BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik tingkat ekonomi, sosial maupun teknologi. Perubahan penyakit menular ke penyakit tidak menular menyebabkan adanya transisi epidemiologi. (1) Berbagai perubahan penyakit dapat menyebabkan stress atau tekanan, hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit degeneratif. Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat merugikan kesehatan, salah satunya timbulnya penyakit degeneratif. Penyakit Degeneratif yang biasanya terjadi meliputi obesitas, diabetes melitus, jantung, hipertensi, reumatik, osteoporosis. (2) Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Penyakit menular yang utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (PJK, stroke), kanker, Penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru obstruktif kronis), dan diabetes. (3) Penyakit kanker, diabetes melitus, stroke, jantung, penyakit paru obstruktif kronik cedera dan penyakit kronik lainnya menyebabkan 63% kematian di dunia dengan jumlah 36 juta jiwa per tahun. (4) Penyakit kardiovaskular yang selalu menempati urutan paling tinggi yaitu PJK. (5) Dinegara maju maupun berkembang penyakit jantung koroner masih menjadi masalah. Pada abad ke 20 peran penyakit tuberculosis paru telah digantikan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai penyakit epidemic pada laki-laki di negara maju. (6) Di USA setiap tahunnya terdapat kasus PJK yang menyebabkan kematian sebanyak 550.000 orang. (7) 1

2 Di Eropa kasus penyakit jantung koroner sekitar 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk. (7) Penyempitan arteri koroner akibat proses aterosklerosis menyebabkan terjadinya PJK. (6) Tingginya prevalensi penyakit jantung koroner disebabkan pola hidup dan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti perilaku merokok, konsumsi alkohol, makanan berlemak, kurangnya aktifitas fisik (olahraga) dan stress. (5) Sekitar 30% penyebab kematian utama didunia disebabkan oleh PJK. (8) Prevalensi penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. (9) Penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, stroke, kanker dan penyakit paru obstruktif kronis tertentu merupakan PTM yang digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama. Faktor risiko PTM terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. (10) Prevalensi PJK di Indonesia tahun 2013 menurut diagnosis dokter sebanyak 0,5% atau sekitar 883.447 orang dan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebanyak 1,5% atau sekitar 2.650.340 orang. (11) Berdasarkan laporan kasus penyakit tidak menular Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2007, kasus penyakit infarct myocard sebanyak 1,03% dan gejala angina pectoris sebanyak 0,50%. (6) Prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2%. (9) Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008, jumlah PJK tahun 2007 sebesar 29.099 yang terdiri dari 20.497 kasus disebabkan oleh angina pektoris dan 8.602 kasus disebabkan oleh AMI (Acute Myocard Infark). Pada tahun 2008 jumlah kasus penyakit jantung koroner mengalami peningkatan menjadi 29.933 kasus, yang terdiri dari 20.994 kasus, yang terdiri dari 20.994 kasus disebabkan oleh angina pektoris dan 8.939 kasus disebabkan oleh AMI. Kota Semarang termasuk

3 dalam lima daerah dengan jumlah kasus tertinggi penyakit jantung koroner dengan jumlah 6.276 kasus, dan diikuti Kota Magelang sebanyak 2.852 kasus, Kabupaten Klaten sebanyak 2.032, Kabupaten Sukaharjo sebanyak 2.019 kasus, dan Kota Tegal sebanyak 1.551 kasus. (12) Prevalensi PJK di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebanyak 0,09%, tahun 2007 menjadi 0,10%, dan tahun 2008 menjadi 0,11% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2008). (12) Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2009 Jumlah kasus penyakit jantung koroner sebanyak 24.031 kasus, yang terdiri dari 16.632 kasus disebabkan oleh angina pektoris dan 7.399 disebabkan oleh AMI. Pada tahun 2009 Kota Semarang masih menempati urutan pertama dengan kasus penyakit jantung koroner tertinggi sebanyak 5.379 kasus, diikuti Kabupaten Kebumen sebanyak 2.345 kasus, Kota Surakarta sebanyak 2.326 kasus, Kabupaten Magelang sebanyak 2.105 kasus, dan Kota Magelang sebanyak 1.410 kasus. (12) Menurut Subdin P2P Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, angka kematian penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan yang tidak stabil. Salah satunya yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah yang menempati urutan pertama dilihat dari angka mortalitas dan morbiditas. Tahun 2005 ditemukan 3.290 kasus dengan jumlah kematian 28 kasus, tahun tahun 2006 ditemukan 6.548 kasus dengan jumlah kematian 98 kasus, tahun 2007 ditemukan 6.432 kasus dengan jumlah kematian 116 kasus, tahun 2008 ditemukan 6.685 kasus dengan jumlah kematian 94 kasus, tahun 2009 ditemukan 7.632 kasus dengan jumlah kematian 89 kasus, tahun 2010 ditemukan 6.194 kasus dengan jumlah kematian 108 kasus dan tahun 2011

