KECEMASAN PADA ATLET DALAM OLAHRAGA RENANG

dokumen-dokumen yang mirip
KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

MENGGUGAH MOTIVASI ATLET

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. dimainkan dari anak usia sekolah dasar hingga para karyawan di instansi instansi.

oleh: Agus Supriyanto M.Si

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

PROFIL TENTANG ANXIETY PADA ATLET TENIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyak kegiatan olahraga berkembang dengan tujuan

PERBEDAAN PENGARUH TINGKAT KECEMASAN PADA AIR TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN RENANG (Studi Kausal komparatif pada Mahasiswa FPOK-UPI Bandung)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

1. Bab II Landasan Teori

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS ANXIETY ATLET PORDA KOTA BEKASI. Mia Kusumawati 1, Apta Mylsidayu 2 Universitas Islam 45 Bekasi

I.PENDAHULUAN. pada waktu melakukan gerakan loncat, diperlukan keberanian, percaya diri

BAB I PENDAHULUAN. Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya? Orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

KECEMASAN MENGHADAPI MASA PERSALINAN DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN IBU DALAM SENAM HAMIL. Madah Larasati. RR. Retno Kumolohadi INTISARI

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Annisa Karima Ramadhanti, 2013

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

DONALD HARIANJA J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

NASKAH PUBLIKASI PRESTASI ATLET TAE KWON DO DIY DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL

KECEMASAN BERTANDING DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PELATIH: Studi pada Atlet Pencak Silat se-kota Semarang

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bola basket merupakan cabang olahraga yang mulai dikenal di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

Transkripsi:

KECEMASAN PADA ATLET DALAM OLAHRAGA RENANG Oleh: Nurdiansyah Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Abstrak Setiap atlet yang akan menghadapi suatu pertandingan dalam berbagai even pertandingan, dalam keadaan cemas karena berbagai tekanan yang menjadi beban bagi dirinya. Kecemasan berdasarkan pengelompokannya ada kecemasan bawaan, dan ada juga kecemasaan yang sesaat. Kecemasaan bawaan lebih mendapatkan penanganan yang agak sulit karena sudah bawaan, sedangkan kecemasan sesaat dapat dilakukan dengan berbagai penanganan yang lebih mudah dibandingkan kecemasaan bawaan. Kecemasan sesaat masih dikelompokkan lagi dalam kecemasan cognitive dan kecemasan somatic. Banyak hasil penelitian mengungkapkan kecemasan somatic yang banyak cenderung berpengaruh pada atlet ketika menjelang pertandingan dibandingkan dengan kecemasan kognitif. Kata Kunci: Kecemasan, Olahraga, Renang, A. PENDAHULUAN Mari kita pelajari dan pahami kasus yang baru-baru ini menimpa seorang atlet renang dari Amerika Serikat, Missy Franklin. Kejadiannya adalah beberapa hari menjelang Olimpiade 2012 di London, Missy Franklin, sebagai seorang perenang wanita Amerika Serikat harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan meninggalkan kota asalnya Colorado, untuk berkompetisi dalam keadaan cemas dan berduka. Hanya beberapa hari sebelum berlaga di even akbar itu, Franklin dikejutkan dengan tragedi penembakan di sebuah bioskop di Aurora, Colorado, yang menewaskan 12 orang dan 50 lainnya lukaluka. (http://olimpiade.kompas.com/read/xml/2012 /07/24/17554340/Franklin.Akan.Bertanding.da lam.kecemasan.dan.duka). Dari penjelasan kejadian tersebut membuat kita tersadar bahwa Franklin sedang mengalami kecemasan yang diakibatkan dari faktor lingkungan, sehingga hal tersebut dimungkinkan akan berpengaruh pada penampilan. Bagaimana cara membantu atlet renang yang sedang menghadapi kecemasan, tentu berbeda dengan atlet di cabang olahraga yang lain. Atas dasar pengaruh lingkungan maka perlakuan untuk lebih peduli pada lingkungan perlu dalam populasi klinis (Humara, 1999). Kecemasan selalu muncul dimana saja dan kapan saja, bisa faktor internal dan juga faktor eskternal dan juga jenis kecemasannya berbeda-beda. Bagaimana dengan atlet yang levelnya nasional, level regional tentu mengalami kecemasan juga, dan makin tinggi even yang dihadapi makin besar pula tingkat kecemasannya, merujuk pada teori U terbalik. Hasil kajian menunjukan bahwa pengaruh terbesar kecemasan terhadap performance ada pada gerak motorik seorang atlet, seperti yang 1

