TUGAS TEORI AKUNTANSI CHAPTER 13 LEASES

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTANSI UNTUK LEASING

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

BAB II LANDASAN TEORI

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

BAB II AKUNTANSI SEWA

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Standar Akuntansi Keuangan

AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

AKUNTANSI UNTUK LEASING

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN,

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

Analisis Aktivitas Pendanaan

Standar Akuntansi Keuangan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 30 (Revisi 2007): SEWA IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

ACCOUNTING FOR LEASE

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

BAB II BAHAN RUJUKAN

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1. Pengertian dan Manfaat Laporan Arus Kas

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

JUMLAH AKTIVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB II BAHAN RUJUKAN

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

BAGIAN IX ASET

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (LEASING) PADA PT. MAF & MCF BERDASARKAN PSAK NO 30 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

Transkripsi:

TUGAS TEORI AKUNTANSI CHAPTER 13 LEASES Kelompok 10 : REZA ERNALA (2006-012-479) FENNY (2007-012-297) REZA UPADANA (2007-012- ) MUHAMMAD INDRA IBRAHIM (2008-012-023) ALOYSIUS KRISTIANTO (2008-012-141) UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA 2012

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama Perusahaan pada umumnya memperoleh asset jangka panjang melalui pembelian yg berasal dari sumber-sumber dana internal maupun dari dana pinjaman dari pihak eksternal. Leasing merupakan alternative untuk memperoleh asset jangka panjang yang dapat digunakan oleh perusahaan. Pada umummnya lessee membuat jadwal pembayaran yg terstruktur selama kedepannya. Leasing telah menjadi metode popular untuk memproleh property jangka panjang karena memilik beberapa keuntungan yang antara lain 1. Leasing menawarkan 100% pembiayaan 2. Leasing menawarkan perlindungan terhadap property agar tidak mengalami keusangan 3. Leasing lebih murah daripada bentuk pembiayaan lainnya untuk memperoleh aktiva tetap 4. Apabila leasing memenuhi syarat sebagai Operating lease,maka tidak ditambahkan kedalam akun utang pada neraca Akuntansi Untuk Leasing Ada dua metode untuk memperloeh pendapatan dan beban didalam leasing untuk periode yang terjadi dalam leasing. Metode pertama adalah Capital Lease, yaitu terdapat perjanjian dimana lessor mendanai akuisisi aktiva oleh lessee. Metode lainnya adalah Operating Lease,dimana perjanjian antara lessor dan lessee hanya sebatas perjanjian sewa. Pada ARB No.38 merekomendasikan apabila leasing secara substansial menjadi pembelian property secara cicilan,maka lessee harus melaporkannya sebagai aktiva dan kewajiban. Opini APB No.5 : Leasing yang secara substansial menjadi pembelian maka harus dikapitalisasi dalam laporan keuangan Lessee. Tujuan utama dari SFAS No.13 adalah untuk mencapai tingkatan yg lebih besar dari simetri akuntansi antara lessor dan lessee. Sudut pandang ini mengarah kepada 3 kesimpulan dasar : 1. Leasing harus menunjukkan secara substansial semua manfaat dan resiko kepemilikan yg telah dialihkan kepada lessee harus diidentifikasi 2. Leasing harus memiliki kriteria yang sama untuk lessor dan lessee,sehingga inkonsistensi dalam perlakuan akuntasi sebelumnya harus dihilangkan

3. Leasing yang tidak memenuhi criteria di dalam point 1 harus dicatat sebagai Perjanjian sewa ( operating lease ) Sebagai tambahan Smith and Wakeman mengidentifikasi faktor-faktor non pajak yang membuat leasing lebih menarik daripada pembelian biasa : 1. Jangka waktu yang pendek tergantung dari masa guna aktiva tersebut 2. Lessor memiliki keunggulan komparatif daripada lessee dalam menjual kembali aktiva tersebut 3. Perjanjian obligasi dari lessee memberi batasan untuk kebijakan keuangan yang harus diikuti perusahaan 4. Adanya kontrak kompensasi dari manajemen yang memuat ketentuan kompensasi sebagai laba atas modal yg diinvestasikan 5. Kepemilikan tetap dipegang lessor, sehingga pengurangan resiko bisa dilakukan 6. Lessor memiliki market power sehingga lebih menguntungkan melakukan Leasing daripada melakukan penjualan terhadap aktiva 7. Nilai aktiva tersebut tidak material terhadap perusahaan Kriteria Untuk Klasifikasi Leasing Dalam SFAS No.13 ada kriteria khusus untuk mengklasifikasikan apakah Leasing tersebut sebagai Financial Lease atau Operating Lease.yaitu : 1. Pengalihan kepemilikan dari lessor ke lessee terjadi pada akhir periode leasing 2. Leasing berisi opsi untuk membeli aktiva secara murah 3. Jangka waktu leasing adalah 75 % atau lebih berdasarkan sisa umur ekonomis aktiva yang disewa, kecuali awal periode leasing tersebut termasuk dalam 25% dari estimasi umur ekonomis aktiva tersebut 4. Pada awal masa leasing, nilai sekarang dari pembayaran lease yg minimum adalah sama atau melebihi dari 90 % dari nilai wajar aktiva yg disewa setelah dikurangi pajak yang ditanggung oleh lessor Kriteria untuk kapitilisasi leasing berdasarkan asumsi bahwa leasing yg dilakukan oleh lessee,segala risiko dan keuntungan dari penggunaan aktiva harus dicatat sebagai akuisisi Aktiva jangka panjang

