BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit kanker pada semua kategori usia di Indonesia sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang (2). Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi penyakit kanker tertinggi kedua di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%. Provinsi Jawa Tengah juga memiliki estimasi penderita penyakit kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 orang. Penyakit kanker serviks dan kanker payudara menjadi penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia tahun 2013 pada penduduk perempuan, sedangkan pada penduduk laki-laki adalah penyakit kanker paru dan kanker kolorektal (3). Estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, angka kejadian kanker paru sebesar 26 per 100.000 laki-laki (4). Penyakit kanker paru adalah jenis penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru, dan menjadi penyabab kematian utama pada kelompok keganasan (5). World Health Organization (WHO) tahun 2014 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker paru pada penduduk laki-laki di Indonesia mencapai 25.322 penduduk dengan profil mortalitas kanker trakea, bronkus, dan paru sebesar 21,8% per 103.100 kematian, sedangkan pada penduduk perempuan mencapai 9.374 penduduk dengan profil mortalitas kanker trakea, bronkus, dan paru sebesar 9,1% per 92.200 kematian (6). Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC), kanker paru tidak hanya jenis kanker dengan kasus baru tertinggi dan penyebab kematian akibat kanker pada penduduk laki-laki, namun kanker paru juga memiliki persentase kasus baru cukup tinggi pada penduduk perempuan, yaitu sebesar 13,6% (4). 1
Penatalaksanaan terapi kanker paru dilakukan dengan serangkaian pengobatan yang meliputi pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), terapi target, dan kemoterapi. Kemoterapi efektif dalam terapi penyakit kanker paru dan bersifat sistemik, sehingga obat sitostatika mampu menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan sel-sel kanker yang sudah menyebar dapat terbunuh secara keseluruhan. Stadium awal kanker paru umumnya tidak menimbulkan keluhan bagi penderita sehingga penderita jarang pergi ke dokter. Penderita baru merasakan keluhan apabila ada pendesakan atau ada invasi pada struktur di sekitar paru, di mana berarti penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, sehingga kemungkinan tidak dapat dilakukan terapi pembedahan. Terapi yang direkomendasikan untuk kanker paru yang sudah lanjut adalah kemoterapi (7). Penyakit kanker termasuk penyakit katastropik, yaitu penyakit yang high cost, high volume, dan high risk, yang mana penyakit kanker menjadi ancaman terhadap pembengkakan biaya Jaminan Kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan merasa adanya ketimpangan antara biaya riil pengobatan pasien dengan biaya klaim INA-CBGs yang diberikan oleh pemerintah, di mana biaya klaim masih rendah bila dibandingkan dengan biaya riil yang digunakan untuk pengobatan pasien. Biaya klaim yang lebih rendah dapat menyebabkan kerugian bagi pemberi pelayanan kesehatan (8). Penelitian sebelumnya oleh Yunita Puspasari (2009) mengenai program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah sebelum era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pasien kanker paru jenis adenokarsinoma yang menjalani rawat inap kelas III di RSUP Persahabatan tahun 2008, diketahui rata-rata biaya medik langsung sepanjang tahun 2008 untuk pengobatan kanker paru adalah Rp. 9.868.565 dengan tarif INA-DRG sebesar Rp. 5.203.646 (9). Salah satu rumah sakit di Indonesia yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dalam menjalankan proses pembayarannya adalah RSUD Dr. Moewardi Surakarta, yang mana rumah sakit ini milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan fungsi sebagai rumah sakit pendidikan, penelitian, pengembangan, dan pengabdian bagi tenaga dan institusi pendidikan kesehatan. Rumah sakit dengan tipe A ini menjadi rumah sakit terbesar di Kota Solo dan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional, yang mana banyak pasien dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan 2
sekitarnya dirujuk ke rumah sakit ini (10). RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagai fasilitas kesehatan tingkat III memiliki pelayanan kesehatan yang cukup lengkap bagi segala permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat, termasuk pelayanan untuk penyakit kanker yang membutuhkan pengobtan khusus. Di rumah sakit ini, terdapat klinik onkologi yang dapat membantu pasien kanker dalam melakukan serangkaian pengobatan guna membunuh sel-sel kanker yang ada di tubuhnya, seperti pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi (radioterapi) (11). Penelitian mengenai analisis biaya medis dan perbandingan anatara biaya riil terhadap biaya klaim INA-CBGs pasien kanker paru dengan prosedur kemoterapi peserta JKN yang menjalani rawat inap belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pasien kanker paru dengan prosedur kemoterapi peserta JKN rawat inap memiliki kode INA-CBGs yaitu C-4-13-I, C-4-13-II, dan C- 4-13-III (12). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan analisis terhadap besarnya biaya yang digunakan oleh pasien kanker paru untuk pengobatan dengan kemoterapi. Selain itu, peneliti juga ingin membandingkan antara biaya riil pengobatan penyakit kanker paru dengan biaya klaim yang diberikan oleh pemerintah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah gambaran regimen kemoterapi pada pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta? 2. Berapakah rata-rata biaya medik langsung yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berdasarkan perspektif rumah sakit? 3
3. Apakah terdapat perbedaan antara biaya riil dengan biaya klaim INA-CBGs pada pengobatan pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui gambaran regimen kemoterapi pada pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Mengetahui rata-rata biaya medik langsung yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berdasarkan perspektif rumah sakit. 3. Mengetahui perbedaan antara biaya riil dengan biaya klaim INA-CBGs pada pengobatan pasien kanker paru rawat inap peserta JKN yang menerima prosedur kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat bagi rumah sakit Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan evaluasi dan perencanaan pengobatan pasien kanker paru yang lebih tepat dan efektif, sehingga dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien, serta terjadi kesesuaian antara biaya riil dengan biaya klaim INA-CBGs. 2. Manfaat bagi peneliti Sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan, terutama ilmu farmakoekonomi. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gambaran terapi dan biaya yang diperlukan pada pengobatan pasien kanker paru. 3. Manfaat bagi pemerintah 4
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan evaluasi pada pembiayaan pengobatan pasien kanker paru dengan kemoterapi berdasarkan sistem JKN. Selain itu, sebagai bahan acuan dalam melakukan perbaikan sistem pembayaran agar tidak menimbulkan ketimpangan biaya antara biaya riil dengan biaya klaim INA-CBGs. 5