diungkapkan dalam hasil penelitian (Hu mara, 1999) bahwa kecemasan berdampak terhadap performa. Sebagai dampak yang muncul dapat kita amati kecemasan tersebut, seperi tubuh yang gemetar membuat gerakangerakan menjadi terbatas, belum lagi dengan kekakuan otot yang mengiringi atlet yang cemas. Hasilnya, penampilan tidak akan maksimal. Kejadian di kolam renang sering terlihat atlet yang cemas cenderung melakukan kesalahan-kesalahan dalam gerakan teknik gerak renang, atau gerakan yang tidak terkontrol akan muncul tanpa sadar sebagai dampak paling dirasa adalah hasil performa yang tidak bagus. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut maka kecemasan pada dasarnya ada dua yakni kecemasan bawaan dan kecemasan sesaat, sedangkan kecemasan sesaat dibagi menjadi dua kelompok yakni kecemasan kognitif dan kecemasan somatic. Jika atlet renang menghadapi suatu kecemasan maka pada dasarnya lebih tinggi mana kecemasan somatic atau kecemasan kognitif. Atas dasar itulah maka penulis mengangkat kajian yang mencoba mencari jawaban berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. B. PENGERTIAN KECEMASAN Berdasarkan paparan di bagian pendahuluan makin membuat kita bertanya apa sebenarnya kecemasan yang dialami altet renang tersebut. Uraian awal menjelaskan apa yang dimaksud dengan cemas. Pengertian sederhana cemas (anxiety) memiliki arti perasaan tak aman, tanpa sebab yang jelas (Setyobroyo,1993). Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa(1989) mendefinisikan cemas sebagai perasaan tidak berdaya, tekanan tanpa sebab yang jelas, kabur, atau samarsamar. Jadi dari beebrapa ahli dinyatakan kecemasan adalah keadaan tertekan dengan sebab atau tak ada sebab yang mengerti, kegelisahan hampir selalu disertai dengan gangguan sistem syarat otonom dan disertai rasa mual. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka kecemasan diartikan perasaan takut yang disebabkan oleh faktor tertentu. Hal tersebut senada dengan penjelasan Ghiltora dan Dhingra (2010) bahwa cemas pada umumnya fear and exgerated arousal. Levitt,1990 memberikan makna yang sama (dalam Monty 2000) mengartikan kecemasan sebagai perasaan subjektif disebabkan ketakutan dan meningkatnya Psychological arousal. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dari beberapa literatur dan ahli maka penulis dapat mengambil suatu makna dasar yang dikaitkan dengan atlet olahraga renang, apa sebenarnya kecemasan, maka kecemasan adalah perasaan tidak menentu yang dialami seorang atlet renang sehingga menimbulkan ciri gelisah dan takut yang cenderung merugikan penampilannya. C. KECEMASAN DAN PENGELOMPOKANNYA Kecemasan yang dialami oleh atlet renang jelas sangat merugikan, Kartini Kartono (1981 ) menyatakan kecemasan mempunyai ciri yang merugikan. Jika memang merugikan tentu kecemasan seperti apa yang merugikan tersebut. Rita L. Atikinson (1983 ) mengemukakan tanda kecemasan seperti bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak kekawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang-kadang dialami atlet dalam tingkat yang berbeda-beda. Misalnya sebelum memasuki lapangan pertandingan, atlet takut tidak dapat bermain baik sehingga kawatir kalah, hal tersebut akan menimbulkan kecemasan yang ditampilkan dalam bentuk perasaan was-was. Jika demikian maka kecemasan dapat diuraikan lagi beberapa kelompok, lihat gambar C.1. 2

