TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat kesejahteraan dapat didefinisikan seabagai kondisi agregat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. beragam. Butsi, Soeaidy, dan Hadi (2013) mengungkapkan bahwa efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berbagai kunci karakteristik manusia (Boere, 2008)

METODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Nelayan dan Tengkulak

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI DESA MUNJUNGAGUNG KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI. nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

THE SYSTEM OF REVENUE ON FISHERMEN USING BEACH SEINE IN PADANG COASTAL OF WEST SUMATERA PROVINCE

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA NELAYAN MINI PURSE SEINE DENGAN FISHING BASEDI PPP TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PBAB II URAIAN TEORITIS

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Manfaat... 3

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SERTA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN OLEH PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peraturan Perundang-Undangan Kementrian Kelautan Perikanan RI

3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Metode Kerja 1. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

PENDAPATAN PANCING ULUR (HAND LINE) DI DESA BONGO, KECAMATAN BATUDAA PANTAI, KABUPATEN GORONTALO

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB III METODELOGI PENELITIAN

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAPATAN NELAYAN YANG MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU TANPA MOTOR DI DESA PARANGGI, KECAMATAN AMPIBABO, KABUPATEN PARIGI-MOUTONG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk dapat

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesejahteraan Masyarakat Tingkat kesejahteraan dapat didefinisikan seabagai kondisi agregat dari kepuasan individu-individu. Pengertian dasar itu mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi dalam dua arena perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut bisa direpresentasikan agregat. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Menurut Sunarti (2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relative karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Keterkaitan antara konsep kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka

seseorang sudah dinilai sejahtera, karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan indikator kesejahteraan (Pramata, dkk 2012). Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial. Material maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga Negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmanai, rohani dan soial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Liony, dkk, 2013). Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi masyarakat yang berarti bahwa telah berada pada kondisi yang sejahtera. Pengertian sejahtera itu sendiri adalah kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat, dan damai, sehingga untuk mencapai kondisi itu orang tersebut memerlukan suatu usaha sesuai kemampuan yang dimilikinya. Para ahli ekonomi melihat kesejahteraan sebagai indikasi dari pendapatan individu (flow of income) dan daya beli (purchashing of power) masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini, konsep kesejahteraan memiliki pengertian yang sempit karena dengan hanya melihat pendapatan sebagai indikator kemakmuran ekonomi berarti kesejahteraan dilihat sebagai lawan dari kondisi kemiskinan (Dwi 2008 diacu oleh Widyastuti 2012). Adapun menurut Imron (2012), kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Imron (2012) menambahkan pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial: Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat 10

melaksanakan fungsi sosialnya. Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya adalah (1) adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif; (2) adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif; dan (3) adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan (Imron 2012). Di Indonesia kesejahteraan sosial sering dipandang sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2007). Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas tantang kesejahteraan, namun tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan social lainya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada sepuluh, yaitu umur, jumlah tangungan, pendapatan, konsumsi atau pengeluaran kelaurga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan mendapatkan fasilitas. 2.2.Pendapatan Nelayan Pendapatan adalah jumlah kegunaan yang dapat dihasilkan melalui usaha. Pada hakikatnya jumlah uang yang diterima oleh seorang produsen (nelayan/petani ikan) untuk produk yang dijualnya tergantung dari jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen, jumlah produk yang dipasarkan dan biaya-biaya untuk menggerakkan produk ke pasar (Sitorus 1994, diacu oleh Ariawan, 2014). 11

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan ke dalam kapal atau perahu tidak termasuk dalam kategori nelayan (Monintja 1989, di acu oleh Ariawan, 2014). Pendapatan dan penerimaan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi. Pendapatan itu sendiri terdiri atas: a. Pendapatan dari upah atau gaji, yang mencakup upah atau gaji yang diterima seluruh rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh dan imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan untuk suatu perusahaan atau majikan atau instansi tersebut, baik uang maupun barang atau jasa. b. Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya produksinya. c. Pendapatan lainnya, yaitu pendapatan di luar upah atau gaji yang menyangkut usaha dari : 1. Perkiraan sewa rumah milik sendiri; 2. Bunga, deviden atau royalti, sewa atau kontrak, gedung, bangunan, peralatan dan sebagainya; 3. Buah hasil usaha (hasil usaha sampingan yang dijual); 4. Pensiunan dan kl aim asuransi jiwa; 5. Kiriman famili atau pihak lain secara rutin, ikatan dinas, beasiswa, dan sebagainya. 12

