adalah dengan masturbasi (Gunarsa, 2004). Masturbasi didefinisikan sebagai proses memperoleh kepuasan seks tanpa berhubungan kelamin (Pusat Bahasa, 2008). Penelitian yang dilakukan di salah satu Universitas di Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa dari 288 orang, 286 di antaranya pernah melakukan masturbasi dengan intensitas berbedabeda. Bahkan, di antara 286 orang tersebut, 13 orang melakukan masturbasi sehari sekali dan 8 orang melakukannya beberapa kali dalam sehari (Rahardjo, 2008). Kebanyakan pelakunya adalah laki-laki. Masturbasi yang sudah menjadi kebiasaan akan berdampak buruk bagi pelakunya, di antaranya adalah timbulnya goncangan emosional, mengganggu konsentrasi belajar, dan penyesuaian diri (Sarwono, 2008). Selain itu, remaja yang sudah terbiasa melakukan masturbasi akan sulit untuk menghentikan kegiatan tersebut (Utamadi, 2007). 1
2 Perilaku seksual pada remaja, termasuk masturbasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa perubahan hormonal pada masa pubertas, pengaruh teman sebaya, pemahaman terhadap nilai norma dan keagamaan, pendidikan, pengawasan orang tua, pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi, dan akses media media massa seperti film, majalah, media sosial, atau situs internet yang bermuatan pornografi. Pada jaman yang semakin modern ini, tentunya teknologi informasi semakin berkembang dan sangat mudah untuk diakses, khususnya oleh kalangan remaja yang cenderung tanggap teknologi. Survey yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2014 membuktikan bahwa pengguna internet di Indonesia mayoritas berusia 18-25 tahun (49,0%), yang notabene adalah kalangan remaja (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia, 2015). Internet memang menyediakan banyak kemudahan bagi penggunanya, mulai dari informasi hingga hiburan, semua dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan mudah. Namun, di balik itu semua, internet juga memiliki pengaruh buruk berupa banyaknya konten yang mengandung tindakan asusila, pornografi, dan konten negatif lainnya yang dapat merusak moral (Qomariyah, 2010). Dampak negatif ini sangat berbahaya bagi remaja. Selain belum mampu memilah hal-hal yang baik dan buruk, remaja juga cenderung mudah terpengaruh oleh informasi yang didapatkan saat mengakses internet tanpa mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya. Survey yang dilakukan di Hongkong pada 229 pengguna internet berusia 18-25 tahun, 93% di antaranya menyatakan pernah mengunjungi situs porno (Lam
3 et al., 2009). Persentase ini membuktikan maraknya akses terhadap pornografi di kalangan remaja. Selain itu, 66% situs pornografi tidak dilengkapi dengan peringatan terhadap konten dewasa (National Sexual Violence Resource Center, 2013), sehingga memungkinkan remaja dapat mengakses konten tersebut secara bebas, baik sengaja maupun tidak sengaja. Peran media sosial juga tidak kalah penting dalam kehidupan remaja saat ini. Kemudahan yang ditawarkan untuk berkomunikasi, mencari teman, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri, tentu membuat media sosial mudah diterima masyarakat dan berkembang pesat (Juditha, 2011). Namun, beberapa fitur media sosial yang memungkinkan seseorang untuk mengirim pesan, mengunggah foto atau video, dan memperbarui foto profil, berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan perilaku seksual. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan media sosial bermuatan pornografi dengan frekuensi masturbasi pada remaja pengguna media sosial. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang didapatkan yaitu apakah terdapat hubungan antara paparan media sosial bermuatan pornografi dengan frekuensi masturbasi pada remaja pengguna media sosial?
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan media sosial bermuatan pornografi dengan frekuensi masturbasi di kalangan remaja pengguna media sosial. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui persentase paparan konten pornografi dan persentase masturbasi pada remaja pengguna media sosial. b. Mengetahui hubungan frekuensi paparan media sosial bermuatan pornografi dengan frekuensi masturbasi pada remaja pengguna media sosial. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pencarian di Google Scholar, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara paparan media sosial bermuatan pornografi dengan perilaku seksual berisiko, salah satunya masturbasi, di kalangan remaja pengguna media sosial. Penelitian yang dilakukan (Ybarra & Mitchell, 2014) menunjukkan bahwa paparan konten seksual dari media berkaitan dengan terjadinya hubungan seksual, tetapi tidak termasuk perilaku seksual yang berisiko. Selain itu, paparan media bermuatan seksual ini juga terkait dengan kekerasan seksual, terutama seks yang bersifat koersif atau dengan paksaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Saputri, 2015) menemukan bahwa
5 terdapat hubungan antara pengetahuan tentang seksualitas, penerapan norma sosial, dan paparan pornografi dengan kecenderungan perilaku seks pranikah pada remaja. Beberapa penyebab yang diduga meningkatkan kecenderungan perilaku seks pranikah antara lain karena kurangnya informasi mengenai seksualitas pada remaja tersebut, merosotnya nilai dan norma di masyarakat, serta maraknya penyebaran pornografi di kalangan remaja. (Mariani & Bachtiar, 2010) meneliti mengenai paparan materi pornografi dan perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91% siswa telah terpapar materi pornografi. Perilaku seksual siswa tersebut menunjukkan bahwa 14 persen siswa telah melakukan masturbasi, 45 persen siswa telah berpacaran, dan 13 persen siswa pernah berciuman. Tidak ada siswa yang mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Belum ada penelitian dengan metode pengambilan data dengan kuesioner daring (online) di Indonesia yang menunjukkan hubungan paparan media sosial bermuatan pornografi dengan perilaku seksual (masturbasi) pada remaja pengguna media sosial. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang hubungan paparan media sosial, terutama yang bermuatan pornografi, terhadap frekuensi masturbasi pada remaja yang menggunakan media sosial.
6 Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada orangtua dan masyarakat agar dapat mengarahkan remaja dalam memanfaatkan media sosial dengan selektif dan bertanggung jawab. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pembuat kebijakan dan pembuat perangkat lunak media sosial mengenai pentingnya usaha untuk mengantisipasi pengaruh negatif media sosial terhadap perilaku seksual remaja yang menggunakan media sosial, sehingga media sosial dapat digunakan sebagai media komunikasi dan bertukar informasi terkini secara positif.