4 ditemukan 20.336 kasus. (12) Prevalensi jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Semakin meningkatnya usia seseorang, prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke akan mengalami peningkatan. (3) Tahun 2011 Provinsi Jawa Tengah melaporkan data PTM sebanyak 27 kabupaten/kota (77,1%). Hampir semua kelomok PTM pada tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah kasus dibanding tahun 2010. (13) Tahun 2012 Provinsi Jawa Tengah melaporkan data PTM sebanyak 34 kabupaten/kota (97,14%). Kasus PTM tertinggi pada tahun 2012 yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 806.208 kasus dar total 1.212.167 kasus. (14) Tahun 2013 Provinsi Jawa Tengah melaporkan data PTM sebanyak 3 kabupaten/kota (88,57%). Kasus PTM tertinggi pada tahun 2013 yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 743.204 kasus dar total 1.069.263 kasus. (10) Tahun 2010 kematian akibat PTM sebanyak 907 kasus, tahun 2011 sebanyak 1077 kasus, tahun 2012 sebanyak 2084, tahun 2013 sebanyak 2725, tahun 2014 sebanyak 2462, dan tahun 2015 sebanyak 980 kasus. (1) Berdasarkan usia, kasus PTM terjadi pada golongan 45 65 tahun. Hal tersebut dikarenakan banyaknya aktifitas yang dilakukan tetapi tidak diimbangi pola hidup yang sehat. (1) Penyakit tidak menular masih menempati urutan tertinggi di jawa tengah, salah satunya penyakit jantung dan pembuluh darah dengan jumlah kasus sebanyak 960 kasus. (10) Prevalensi penyakit jantung pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, baik berdasarkan diagnosa sebesar 1,0% maupun diagnosa dan gejala 8,1% dibandingkan dengan diagnosa dan gejala pada laki-laki sebesar 0,8% dan 6,2%. (9) Hasil penelitian di Inggris

5 menunjukkan insiden kelompok umur 45-54 tahun sebesar 4 per 1000 perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan insiden pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu 1 per 1000 perempuan.(15) Usia > 45 tahun merupakan masa peralihan dari premenopause ke perimenopause. (16) Penderita dengan penyakit jantung koroner mempunyai risiko mengalami penyakit hipertensi sebanyak 2,25 kali dibanding dengan penderita yang tidak mengalami penyakit jantung koroner. Seseorang yang memiliki faktor risiko lebih dari satu seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus dan obesitas maka mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk berpotensi terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan 70 orang yang tidak. (8) Penyakit yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas tertinggi di dunia adalah penyakit jantung koroner. (17) Perawatan serta biaya pengobatan penyakit jantung membutuhkan biaya yang tinggi, ditambah lagi dengan pemeriksaan penunjang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu upaya preventif dapat membantu dan bermanfaat untuk mengurangi kejadian penyakit jantung koroner. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia Frahdika dan Mahalul Azam diketahui bahwa faktor-faktor risiko yang terbukti mempunyai pengaruh pada PJK dengan usia dewasa madya (41-60 tahun) adalah : dislipidemia, hipertensi, stress, diabetes melitus merokok, dan obesitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M Supriyono, Soeharyo Hadisaputro, Sugiri, Ari Udiyono, M. Sakundarno Adidapat diketahui faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada kelompok usia 45 tahun adalah : merokok, riwayat penyakit diabetes melitus, dislipidemia, penyakit diabetes melitus, dan hipertrigliseridemia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Zahrawardani,

6 Kuntio Sri Herlambang, Hema Dwi Anggraheny diketahui bahwa faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan PJK di RSUP Dr Kariadi Semarang adalah hipertensi, diabetes melitus, kolesterol total, usia dan kadar trigliserida. Hasil survei awal yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang diperoleh data total kasus PJK rawat jalan pada tahun 2016 sebanyak 690 pasien. Jumlah pasien PJK rawat jalan usia 45-60 tahun sebanyak 293 pasien, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 143 pasien dan perempuan sebanyak 150 pasien. Dari hasil data diatas maka peneliti melakukan penelitian Faktor- Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Wanita Usia 40 Tahun di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Dengan diketahuinya faktorfaktor risiko kejadian PJK padawanita diharapkan pemerintah dapat menanggulangi kejadian penyakit PJK pada wanita usia 40 tahun dan menurunkan angka kematian dan kesakitan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor risiko apa sajakah yang berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada wanita usia 40 tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Wanita Usia 40 Tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016.

7 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan faktor risiko PJK pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang meliputi kejadian diabetes melitus, kejadian hipertensi, kejadian dislipidemia, kadar trigliserida, status obesitas. b. Menganalisis hubungan faktor risiko kejadian diabetes melitus dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang c. Menganalisis hubungan faktor risiko kejadian hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang d. Menganalisis hubungan faktor risiko kejadian dislipidemia dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang e. Menganalisis hubungan faktor risiko kadar trigliserida dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang f. Menganalisis hubungan faktor risiko status obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien di RSUD Tugurejo Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dari penelitian ini penulis dapat mengetahui Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Wanita Usia 40 Tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016.

