BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

Komunikasi Antar Budaya

Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 3 dan 4 ) KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2

I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya mulai

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara

PASAR SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

ETNOGRAFI KOMUNIKASI. Sangra Juliano P, M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

10FIKOM TEORI BUDAYA ORGANISASI. Budaya Komunikasi Dalam Pendekatan Kultural. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Modul ke: Fakultas

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

Budaya dan Komunikasi 1

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dunia Broadcasting ( Penyiaran ) adalah salah satu media penyampaian informasi

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB IV ANALISIS DATA

Pengertian, Ruang Lingkup dan Dimensi Komunikasi Antar Budaya. Sesi - 1 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI

SISTEM KOMUNIKASI TRADISIONAL MASYARAKAT YANG BERBUDAYA TERISOLIR DI CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

SYMBOL AND MEANING. Modul ke: 13FIKOM PENGERTIAN, KOSTRUKSI DAN APLIKASI. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk intraksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi (Deddy Mulyana, 2000: 20). Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan haus disandi balik dalam budaya lain. Seperti telah kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang (Deddy Mulyana, 2000: 20). 2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya Kita menggunakan istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi antara kultur yang berbeda. Model komunikasi antarbudaya yang disajikan yaitu: 1. komunikasi antarbudaya. 2. komunikasi antara ras yang berbeda. 3. komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda. 4. komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. 5. komunikasi antara bangsa yang berbeda. 6. komunikasi antara subkultur yang berbeda. 7. komunikasi antara suatu subkultur dan kulutur yang dominan. 8. komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. 5

Jadi cara kita berkomunikasi sebagian besar dipengaruhi kultur, orang-orang dari kultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda. Kita harus menaruh perhatian khusus untuk menjaga jangan sampai perbedaan kultur menghambat interaksi yang bermakna, melainkan justru menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman komunikasi kita. Jika kita ingin berkomunikasi secara efektif, kita perlu memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan ini. 2.3 Komunikasi Sebagai Proses Budaya Asumsi dasarnya (Nurudin, 2010: 49) adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia, secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi juga disebut sebagai proses budaya. Maka komunikasi nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan, dengan kata lain, komunikasi bisa disebut sebagai proses kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Ditinjau secara lebih konkrit hubungan antara komunikasi dengan kebudayaan akan semakin jelas yaitu: 1. Dalam mempraktikan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara, seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi. 2. Komunikasi menghasilkan mata pencarian hidup manusia. 3. Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi. 4. Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampaian pesan kepada orang lain. 5. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Tak bisa dipungkiri komunikasi sebagai proses budaya, menjadi objektivitas antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. 2.4 Interaksi Sosial 6

Bentuk social dinamic yang dimaksud oleh (Burhan Bungin, 2009: 55-58) August Comte adalah sama dengan yang dimaksud dengan struktur dinamis dalam masyarakat. Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemiripan dengan proses sosial. Proses sosial yang dimaksud adalah di mana individu, kelompok, dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem-sistem sosial pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto,2002: 62). Terjadinya intraksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi (communication). 2.4.1 Kontak Sosial Menurut Soeryono Soekanto (2002: 65), kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau com (bersama-sama) dan tango (menyentuh), jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisikal, sebagai gejala sosial hal itu bukan semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial tidak terjadi saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Bentuk-bentuk kontak sosial sebagai berikut: 1. Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang per orang. Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang mempelajari norma-norma yang terjadi di masyarakat. Berger dan Luckmann (Bungin, 2001: 14), mengatakan proses ini terjadi melalui proses objektivitas, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilambangkan atau mengalami proses institusionalisasi. 2. Antara orang per orang dengan suatu kelompok masyarakat atau sebaliknya. 3. Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dalam sebuah komunitas. 4. Antara orang per orang dengan masyarakat global di dunia internasional. 5. Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di mana kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka. 2.4.2 Komunikasi Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap inforamasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerakgerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi 7

terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah di alami. Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi yaitu, sumber informasi dan penerima informasi. Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi untuk disebarkan kepada masyarakat luas, sedangkan penerima informasi adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi. Oleh karena itu, maka sebuah proses komunikasi memeliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek-subjek yang beragam dan konteks sosial yang majemuk. 2.5 Budaya dan Komunikasi Hubungan antar budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui, dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang memandang dunia mereka maelalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budaya mereka (Deddy Mulyana, 2000: 24). Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya diantara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya tersebut pun akan berbeda pula (Deddy Mulyana, 2000: 24-25). Budaya adalah suatu pola hidup menyeleruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Untuk menyederhanakan dan membatasi pembahasan kita, kita akan memeriksa beberapa unsur sosio-budaya yang berhubungan dengan persepsi, proses verbal dan proses nonverbal. Unsur-unsur sosio-budaya ini merupakan bagian-bagian dari komunikasi antarbudaya. Bila kita memadukan unsur-unsur tersebeut, sebagaimana yang kita lakukan ketika kita berkomunikasi, unsur-unsur tersebut bagaikan komponen-komponen sesuatu sistem stereo, setiap komponen berhubungan dengan dan membutuhkan komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut membentuk suatu metriks yang kompleks mengenai unsur-unsur yang sedang berinteraksi yang beroperasi bersama-sama, 8

yang merupakan suatu fenomena kompleks yang disebut komunikasi antarbudaya (Deddy Mulyana, 2000: 25). 2.6 Sifat-Sifat Pesan Dalam Komunikasi 2.6.1 Pesan Verbal Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstrak itu, problemnya menjadi semakin rumit. Ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari budaya kita sendiri, proses abstraksi untuk merepresentasikan pengalaman kita jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagai sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan konsekuensinya, proses abstraksi juga menyulitkan. Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan ungkapan lain, bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya. Menurut Hipotesis Sapir Whorf, sering juga disebut teori Relativitas Linguistik, sebenarnya setiap bahasa menunjukan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakaiannya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakaiannya untuk berpikir, melihat lingkungan, dan alam semesta di sekitarnya dengan cara yang berbeda, dan karenanya berperilaku secara berbeda pula (Deddy Mulyana, 2012: 260-262). 2.6.2 Pesan nonverbal Di dalam buku Deddy Mulyana, 2012: 343, secara sederhana, pesan nonverbal adalah isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. Sebagaimana subkultur pun sering memiliki bahasa 9

nonverbal, misalnya bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, kelas sosial, tingkat ekonomi, lokasi geografis, dan sebagainya. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Sebagaimana budaya, subkultur pun sering memiliki bahasa nonverbal yang khas. Dalam suatu budaya boleh jadi terdapat variasi budaya nonverbal,,isalnya, bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, kelas sosial, tingkat ekonomi, lokasi geografis, dan sebagainya. 2.7 Bahasa Sebagai Simbol Dalam Komunikasi Antar Budaya Dalam buku Liliweri, 2003:146, bahasa adalah manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Oleh karena itu, manusia sudah pasti berkomunikasi melalui bahasa, dan karena bahasa ada dalam kebudayaan maka orang pasti berkomunikasi dalam dan antarbudaya. Kata Edward T. Hall, kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan. Dalam kultur berbehasa dikenal empat jenis budaya yang menunjukan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Sedangkan simbol dalam buku Liliweri, 2003:179, pengertian simbol adalah simbol berasal dari kata latin symbolicum yang berarti tanda untuk mengartikan sesuatu. Sebuah simbol adalah sesuatu yang terdiri atas sesuatu lain. Suatu makna dapat ditunjukan oleh simbol. Manusia berkomunikasi dengan bahasa, bahasa tergantung pada kata dan tata bahasa. Semua kata yang digunakan adalah simbol karena dia mempunyai banyak arti. Karena simbol yang diwakili dalam kata bisa berbeda-beda pengertiannya maka benar kata Verdeber (1986) bahwa komunikasi verbal lisan maupun tertulis tergantung pada penguasaan kata dan tata bahas. Banyak teori telah ditemukan untuk menjelaskan asal mula bahasa, beberapa di antaranya dicari-cari. Sebuah teori yang dianut oleh sejumlah ahli antropologi dewasa ini, adalah bahwa manusia dimulai sebagai sistem gerakan tubuh. Berbagai faktor lingkungan bersama dengan berubahan biologis pada homonida zaman purba merupakan latar belakang bahasa, dan mungkin gerakan mulut memegang peranan yang penting dalam perubahan. Di dalam bukunya Sihabudin,2011:66, menurut Hayakawa dalam Mulyana dan Rahmat (1990:104) diantara bentuk simbol, bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, dan berkembang. Telah kita ketahui bahwa manusia, berdasarkan kesepakatan bersama, dapat menjadikan sesuatu lambang, dan berbagai macam informasi. Kita cenederung menganggap bahasa sebagai sesuatu yang biasa, maka mungkin tidak begitu jelas bagi kita bahwa bahasa juga merupakan suatu sistem yang memungkinkan kita 10

