41 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 2014 yang berjumlah 41 perusahaan. Sampel yang diambil yaitu perusahaan pertambangan di Indonesia selama periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2014 yang listing di BEI. Sampel perusahaan tersebut kemudian dipilih dengan menggunakan pendekatan purposive sampling. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh 30 perusahaan dengan 90 sampel dalam tahun pengamatan. Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai dengan 2014. 2. Perusahaan pertambangan yang tidak delisting di BEI selama 2011 sampai dengan 2014. 3. Perusahaan pertambangan yang mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama 2011 sampai dengan 2014.
42 Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian No Keterangan Jumlah 1 Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 41 dari tahun 2011 sampai dengan 2014. 2 Perusahaan pertambangan yang delisting di BEI ( 11 ) selama 2011 sampai dengan 2014. 3 Perusahaan pertambangan yang tidak ( 0 ) mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama 2011 sampai dengan 2014. Jumlah Sampel Akhir 30 Tahun Pengamatan 3 Jumlah Pengamatan 90 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran dan rangkuman mengenai informasi dari sekumpulan data penelitian dengan karakteristik antara lain mean, maksimum, minimum, dan deviasi standar. Hasil yang didapatkan dari perhitungan statistik deskriptif pada masing masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
43 Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation GC 90 0,00 1,00 0,1889 0,39361 DD 90 0,00 1,00 0,0556 0,23034 PP 90-624,36 11,75-8,0589 66,35426 OPINI 90 0,00 1,00 0,1333 0,34184 GC Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Non Going Concern 73 81,1 81,1 81,1 Going Concern 17 18,9 18,9 100,0 Total 90 100,0 100,0
44 DD Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak debt default 85 94,4 94,4 94,4 Debt Default 5 5,6 5,6 100,0 Total 90 100,0 100,0 OPINI Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Non Going Concern 78 86,7 86,7 86,7 Going Concern 12 13,3 13,3 100,0 Total 90 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini : 1. Nilai rata rata opini audit (GC) sebesar 0,1889 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 90 perusahaan sampel yang diteliti. Dari 90 perusahaan sampel, 17 perusahaan sampel menerima opini audit going concern, dan 73 perusahaan sampel menerima opini audit non going concern.
45 2. Nilai rata rata debt default (DD) sebesar 0,0556 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa debt default dengan kode 1, yakni debt default lebih sedikit muncul dari 90 perusahaan sampel yang diteliti. Dari 90 perusahaan sampel, 5 perusahaan sampel menerima debt default, dan 85 perusahaan sampel tidak menerima status debt default. 3. Nilai rata rata pertumbuhan perusahaan (PP) yang diproksikan dengan laba bersih menunjukkan nilai yang negatif yaitu sebesar -8,05 dengan nilai minimum -624,36 dan maksimum 11,75. Nilai rata rata yang negatif menggambarkan bahwa rata rata perusahaan sampel mengalami pertumbuhan yang negatif ditandai dengan penurunan laba bersih. Nilai maksimum sebesar 11,75 menunjukkan ada perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan positif, namun ada pula perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar yang ditunjukkan dengan nilai minimum -624,36. 4. Nilai rata rata opini audit tahun sebelumnya (OPINI) sebesar 0,1333 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 90 perusahaan sampel. Dari 90 perusahaan sampel, 12 perusahaan sampel menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, dan 78 perusahaan sampel tidak menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya.
46 4.3 Analisis Regresi Logistik Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji sejauhmana probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Pada analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas, heteroskedastisitas, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2009). Hal ini karena regresi logistik adalah regresi dimana variabel terikatnya adalah variabel dummy. 4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Nilai statsistik Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test adalah 11,113 dengan probabilitas signifikansi 0,195 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Hasil Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test sebagai berikut :
47 Tabel 4.3.1 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 11,113 8 0,195 4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Penilaian keseluruhan model yang ditujukan dengan Log Likehood value, yaitu penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likehood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai - 2LL awal adalah sebesar 87,882 dan setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 40,643. Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hal ini terlihat pada tabel di bawah ini :
48 Tabel 4.3.2 Iteration History a,b,c Iteration -2 Log likehood Coefficients Constant Step 0 1 2 3 4-2 Log 87,882 87,232 87,229 87,229 Iteration History a,b,c,d Coefficients -1,244-1,445-1,457-1,457 Iteration likehood Constants PP DD OPINI Step 1 1 49,528-1,753 0,000 1,698 3,137 2 42,169-2,486 0,001 3,053 4,451 3 41,423-2,802 0,003 3,499 4,987 4 41,326-2,852 0,007 3,544 5,064 5 41,106-2,844 0.024 3,546 5,076 6 40,714-2,846 0,079 3,550 5,154 7 40,643-2,876 0,115 3,591 5,274 8 40,643-2,880 0,113 3,596 5,282 9 40,643-2,880 0,113 3,596 5,282
49 4.3.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditujukan dengan nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,651 yang berarti variabilitas variabel dapenden yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 0,651 (65,1%), sedangkan sisanya sebesar 0,349 (34,9%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3.3 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 40,643 a 0,404 0,651 4.3.4 Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam tabel 4.3.4 sebagai berikut :
50 Tabel 4.3.4 Tabel Klasifikasi GC Predicted Observed Non Going Concern Going Concern Percentage Correct Step 1 GC Non Going Concern 71 2 97.3 Going Concern 4 13 76.5 Overall Percentage 93.3 Tampilan dalam tabel 4.3.4 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 76,5%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 13 perusahaan (76,5%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 17 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern adalah 97,3%. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapaat 71 perusahaan (97,3%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 73 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.