Pendapatan nelayan berasal dari dua sumber, yaitu : pendapatan dari usaha penangkapan ikan dan pendapatan dari luar usaha penangkapan ikan. Sumber pendapatan utama bagi nelayan yaitu berasal dari usaha penangkapan ikan sedangkan pendapatan dari luar usaha penangkapan ikan, biasanya lebih rendah (Sayogyo 1996 diacu oleh Kadhita, dkk, 2014). Soekartawi (1986 diacu oleh Nugroho, 2012), menyebutkan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan, yaitu: a. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk b. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi industri c. Pendapatan tunai, yaitu selisih antar penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai d. Penerimaan kotor, yaitu produksi total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual e. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan f. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor dan pengeluaran total usaha. Pendapatan nelayan adalah selisih antara antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd= TR-TC. Penerimaan nelayan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (PY). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu tetap (fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variavle Cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikelurkan walupun produksi yang diproleh banyak atau sedikit. Biaya 13

variable (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC= FC=VC (Soekartawi, 2002 diacu oleh Sujarno, 2008). Pendapatan nelayan merupakan sumber utama para nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Menurut (Baridwan 1992 dalam Jamal 2014) mengutarakan bahwa pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut. Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut. Tingkat pendapatan nelayan dipengaruhi olehberbagai faktor. Menurut (Syechalad dan Rachmad 2009 dalam Fadillah 2014), faktor harga ikan memiliki pengaruh paling dominan bila dibandingkan dengan modal kerja, jam kerja melaut, dan teknologi. Harga ikan yang rendah dan produksi yang terbatas menyebabkan pendapatan nelayan tradisional lebih rendah dibandingkan dengan kapal motor besar yang jumlah produksinya lebih besar. 2.3. Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pingir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bemata penceharian hasil laut dan tinggal didesa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut : 14

a. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka. b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa. c. Dari segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang di turunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional. Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdidiri dari atas komunitas yang hetorogen dan homogen. Masyarakat yang hetorogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogeny terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya mengunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil kepasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka (Sastrawidjaya, 2002). Masyarakat nelayan secara umum lebih merupakan masyarakat tradisional dengan kondisi strata sosial ekonomi yang sangat rendah. Pendidikan yang dimiliki masyarakat nelayan secara umum rendah, dan sering dikategorikan sebagai masyarakat yang biasa bergelut dengan kemiskinan (Imron, 2012) 15

2.4. Pelapisan Sosial Nelayan Penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan menurut Kusnadi (2002) pada dasarnya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yakni : 1. Dari segi penguasaan alat produksi atau peralatan tangkap (Perahu, jaring dan perlengkapan yang lain), struktur masyarakat nelayan terbagi dalam ketegori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan melaut, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas. 2. Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi kedalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan, disebut sebagai nelayan besar karena jumlah modal yang investasikan dalam uaha perikanan relative banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru sebaliknya. 3. Dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan masyarakat nelayan terbagi kedalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayannelayan modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih cangih dibandingkan dengannelayan tradisional. Susunan masyakat nelayan baik secara horizontal maupun vertikal sangat dipengaruhi oleh organisasi penangkapan ikan dan tingkat pendapatan yang dicapai. Posisi semakin strategis dalam organisasi kerja nelayan dan semakin besar pendapatan, semakin besar pula kemungkinan menempati posisi yang tinggi dalam stratifikasi sosial. Pendapatan semakin kecil dan semakin tidak strategis peranan dalam organisasi penangkapan ikan, maka semakain rendah pula posisi 16

dalam masyarakat. Juragan laut dalam konteks ini, akan senantiasa mempunyai posisi yang lebih tinggi dari pada nelayan yang beropesi sebagai buruh, demikian juga juragan darat akan menempati posisi yang lebih tinggi dari pada juragan laut (Masyhuri, 1996 diacu oleh Masawir, 2009). 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Hendrik (2011), yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan di Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah dikecamatan Dayun Kabupaten Siak Riau Pada Bulan februari 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan distribusihasil nelayan rumahtangga Pulau Besar danau dan Danau Bawah juga untukmenggambarkanke sejahteraan masyarakat nelayan. Penentuan responden dilaksanakan secara sensus, yaitu pengambilan data dari keseluruhan anggota Populasi. Data yang dikumpulkan data Primer dan Data Skunder. Nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan kapal motor sebanyak 18 orang, mempunyai pendapatan berkisar Rp 1.500.000-3.000.000 dengan pendapatan ratarata sebesar Rp 2.305.055/bulan dan pengeluaran rata-rata sebesar Rp 1.719.000/bulan. Sedangkan pendapatan rumah tangga dengan menggunakan sampan sebanyak 18 orang, berkisar 1.000.000-2.000.000 dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 1.582.833/bulan dan pengeluaran sebesar Rp.1.328.500/bulan. Berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh nelayan mempunyai pendapatan di atas UMR, berdasarkan Bappenas sebanyak 4 rumah 17