untuk mengutarakan keprihatinan, kepercayaan, dan pengertian dalam bentuk lambang yang dapat dipahami dan ditafsirkan oleh orang lain. Namun proses simbolik yang memungkinkan absurditas perilaku manusia, juga memungkinkan timbul bahasa, dan oleh karenanya semua perolehan manusia bergantung pada bahasa. Jadi dengan perantara bahasa, pengertianpengertian yang bersifat abstrak sifatnya dapat disimpan dalam alam pikiran manusia, yang kemudian dapat diinformasikan kepada manusia lain. Artinya manusia dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir simbolik, yaitu menggunakan pengertian-pengertian yang abstrak dengan alat bahasa. Manusia dapat berbicara, mengembangkan kapasitas untuk inovasi, dan beinteraksi dalam masyarakatnya dengan bahasa (Sihabudin, 2011:66-68). 2.8 Hambatan Komunikasi Antar Budaya Barna dan Ruben (dalam Devito, 2011:488-492)Hukum Murpy (jika sesuatu bisa salah, dia akan salah) terutama berlaku untuk komunikasi antarbudaya. Mengenali beberapa penghambat yang lazim dapat membantu anda menghindarinya atau setidak-tidaknya menanggulangi akibat. Komunikasi antarbudaya, tentu saja, menghadapi hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Berikut adalah hambatan-hambatan yang unik untuk komunikasi antarbudaya: 1. Mengabaikan perbedaan antar kelompok yang secara kultural berbeda. Barangkali hambatan yang paling lazim adalah bilamana anda menganggap bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Ini terutama terjadi dalam hal nilai, sikap, dan kepercayaan. Kita dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan makanan. Tetapi, dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, kita menganggap bahwa pada dasarnya manusia itu semua sama. 2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama satu dengan lainnya, demikian pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko, dan seterusnya. Bila kita mengabaikan perbedaan ini kita terjebak dalam stereotip. Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama. 3. Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti). Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang yang menggunakan kata-kata itu. Kita perlu sangat peka terhadap prinsip ini dalam komunikasi antarbudaya. 11

4. Melanggar adat kebiasaan kultur. Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Beberapa kultur orang menunjukan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung dengan lawan bicaranya. Dalam kultur yang lain, penghindaran kontak mata seperti dianggap mengisyaratkan ketiadaan minat. 5. Menilai perbedaan secara negatif. Adanya perbedaan di antara kultur-kultur, anda tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Secara objektif, meludah dan menjulurkan lidah bukanlah merupakan tindakan yang negatif ataupun positif. Bila anda melihatnya sebagai hal yang negatif (jika anda orang barat) atau hal yang positif (jika anda orang Masai dan India), anda terperangkap dalam pemikiran etnosentris. Bila anda berpikir seperti itu, anda menempatkan lawan bicara pada posisi defensif. 2.8.1 Hambatan Terhadap Komunikasi Antarbudaya Meskipun sarana transportasi dan komunikasi modern telah memungkinkan kita berhubungan dengan hampir semua orang diseluruh dunia, teknis untuk mengirim pesan dan menerima pesan tidak dengan sendirinya membuat orang-orang yang berbeda budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Perkembangan teknologi komunikasi yang dramatik telah melampaui kemampuan kita untuk berkomunikasi efektif dengan orang-orang yang punya bahasa berbeda, kepercayaan, dan nilai berbeda. Interaksi antara orang-orang berbeda budaya telah menimbulkan lebih banyak salah pengertian daripada pengertian (Deddy Mulyana, 2005: 240). 2.8.2 Hambatan Terhadap Pemahaman Komunikasi Antarbudaya Kita dapat mempelajari suatu bahasa asing dengan sekadar menghapalkan kosakatanya dan struktur tata bahasa. Bahasa adalah suatu sistem yang rumit yang berhubungan dengan budaya. Dengan mempelajari aspek-aspek budaya tertentu, karena itu, tidak akan memungkinkan atau memahami budaya itu seperti memahami budaya sendiri. Perbedaan ini tidak dengan sendirinya bersifat kultural, namun kedua kelompok terbagi oleh lebih dari sekedar sejumlah perbedaan, keseluruhan cara hidup mereka berbeda, semakin berbeda kedua budaya, semakin besar perbedaan antara kedua kelompok itu, dan semakin sedikit kemungkinan untuk saling memahami (Deddy Mulyana, 2005: 253). 12

13