BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM DESA HAJORAN KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH. tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai nelayan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Penyimpangan dari norma norma

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA. Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. desa-desa dimanapun cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. dan peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Meningkatnya

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dimana mereka tinggal dan tersebar diberbagai pulau-pulau di Indonesia.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari tempat asalnya. Tidak jarang orang melintas wilayah kampung halamannya untuk mendapatkan tempat pemukiman yang baru. Daya tarik daerah luaar merupakan penariok yang membawa perantau meninggalakan kampung halamannya. Demikian juga Tapanuli Tengah sebagai daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis antara lain suku Batak, Nias, Minang, Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, dan lain-lain. Rupa-rupanya telah menjadi daya tarik yang kuat sehingga mampu memikat perantau dari daerah yang dimaksud di atas. Secara administratif Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 19 kecamatan, 24 kelurahan dan 154 desa. Luasnya wilayah ini memberi peluang bagi masyarakat dari daerah lain untuk bermukim di daerah ini. Sumber daya alam yang melimpah terutama dari laut dan juga sumber daya alam dari darat yang belum diolah dan dapat diolah menjadi daya tarik masyarakat luar. Salah satu etnis yang banyak merantau ke Kabupaten Tapanuli Tengah adalah etnis Nias. Masyrakat perantau Nias merupakan komunitas sosial yang berasal dari pulau Nias. Kelompok perantau Nias menetap di berbagai wilayah di pesisir barat sumatera. Penyebaran orang Nias dapat dilihat dari Aceh sampai Sumatera Barat. Di Aceh, komunitas yang merantau dapat dilihat pada pulau- 1

2 pulau pantai barat provinsi Aceh seprti di Aceh Barat dan juga di Aceh Selatan. Mereka hidup beradaptasi di wilayah itu. Masyarakat Nias juga merantau ke Sumatera Barat, mereka tinggal di daerah pesisir seperti Pasaman dan pariaman. Di Sumatera Utara, perantau Nias umumnya bermukim di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Letak Nias dengan sibolga/ Tapanuli Tengah yang lebih dekat memudahkan masyarakat memasuki wilayah ini melalalui jalur laut. Sibolga/ Tapanuli Tengah merupakan pilihan tempat tinggal. Migrasi masyarakat Nias ke luar dari daerah asalnya bukanlah merupakan gerakan spontan. Karena keadaan geografis Nias yang berbukit-bukit menyebabkan mata pencaharian penduduk terbagi atas dua, yaitu penduduk yang tinggal di pesisir pantai berpenghidupan dari perikaanan(nelayan), dan penduduk yang berada di dataran tinggi akan mengusahakan pertanian dalan perladangan sebagai mata pencaharian. Dalam mengusahakan pertanian dan perkebunan, relatif sederhana dengan sistem irigasi yang tidak berkembang. Mata pencaharian yang lainnya adalah beternak, yaitu beternak babi dan ayam serta jenis hewan lainnya yang dapat dikelola dalam skala kecil di tiap rumah tangga. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang termasuk sederhana dan tradisional, telah mendorong masyarakat untuk mengembangkan sumber daya ekonomi lain. Wilayah pertanian yang terbatas, variasi tanaman yang cenderung monoton. Kurang dinamisnya perekonomian di Nias merupakan fenomena yang cenderung masyarakat untuk mencari alternatif lain.(legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias, Ketut Wiradnyana 2010:7).

3 Beban hidup masyarakat Nias dengan pola budaya konsumtif dapat diamati dari siklus kehidupan dan tradisi Bōwō. Tradisi Bowo lazim ditampilkan dalam proses perkawinan. Sebagai masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan tradisi lokal,terutama dalam sistem Perkawinan, di dalam masyarakat Nias dikenal istilah Böwö (mahar)yang sangat tinggi. Hal ini bisa terjadi karena kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali yang harus di folaya (dihormati dengan cara memberi babi). Selain itu, babi pun banyak yang harus disembelih dengan berbagai macam fungsional adatnya. Tingginya mahar tersebut tidak sebanding dengan mata pencaharian masyarakat Nias yang sangat terbatas,sehingga memperburuk keadaan ekonomi masyarakat Nias itu sendiri sehingga mengarah ke kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu pendorong yang membuat warga Nias banyak yang keluar dari Nias dan merantau ke berbagai daerah luar Nias. Kemiskinan fungsional telah melanda kondisi masyarakat secara struktural. Fungsi-fungsi budaya yang mengikat secara struktur sosial mengakibatkan munculnya budaya kemiskinan yang dihadapi dengan ringkih anggota masyarakat yang tidak kuat dengan tradisi lokal yang cenderung mengikat, menjadi pendorong untuk keluar secara fisik. Keluar secara fisik maksudnya adalah meninggalkan kampung halamn secara permanen dan mencoba peruntungan di daerah lain. Daerah lain yang dimaksud adalah kawasan atau tempat yang ditengarai dapat memberikan jalan keluar dari beban hidup secara tradisional dengan tetap mempertahankan tradisi yang dapat memperkuat identitas sebagai komiunitas etnis Nias seperti mempertahankan budaya Nias yang jauh dari pola

