BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat ovarium mencapai 5 sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat pada uterus lewat ligamentum ovarii yang berjalan dari permukaan posterior uterus di dekat kornu uteri (Farrer, 1999). Fungsinya sebagai tempat folikel, menghasilkan sel telur yang sudah matang, menghasilkan dan mensekresi estrogen dan progesteron (Cunningham, 2005). Fungsi ovarium ini dapat terganggu oleh penyakit - penyakit akut dan kronis (Long, 1996). Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang halangi masuknya kepala ke dalam panggul ( Wiknjosastro, 2005 ). Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan bahan yang bersifat karsinogenik, bisa zat kimia, 1
polutan, hormonal dan lain lain. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologik antara neoplasma ovarium jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplasma ovarium borderline, yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,220% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10 20 tahun kemudian (Achadiat, 2009). Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa reproduktif (21 40 tahun). Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse. Angka kematian yang tinggi pada kejadian kista ovarium disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru bisa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60 70% pasien datang pada stadium lanjut sehingga penyakit ini juga disebut sebagai The lady silent killer. Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada hampir semua wanita premenopause dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post menopause (Irwanshari, 2008). 2
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Perawatan pasca operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen (Smeltzer and Bare, 2001). Padda klien post operasi kista ovarium akan mengalami masalah yang berhubungan dengan nyeri, risiko infeksi, kurang perawatan diri serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat disini diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, antara lain dengan mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik napas dalam untuk membantu mengurangi nyeri, membantu perawatan luka operasi dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan keperawatan pada klien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara optimal. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan pada klien dengan kista ovarium dan dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi kista ovarium. 3
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi kista ovarium. 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada klien dengan post operasi kista ovarium. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien post operasi kista ovarium. c. Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan keperawatan pada klien dengan post operasi kista ovarium. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan post operasi kista ovarium. e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan post operasi kista ovarium. C. Metode Penulisan Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya dilakukan dengan cara: 4
1. Observasi partisipatif Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama di rumah sakit dan lebih bersifat objektif yaitu: dengan melihat respon kliensetelah dilakukan tindakan. 2. Wawancara Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien dan keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan keterangan. 3. Studi dokumenter Diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada. 4. Studi kepustakaan Dengan mempelajari buku buku yang ada untuk membantu, menegakkan diagnosa keperawatan serta intervensi. D. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ilmiah ini, penulis mengguakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, proses 5
penyembuhan luka, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian fokus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan dan fokus intervensi. Bab III : Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien, meliputi pengkajian, pathways kasus, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 6