Kecemasan Bawaan (trait anxiety) Kecemasan (Anxiety) Kecemasan Sesaat (state anxiety) Cognitive State Anxiety Somatic State Anxiety Gambar C.1. Pengelompokan Cemas Pada gambar tersebut (C.1) merujuk pada penjelasan yang dipaparkan oleh Spielberger, 1972 (dalam Monty, 2000 ) membedakan kecemasan ke dalam 2 kelompok yakni: 1. Kecemasan bawaan (trait anxiety) Kecemasan bawaan adalah berkaitan dengan persepsi keadaan dari situasi yang mengandung suatu bahaya atau tidak aman, sehingga menimbulkan kecemasan. Menurut (Singgih D. Sunarsa, 2004) trait anxiety) adalah predisposisi untuk mempersepsikan situasi lingkungan yang mengancam dirinya. Di kajian Monty dan Singgih menjelaskan kecemasan jenis ini merupakan bagian dari kepribadian yang bersifat relatif menetap. Kecemasan sulit diminimalisir karena memang sudah bawaan sejak lahir. Jadi seorang atlet yang mengalami trait anxiety dapat mengubah gambaran (mengubah persepsi) dari kepribadiannya melalui berbagai pengalaman positif, misalnya meraih prestasi terus menerus dalam berbagai pertandingan. Tetapi tidak semua atlet mengalami hal tersebut, di lapangan pada umumnya berkata lain. Sering kita temui seorang atlet termasuk atlet renang yang sebenarnya memiliki potensi mendulang medali emas justru tidak menjadi juara sehingga target emas tidak tercapai, akhirnya kalah yang disebabkan rasa cemas dan tegang yang berlebihan. 2. Kecemasan sesaat (state anxiety) Kecemasan sesaat pada umumnya bersifat kondisional dan tentatif, serta fluktuatif karena tergantung pada situasi dan kondisi yang dialami atlet. Hal tersebut pada umumnya terjadi karena lawan lebih berat, target yang cukup tinggi sehingga menyebabkan situasi bertanding lebih mencemaskan dari situasi berlatih. Sehingga sering di jumpai ungkapan berlatih seperti bertanding dan bertanding seperti berlatih, hal tersebut tidak lain untuk prestasi dan melawan situasi berlatih lebih mencemaskan. Satu hal yang perlu diketahui juga bahwa kecemasan sesaat dipengaruhi oleh kecemasan bawaan. Namun kecemasan sesaat masih dapat diminimalisir dengan perlakuan tertentu sedang kecemasan bawaan agak sulit diminimalisir. Dalam pengelompokan berikutnya adalah kecemasan sesaat masih dibagi lagi 3

menjadi dua kelompok lagi berdasarkan ciri atau tanda, yakni: a. Cognitive State Anxiety, ditandai dengan rasa gelisah dan ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi. Situasi yang membahayakan atau mengancam pada diri seorang atlet menimbulkan rasa gelisah dan ketakutan karena ancaman tersebut. Cognitive State Anxiety berdasarkan hasil penelitian, kalau merujuk pada model Teori Kecemasan Multidimensional (Burton, 1988, Humara, 1999) bahwa terdapat hubungan negatif dengan performa, yang artinya kecemasan sebagai akibat dari Cognitive State Anxiety tidak berpengaruh pada performa, walaupun ada cenderung kecil. b. Somatic State Anxiety, ditandai dengan ukuran keadaan fisik seseorang. Seorang atlet secara antropometri memiliki ukuran tubuh yang berbeda yang berdampak pada keadaan fisik, seperti keadaan fisik yang kurang memiliki kebugaran maksimal menjelang bertanding tentu akan menimbulkan rasa gelisah, padahal target yang harus dicapai cukup tinggi. Dalam penelitian Jones dan Hanton (1996) yang fokus pada Competitive Anxiety, yang diteliti pada Atlet Renang (N=91) kemudian dinilai Cognitive dan Somatic Anxiety dengan analisis Manova diperoleh hasil bahwa Competitive Anxiety tidak begitu banyak diperlukan dalam performa olahraga. Cemas Obyektif (Objective anxiety) Kecemasan (Anxiety) Cemas Penyakit (Neurotic anxiety) Cemas Moral (Moral Anxiety) Gambar C.2 Pengelompokan Kecemasan Berdasarkan hasil kajian dari Freud, dalam paparan Singgih D. Gunarsa (1978) bahwa Freud membedakan kecemasan menjadi 3 yaitu : 1. Cemas obyektif (objective anxiety) yaitu cemas yang timbul karena sejak lahir seseorang sudah dihadapkan pada keadaan yang bersikap menekan. 4