8 2. Bagi Masyarakat Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pada masyarakat mengenai Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) padawanita Usia 40 Tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016, sebagai upaya SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) pada penyakit jantung koroner (PJK). 3. Bagi Universitas Terbinanya kerjasama dengan mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu kesehatan. 4. Bagi RSUD Tugurejo Semarang Terbinanya kerjasama dengan pihak RSUD Semarang dalam melakukan upaya (Sistem Kewaspadaan Dini) pada penyakit jantung koroner dengan melihat Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) padawanita Usia 40 Tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peniliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Amelia F, Mahalul A Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner pada Usia Dewasa Madya (41-60 Tahun) di RS Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2015. a. Desain penelitian: Studi kasus. b.variabel terikat yaitu kejadian PJK c.variabel bebas yaitu dislipidemia, kebiasaan merokok, hipertensi, DM, Obesitas, Tingkat aktivitas fisik, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan. Faktor yang berhubngan dengan PJK pada usia dewasa madya adalah dislipidemia, kebiasaan merokok, hipertensi, DM, obesitas dan stress.

9 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian (Lanjutan) No Peniliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 2. Ummu Tazkiya Tunnafsi Faktor risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Kelompok Usia <45 tahun di RSUD Tugurejo a. Desain penelitian:studi kasus (case control) b.variabel terikat yaitu Pasien PJK c.variabel bebas yaitu riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, DM, obesitas, tingkat pendidikan. Terdapat hubungan antara hipertensi, dislipedimia, DM dengan PJK. Tidak ada hubungan antara obesitas dan tingkat pendidikan.. Semarang Tahun 2014. 3. Ratih Oemiati dan Rustika Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Perempuan (Baseline Studi Kohort Risiko PTM) a.desain penelitian:cros sectional dengan analisis lanjut sub set data kohor PTM b.variabel terikat yaitu PJK pada perempuan Determinan faktor risiko PJK paada perempuan adalah menopause, lingkar perut dan tingginya kadar trigliserida. Tahun 2013. c.variabel bebas yaitu sosiodemografi, faktor risiko perilaku dan faktor risiko biomedik. 4. Diana Z, Kuntio S H, Hema D A Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang Tahun 2013. a.desain penelitian:cross sectional b.variabel Dependen yaitu PJK c.variabel independen yaitu usia, kolesterol total, kadar trigliserida, hipertensi, DM. usia, kolesterol total, kadar trigliserida, hipertensi, DM merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner.

10 Berdasarkan tabel diatas, yang membedakan penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya yaitu : 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang. Lokasi ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Oemiati dan Rustika dimana penelitian dilakukan di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dan penelitian yang dilakukan Diana Z, Kuntio S H, Hema D A dimana penelitian dilakukan di RSUP Dr Kariadi Semarang. 2. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Waktu ini jelas berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitan oleh Amelia F, Mahalul A dilakukan pada tahun 2015, penelitian Ummu Tazkiya Tunnafsi dilakukan pada tahun 2014, penelitian Ratih Oemiati dan Rustika dilakukan pada tahun 2013 dan penelitian Diana Z, Kuntio S H, Hema D A dilakukan pada tahun 2013. 3. Variabel Penelitian ini menggunakan variabel terikat: penyakit jantung koroner (PJK) dan variabel bebas: diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, kadar trigliserida, obesitas. Variabel ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia F, Mahalull A dimana pada penelitian sebelumnya variabel terikat : kejadian PJK pada dan variabel bebas : dislipidemia, kebiasaan merokok, hipertensi, DM, Obesitas, Tingkat aktivitas fisik, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan. Variabel ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ummu Tazkiya Tunnafsi, dimana pada penelitian sebelumnya variabel terikat : kejadian PJK dan variabel bebas : riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, DM, obesitas. Variabel ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan

11 Ratih Oemiati dan Rustika dimana pada penelitian sebelumnya variabel terikat : PJK pada perempuan dan variabel bebas : sosiodemografi, faktor risiko perilaku dan faktor risiko biomedik. Variabel ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan Diana Z, Kuntio S H, Hema D A, dimana penelitian sebelumnya variabel terikat : PJK dan variabel bebas : usia, kolesterol total, kadar trigliserida, hipertensi, DM. 4. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control. Desain penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Oemiati dan Rustika dimana penelitian tersebut menggunakan desain penelitian cros sectional dengan analisis lanjut sub set data kohor PTM dan penelitian yang dilakukan oleh Diana Z, Kuntio S H, Hema D A dimana penelitian tersebut menggunakan desain penelitian cross sectional. F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian merupakan penelitian dibidang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya epidemilogi. 2. Lingkup Materi Materi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Wanita Usia 40 Tahun di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. 3. Lingkup Tempat Lokasi Penelitian dilakukan di RSUD Tugurejo di Kota Semarang Tahun 2017.

12 4. Lingkup Metode Metode penelitian menggunakan metode penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian case control (studi kasus). 5. Lingkup Sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah penderita jantung koroner (PJK) di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. 6. Lingkup Waktu Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli Tahun 2017 di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2017.