tangga nelayan tidak sejahtera dan menurut BPS sebanyak 6 rumah tangga responden termasuk ke dalam rumah tangga tidak sejahtera (Hendrik, 2011). Penelitian terdahulu Sugiarto (2007) yang berjudul Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Hilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Benua Baru Hilir Kecamatan Sangkurian Kabupaten Kutai Timur, berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan yaitu mulai bulan Juli 2006- Maret 2006. Lokasi penelitian adalah di Desa Benua Baru Ilir Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan diketahui bahwa terdapat 115 orang penduduk yang bermatapencahariansebagai nelayan di Desa Benua Baru Ilir Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sampel yang akan diambil sebanyak 20 orang dengan pertimbangan nelayan yang aktif saja yang akan dijadikan sampel, yaitu orang yang pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Hasil penelitian berdasarkan indikator BPS tahun 2005 diketahui bahwa nelayan di Desa Benua Baru Ilir yang tergolong dalam tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 3 responden (15%) dengan jumlah skor 20. Nelayan yang tergolong dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 17 responden (85%) dengan jumlah skor berkisar 17-19. Berdasarkan ketiga indikator tersebut secara umum diketahui bahwa taraf hidup nelayan di Desa Benua Baru Ilir tergolong sejahtera (Sugiharto, E, 2007). 18

Penelitian yang dilakukan Koeirul Anwar, dkk pada tahun 2014 yang berjudul Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Desa Munjung Agung Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan Payang di Desa Munjungagung Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal dengan menggunakan indikator kesejahteraan gabungan berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2007 dan Pridaningsih tahun 2011. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Data kesejahteraan diperoleh melalui wawancara mendalam berdasarkan kuesioner dan observasi lapangan. Analisis data dilakukan dengan scoring 14 indikator kesejahteraan gabungan dan berdasarkan konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN). Hasil analisis berdasarkan indikator kesejahteraan gabungan diperoleh bahwa nelayan juragan Payang termasuk kategori sejahtera tinggi dengan rata-rata skor 38, sedangkan nelayan ABK Payang sebanyak 48 orang termasuk sejahtera tinggi dengan skor rata-rata 36 dan 9 orang ABK termasuk sejahtera sedang dengan skor rata-rata 33. Analisis secara NTN bidang perikanan nelayan ABK Payang memiliki nilai 0,88 (NTN<1) yang berarti nelayan termasuk tingkat sejahtera rendah sedangkan nelayan juragan memiliki nilai 1,11 (NTN>1) atau termasuk sejahtera tinggi. Rata-rata NTN total pendapatan ABK Payang 1,48 dan rata-rata NTN total pendapatan juragan Payang 1,18 (NTN>1) yang berarti keduanya termasuk dalam kriteria tingkat sejahtera tinggi (Koerul Anwar, 2014). Penelitian Kadhita Merry pada tahun 2014 yang berjudul Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Mini Purse Seine dengan Basedi PPP Tasik Agung Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan 19

untuk menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan juragan dan ABK mini purse seine di PPP Tasik Agung Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersifat survei. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam yang dilengkapi daftar kuisioner dan juga observasi langsung di lapangan. Teknik analisis data menggunakan 12 indikator kemiskinan gabungan yang terdiri dari indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik Pusat (2007), Badan Pusat Statistik Pusat 2006), indikator kemiskinan menurut Pridaningsih (2011), indikator kemiskinan menurut Safitri (2011), serta konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang dianalisis menggunakan 12 indikator kemiskinan gabungan menunjukkan bahwa nelayan termasuk ke dalam kriteria tidak miskin atau tergolong sejahtera. Sedangkan hasil analisis tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan NTN juragan sebesar 1,67 (NTN > 1) dan NTN ABK sebesar 1,44 (NTN >1) yang menunjukkan bahwa nelayan juragan dan ABK termasuk dalam kriteria tidak miskin/sejahtera. Hasil uji z,nilai z hitung = 0,445 < 1.985= z tabel, dan sig = 0,657 >5% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan metode antara NTN dengan Indikator Kemiskinan Gabungan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan secara signifikan (Kahdhita M, 2014) 20