51 4.3.5 Model Regresi Logistik yang Terbentuk dan Pengujian Hipotesis Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation. Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variabel in The Equation adalah sebagai berikut ini. GC Ln = -2,880 + 0,113 PP + 3,596 DD + 5,282 OPINI + e 1-GC Tabel 4.3.5 Variables in the Equation B S.E Wald Df Sig Exp (B) Step 1 a PP 0,113 0,125 0,811 1 0,368 1,120 DD 3,596 1,345 7,144 1 0,008 36,455 OPINI 5,282 1,247 17,926 1 0,000 196,715 Constant -2,880 0,522 30,382 1 0,000 0,056 Pengujian hipotesis dalam penelitian untuk menguji pengaruh variabel variabel bebas yaitu debt default, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditujukan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan
52 regresi logistik cukup dengan melihat variabel in the equation, pada kolom signifikansi (sig) dibandingkan dengan alpha (α) = 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima. Berdasarkan tabel 4.3.5 hasil analisis regresi logistik dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Pengujian hipotesis pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel debt default memiliki koefisien regresi positif sebesar 3,596 dengan tingkat signifikansi 0,008 yang lebih kecil dari α yaitu 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel debt default diterima. Hasil perhitungan tersebut berhasil mendukung hipotesis yang diajukan, sehingga dari hasil penelitian terbukti bahwa debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Pengujian hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan laba bersih memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,113 dengan tingkat signifikansi 0,368 yang lebih besar dari α yaitu 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan ditolak. Hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung hipotesis yang diajukan, sehingga dari hasil penelitian terbukti bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
53 3. Pengujian hipotesis ketiga (H3) Hipotesis ketiga menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien regresi positif sebesar 5,282 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari α yaitu 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya diterima. Hasil perhitungan tersebut berhasil mendukung hipotesis yang diajukan, sehingga dari hasil penelitian terbukti bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 4.4 Pembahasan 4.4.1 Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Debt default adalah kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan akan banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup operasional perusahaan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa apabila hutang tidak mampu dilunasi maka kreditor akan memberikan status default (Chen dan Church, 1992). Status default dapat meningkatkan kemungkinan besar auditor memberikan opini audit going concern.
54 Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang diajukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chen dan Church (1992), Januarti (2008), dan Ardiani, dkk. (2012) yang menunjukkan bahwa debt default berpengaruh positif signifikan untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern. 4.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pertumbuhan perusahaan merupakan seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio pertumbuhan laba. Perusahaan yang mempunyai rasio pertumbuhan laba yang positif cenderung memiliki potensi untuk mendapatkan opini yang baik lebih besar. Sebaliknya, apabila perusahaan yang pertumbuhan labanya menunjukkan pertumbuhan negatif maka hal ini mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan yang memungkinkan auditor mengeluarkan opini audit going concern. Namun hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan laba tidak selalu mengindikasikan bahwa perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern saja yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif akan tetapi perusahaan yang tidak mendapatkan opini audit going concern juga tidak tertutup
55 kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif (Alichia, 2013). Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua yang diajukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyarno, dkk. (2006), Alichia (2013), dan Wulandari (2014) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. 4.4.3 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Opini audit sebelumnya adalah opini yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit tahun berjalan. Hasil temuan empiris ini menunjukkan auditor sangat memperhatikan opini audit going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata mata didasarkan pada opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang menerima opini audit going concern
56 dapat mengalami penurunan harga saham, selain itu juga dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman (Wulandari, 2014). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga yang diajukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setyarno, dkk. (2006), Januarti (2008), Alichia (2013), Hidayanti (2014), dan Wulandari (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.