4 konsumtif. Salah satu daerah yang dituju adalah Tapanuli Tengah- Sibolga. Alasan mengapa daerah-daerah ini menjadi daerah sasaran perantauan warga Nias tidak lebih dari pertimbangan jarak dan strasegisnya daerah yang dituju tersebut. Awalnya,kebanyakan masyarakat Nias lebih memilih merantau ke daerah yang jauh dari perkotaan dan sebagiannya lagi ke kawasan perkotaan untuk melanjutkan pendidikan. Pemilihan wilayah sesuai keahlian dan komunikasi yang dikuasai. Hampir di seluruh daerah kecamatan Badiri dan tersebar masyarakat Nias,salah satunya desa Lopian. Desa Lopian merupakan salah kawasan pemukiman etnis Nias di Kecamatan Badiri, karena kawasan ini dinilai dapat menunjang penghidupan masyarakat. Untuk menunjang hidupnya setiap masyarakat pasti memiliki penghidupan( mata pencaharian utama). Karena keterbatasan keahlian dan kemampuan, masyarakat Nias awalnya memilih membuka lahan dan bertani.pada saat itu, wilayah desa lopian sebagian besar terdiri dari hutan. Perkampungan penduduk masih sedikit dan masih banyak lahan kosong. Keadaan ini menjadi penarik bagi masyarakat Nias melakukan penjajakan terhadap lahan yang kosong dan membuka lahan pertanian. Akan tetapi, karena lahan yang kurang mendukung dan seiring berjalannya waktu masyarakat Nias mulai beradaptasi dengan daerah dan masyarakat setempat yang adalah nelayan( parbagan). Masyarakat Nias pun beralih profesi menjadi nelayan. Penghidupan menjadi nelayan ternyata tidak selamanya berjalan dengan lancar, terutama pasca kejadian gempa di Nias. Peristiwa tersebut berdampak pada hasil laut para nelayan,selain

5 itu bahan bakar minyak sangat susah diperoleh dan terjadi pelunjakan harga. Masyarakat Nias di daerah ini banyak mengalami kerugian. Sebagaimana yang umum diketahui bahwa pada saat terjadinya perpindahan penduduk maka tak dapat dipungkiri bahwa kelompok etnis pendatang yakni kaum perantau di daerah yg baru dimasuki itu, maka segala atribut yang melekat pada diri dan kebudayaannya dari daerah asal akan terbawa ke daerah yang baru tersebut. Begitu juga dengan masyarakat nias yang erat kaitannya dengan minuman khasnya tuak suling(tuo nifaro). Di tengah krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu, para perantau masyarakat Nias korban gempa mulai mengenalkan dan mengembangkan pengolahan tuak suling di Desa Lopian. Usaha kecil tersebut menghasilkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Sejak saat itu, masyarakat Nias yang telah lama bermukim di desa tersebut kembali beralih profesi mengolah tuak suling dan meninggalkan penghidupan nelayan. Usaha tersebut masih bertahan hingga sekarang walaupun izin dari usaha pengolahan tuak tersebut tidak ada(tidak resmi). Karena banyaknya permintaan konsumen dari luar, hampir 90% masyarakat Nias yang bermukim di desa lopian memiliki penghidupan(mata pencharian) menjadi pengolah tuak suling. Agar dapat berinteraksi dengan baik dan demi kelangsungan hidup, masyarakat etnis Nias harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adaptasi perlu agar manusia atau kelompok masyarakat dapat bertahan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada ditempat baru. Masyarakat Nias dapat bertahan hidup dan memilih tinggal menetap di desa Lopian kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah karena mereka telah mampu

6 menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Dimana di desa Lopian terdiri dari beberapa etnis yaitu Batak Toba, Mandailing, dan sebagian etnis Jawa(madura) dan memiliki perbedaan agama yaitu Islam, dan Kristen, namun mereka bisa hidup secara berdampingan damai dan harmonis. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk lebih jauh mengetahui tentang pola adaptasi masyarakat etnis Nias di Desa Lopian Kecamatan Badiri,Kabupaten Tapauli Tengah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian adalah : 1. Latar belakang masyarakat etnis Nias merantau ke Tapanuli Tengah 2. Adaptasi masyarakat etnis Nias di Desa Lopian kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. 3. Penghidupan masyarakat etnis Nias di Desa Lopian, Kecamatan Badiri C. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah : 1. Apa yang melatarbelakangi migrasi masyarakat Nias? 2. Bagaimana proses masuknya masyarakat Nias ke Desa Lopian Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. 3. Bagaimana adaptasi masyarakat Nias dengan lingkungan sekitar Desa Lopian 4. Apa mata pencaharian masyarakat Nias di Desa Lopian?

7 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses kedatangan masyarakat Nias ke desa Lopian, 2. Untuk mengetahui Kehidupan masyarakat Nias di Desa Lopian Kecamatan Badiri. 3. Untuk mengetahui bagaimana pola adaptasi masyarakat Nias dengan lingkungan sekitar. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menanbah pengetahuan dan informasi tentang masuknya masyarakat etnis Nias ke desa Lopian kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah serta pola penghidupannya. 2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti khususnya dalam pembuatan karya tugas ilmiah berbentuk skrpsi. 3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa jurusan pendidikan sejarah maupun mahasiswa lainnya dengan bidang penelitian yang sama pada lokasi yang berbeda. 4. Sebagai bahan masukan terhadap sejarah lokal. 5. Menambah informasi bagi masyarakat umumnya dan mahasiswa khususnya dalam pemahaman etnis di kabupaten Tapanuli Tengah.