Dalam hal ini lessor ( kecuali untuk Leveraged leasing ), jika leasing memenuhi salah satu dari empat kriteria diatas ditambah ketentuan berikut maka leasing diklasifikasikan sebagai Financing Lease. Ketentuan tersebut adalah : 1. Kolektibilitas dari pembayaran sewa minimum bisa diprediksi secara wajar 2. Ada kepastian mengenai jumlah biaya yang tidak dapat diganti yang harus dikeluarkan oleh lessor selama leasing berlangsung Akuntansi Dan Pelaporan Oleh Lessee Dalam SFAS Nomor 13 Dari sudut pandang lessee, perhatian utama dalam akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha secara historis pengakuan aktiva dan kewajiban pada neraca. Kekhawatiran ini telah menimpa pertanyaan wajar dari pengakuan pendapatan pada pihak lessor. Oleh karena itu posisi lazim akuntan adalah bahwa ketika perjanjian sewa secara substansial melakukan pembelian angsuran. Penyewa guna usaha harus menjelaskan properti "sewaan" sebagai aktiva dan melaporkan adanya kewajiban secara sesuai. Kegagalan untuk melakukan hasil sehingga dalam sebuah pernyataan dari aset dan kewajiban di neraca. Sewa perjanjian yang tidak dianggap pembelian angsuran merupakan off-balance sheet financing pembiayaan dan harus diungkapkan dalam catatan kaki laporan keuangan. Pada awal 1962, penelitian divisi akuntansi dari AICPA diakui bahwa ada sedikit konsistensi dalam pengungkapan sewa oleh lessee maupun bahwa kebanyakan perusahaan tidak mengkapitalisasi sewa. Oleh karena itu mengesahkan sebuah studi penelitian tentang pelaporan sewa oleh lessee. Di antara rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Sejauh sewa menimbulkan hak milik, hak-hak dan kewajiban terkait harus diukur dan dimasukkan dalam neraca. Sejauh pembayaran sewa merupakan sarana pendanaan akuisisi aset diatas obligasi itu. Bahwa pembayaran sewa adalah untuk layanan seperti pemeliharaan, asuransi, pajak properti, cahaya, servis lift, tidak ada aset yang diperoleh, dan tidak ada yang harus dicatat. Pengukuran nilai aset dan kewajiban terkait melibatkan dua langkah: 1) menentukan bagian dari sewa yang merupakan pembayaran untuk hak milik, dan 2) diskon dari sewa yang sesuai dengan tingkat bunga. Perbedaan penting dalam kesimpulan penelitian ini dan praktek yang ada ketika kesimpulan itu dicapai adalah penekanan pada hak milik, yang bertentangan dengan hak properti -