2. Cemas penyakit (neurotic anxiety) yaitu kecemasan yang dialami seseorang yang pernah mengalami pengalaman yang menakutkan pada situasi serupa sehingga seseorang mengalami trauma bila dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan dan kecemasan ini dapat juga timbul karena akibat yang mungkin timbul jika tuntutan yang dihadapi tidak terpenuhi, akibatnya seseorang selalu berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi akibatat buruk dan situasi tertentu. Sebagai contoh seorang atlet renang mengalami cedera pada awal berlatih renang sehingga untuk bertanding di kolam tersebut menimbulkan trauma. 3. Cemas moral ( Moral Anxiety) yaitu kecemasan yang timbul karena larangan- larangan dan pembatasan moral yang berasal dari orang tua, lingkungan, budaya dan perasaan takut mendapat hukuman. Kecemasan ini dapat timbul oleh tekanan-tekanan berat karena dirasa berlawanan dengan keyakinan hati nurani. D. NEUROMODULATOR KECEMASAN Kecemasan sudah dikenal memberikan ciri-ciri pada fisik berupa gerakan yang terganggu, apa sebenarnya yang menjadi penyebab, beberapa pe- dan Dhingra nyebab menurut Ghilotra (2010) adalah keturunan (heredity), pribadi seseorang (Personality), pengalaman hidup seseorang (Life experiences). Berdasarkan penyebab maka apa saja yang terlibat dalam otak kita ketika ancaman itu ada. Maka beberapa Neuromodulator dalam kecemasan dapat digambarkan sebagai berikut. Norepinephrine NE Acetycholine Neuropeptide Y Melatonin Serotonin 5 HT Galanin Neuromodulator Anxiety Adenosine Cholecystokinin CCK Arginine Vasopressin AVP Cannabinoids Atrial Natriuretic Peptide ANP Melanin Concentrating Hormone (MCH) 5

E. KECEMASAN DALAM OLAHRAGA RENANG Di beberapa penjelasan sebelumnya sudah dibahas apa sebenarnya kecemasan, dan bagaimana terjadi, serta berdasarkan neuromodulator apa saja yang terlibat ketika kecemasan itu terjadi. Pada penjelasan berikutnya bagaimana kecemasan terjadi dalam olahraga renang, hal tersebut dipaparkan berdasarkan hasil-hasil penelitian yag terkait langsung dengan kecemasan dan olahraga renang. Penelitian yang dilakukan oleh Pavlidou dan Doganis (2008) Dampak intervensi psikologis pada program olahraga renang, penelitian dilakukan dengan menggunakan Competitive State Anxiety Inventory 2 (CSAI- 2) dan performa masing-masing atlet renang. Penelitian dilakukan pada 14 perenang muda (10 laki-laki dan 4 perempuan) sebagai kelompok eksperimen dan 29 perenang (15 laki-laki dan 14 perempuan) sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilakukan selama 9 minggu kemudian dites setelah selesai mengisi CSAI- 2. Hasil menunjukkan bahwa ada peningkatan performa dan kepercayaan diri setelah 9 minggu untuk kelompok eksperimen dan tidak ada perubahan signifikan pada cognitive dan somatic anxiety ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dapat diambil suatu makna oleh penulis disini bahwa kecemasan memberikan pengaruh pada peforma tetapi tidak pada kecemasan cognitive dan somatic. Penelitian Jones dan Hanton (1996) yang fokus pada Competitive Anxiety, yang diteliti pada Atlet Renang (N=91) kemudian dinilai Cognitive dan Somatic Anxiety dengan analisis Manova diperoleh hasil bahwa Competitive Anxiety tidak begitu banyak diperlukan dalam performa olahraga. Dapat diambil suatu makna oleh penulis disini kecemasan competitif yang didalamnya dinilai Cognitive dan Somatic Anxiety tidak ada pengaruh, hal tersebut sama dengan hasil penelitian sebelumnya. Cognitive State Anxiety berdasarkan hasil penelitian, kalau merujuk pada model Teori Kecemasan Multidimensional (Burton, 1988, Humara, 1999) bahwa terdapat hubungan negatif dengan performa, yang artinya kecemasan sebagai akibat dari Cognitive State Anxiety tidak berpengaruh pada performa, walaupun ada cenderung kecil. Dapat diambil makna oleh penulis bahwa kecemasan memang berpengaruh pada performa tetapi kecemasan yang kelompok mana yakni Cognitive State Anxiety. Hasil penelitian Blasquez, Font dan Ortis, 2009, menunjukkan penelitian yang dilakukan pada 6 perenang ahli (master) dengan penilaian menggunakan CSAI-2 bahwa ada peningkatan kecemasan dari Competitive Somatic Anxiety tetapi pada Cognitive State Anxiety dan percaya diri tidak ada perubahan. Hal menarik yang perlu dipahami bahwa olahraga renang sendiri dapat mengurangi kecemasan itu sendiri. Hasil penelitian Sawane, dan Gupta (2011) yang dilakukan pada 100 Mahasiswa jurusan fisiologi yang dibagi menjadi dua kelompok yang sama kemudian melakukan aktivitas renang selama 12 minggu. Diukur dengan menggunakan Beck s Anxiety Inventory diperoleh hasil bahwa kecemasan mereka mengalami pengurangan yang sangat signifikan. Dari beberapa penelitian yang dirangkum oleh penulis maka dapat diambil suatu makna secara umum bahwa kecemasan memang berpengaruh pada olahraga khususnya pada atlet renang, namun kecemasan itu cenderung terjadi perubahan State Anxiety khususnya pada Somatic State Anxiety, dan cenderung tidak pada Cognitive State Anxiety. F. CARA MENGELOLA KECEMASAN Cemas kalau dilihat berdasarkan penjelasan ahli dan hasil-hasil penelitian maka dapat diartikan cemas sebagai gejala psikis 6

yang akan berpengaruh terhadap performa atlet renang, yang bisa berdampak positif dan negatif. Tentu kecemasan yang berdampak positif yang diharapkan. Agar kecemasan dapat menghasilkan dampak positif apa yang perlu pelatih dan atlet renang lakukan. Menurut Townsend (2012) dalam paparannya yakni Handling Your Swimmer s Anxiety Before Big Races adalah 1. Teknik relaksasi cepat. 2. Visualisasi dan Imajeri 3. Berbicara pada diri sendiri (self talk) dan affirmasi 4. Penggunaan Musik 5. Distraksi. Hal yang sudah dijelaskan tersebut sebaiknya dilakukan seminggu 2 kali, dengan didukung motivasi yang bagus, mind power yang terus menerus dilakukan pelatih pada atlet. Setelah itu menuliskannya setiap kemajuan yang dialalmi oleh atlet dengan baik sehingga kemajuannya bisa terdeteksi dengan baik. Tentu juga dibantu oleh para ahli seperti psikiater dan juga ahli terkait lainnya. G. PENUTUP Dari paparan secara kajian literatur yang dilakukan menggambarkan bahwa kecemasan berpengaruh pada performa atlet khususnya atlet renang yang akan menghadapi suatu pertandingan dalam berbagai tingkatan. Dalam prosesnya bagi seorang pelatih yang membina atletnya harus memperhatikan secara serius kondisi psikologis atletnya, terutama berkaitan dengan kecemasan. Mengapa demikian, karena kecemasan yang dimiliki atlet akan sangat memberikan dampak pada performa yang dimilikinya sehingga prestasi yang diraih justru hanya sebuah angan belaka, padahal persiapan fisik dan teknik sudah cukup baik dan matang. Pelatih dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi cemas yang dihadapi atletnya salah satunya seperti relaksasi dan musik serta cara lainnya. 7

DAFTAR PUSTAKA Atikison L. Rita, dkk (1983). Pengantar psikologi. Jakarta : Erlangga. Blasquez, Font, Ortis, 2009, Heart Rate Variability, and Precompetitive Anxiety in Swimmer, Psicothema, Vol. 27. No. 4 Halaman 531-536 Burton, 1988, Do Anxious Swimmer Swim Slower? Re examining the Elusive Anxiety Perormance Relationship. Journal of Sport and Exercise Psychology, Vol, 10 Halaman 45-61. Gilothra, Dhingra, 2010, Neurochemical Modulation of Anxiety Disorders, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, Vol. 2 No. 1 Halaman 1-6 http://olimpiade.kompas.com/ read/xml/2012 /07/24/17554340/ Franklin. Akan.Bertanding.dalam.Kecemasan.dan. Duka. Humara, 1999, The Relationship Between Anxiety anf Performance: A Cognitive Behavioral Perspective, The Online Jurnal of Sport Psychology, Vol. 1 No.1. Halaman 1-14 Jones, Hanton, 1996, Interpretation of Competitive Anxiety Symptoms and Goal Attainment Expectancies, Jurnal of Sport and Exercise Psychology. Vol. 18. Halaman 144-157. Kartini Kartono. (1981). Gangguan -gangguan Psikologi Olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Monty, P.S. (2000). Dasar-dasar Pskologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Pavlidou, Doganis, 2008, The Effects of a Psychological Intervention Program in Swimming, Journal of Excellence, Issue No. 2 Halaman, 71-77 Sawane, Gupta, 2011, Efficacy of Yoga and Swimming in Reducing Anxiety: A Comparison Study, People s Journal of Sciencetific Research, Vol. 6 No. 1 Halaman 20-24 Setyobroto, S. (1993). Psikologi Kepelatihan.Jakarta: Jaya Sakti. Singgih D. Gunarso. (1996) Psikologi Olahraga Teori dan Praktek. Jakarta: Gunung Mulia. Townsend, 2012, Handling Your Swimmer s Anxiety Before Big Races, Journal International Society of Swimming Coaching Vol.1 No. 2 Halaman 6-10. 8