kepemilikan ekuitas di properti. APB dianggap sebagai rekomendasi dari penelitian ini dan sepakat bahwa perjanjian sewa tertentu harus menghasilkan pencatatan lessee aset dan liabilitas. Dewan menyimpulkan bahwa kriteria penting untuk diterapkan adalah apakah sewa itu secara substansi pembelian, yaitu, hak milik, bukan adanya hak properti. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa APB sepakat bahwa aset dan kewajiban harus dicatat dengan cara yang sama seperti perjanjian purcahase lainnya. APB, bagaimanapun, tidak setuju bahwa hak untuk menggunakan properti dengan imbalan pembayaran sewa menimbulkan pencatatan aktiva dan kewajiban, sejak ekuitas di properti tidak dibuat. Dalam Opini No 5, APB menegaskan bahwa sewa dibatalkan, atau satu yang dibatalkan hanya pada terjadinya beberapa kontingensi jarak jauh, mungkin dalam substansi pembelian jika dengan salah satu dua keadaan berikut ini. 1) Istilah awal adalah secara material kurang dari masa manfaat properti, dan penyewa memiliki hak opsi untuk memperbaharui sewa untuk sisa masa manfaat dari properti dengan substansial kurang dari nilai sewa wajarnya. 2) Penyewa guna usaha memiliki hak, selama atau pada berakhirnya sewa, untuk mendapatkan properti dengan harga yang pada awal sewa tampaknya secara substansial kurang dari nilai wajar kemungkinan properti pada saat atau waktu akuisisi diizinkan oleh lessee. Kehadiran salah satu dari dua kondisi ini dipandang sebagai bukti yang meyakinkan bahwa lessee sedang membangun ekuitas di properti. Para APB melanjutkan dengan mengatakan bahwa sekali atau lebih dari keadaan berikut cenderung menunjukkan bahwa rancangan sewa secara substansi adalah pembelian: 1) Properti ini diakuisisi oleh lessor untuk memenuhi kebutuhan khusus dari penyewa dan mungkin akan digunakan hanya oleh lessee. 2) Masa sewa sesuai substansial untuk estimasi masa manfaat dari properti, dan penyewa wajib membayar biaya-biaya seperti pajak, asuransi, dan pemeliharaan, yang biasanya dianggap terkait dengan kepemilikan. 3) Penyewa guna usaha memberikan jaminan atas kewajiban perusahaan sewa guna usaha sehubungan dengan aset sewaan. 4) Penyewa guna usaha telah memperlakukan sewa sebagai pembelian untuk tujuan pajak. Selain itu, sewa mungkin dianggap pembelian jika lessor dan lessee yang terkait bahkan tanpa adanya kondisi sebelum dan keadaan. Dalam hal, sewa harus dicatat sebagai pembelian jika pirpose utama dari kepemilikan properti oleh lessor adalah untuk menyewakan kepada lessee, dan (1) pembayaran sewa adalah janji untuk menjamin utang lessor atau (2) lessee mampu,

secara langsung atau tidak langsung, mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan tindakan perusahaan sewa guna usaha sehubungan dengan sewa. Kesimpulan ini menimbulkan kontroversi dalam komunitas keuangan karena beberapa individu percaya bahwa mereka menimbulkan disinsentif untuk leasing. Mereka yang memegang pandangan ini menyatakan bahwa sewa noncapitalized memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Akuntansi meningkatkan tinkat rasio laba dan utang, dengan demikian meningkatkan gambaran keuangan perusahaan. 2) Rating utang yang lebih baik. 3) Peningkatan ketersediaan. Di sisi lain, para advocat kapitalisasi sewa berpendapat bahwa argumen ini, pada dasarnya, upaya untuk menipu pengguna laporan keuangan. Artinya, perusahaan harus sepenuhnya mengungkapkan dampak dari semua pembiayaan dan kegiatan investasi dan tidak berusaha untuk menyembunyikan substansi ekonomi eksternal. Modal Sewa Pandangan yang diungkapkan menurut APB No 5 tentang kapitalisasi sewa mereka yang "disubstansi pembelian angsuran" yang signifikan dari sudut pandang sejarah, untuk dua alasan. Pertama, dalam SFASNo.13, FASB berdasarkan kesimpulan pada konsep bahwa sewa yang "mengalihkan secara substansial semua manfaat dan risiko dari kepemilikan properti harus diperhitungkan sebagai perolehan aset dan timbulnya kewajiban oleh lessee, dan sebagai penjualan atau pembiayaan oleh lessor. "Kedua, untuk sebagian besar, ketentuan akuntansi SFAS No 13 berlaku untuk penyewa umumnya mengikuti pendapat APB No.5. Ketentuan-ketentuan dalam SFAS No. 13 membutuhkan penyewa menandatangani perjanjian sewa guna usaha merekam aset dan kewajiban yang lebih rendah dari: 1) Jumlah nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum saat dimulainya sewa. 2) Nilai wajar aktiva yang disewakan pada awal sewa. Aturan untuk menentukan pembayaran sewa minimum secara khusus ditetapkan oleh FASB. Singkatnya, pembayaran tersebut yang penyewa berkewajiban membuat atau dapat diminta untuk membuat, dengan pengecualian biaya executory, harus dimasukkan. Akibatnya, item berikut akan dikenakan inklusi dalam penentuan pembayaran sewa minimum:

1) Minimum pembayaran sewa selama umur sewa 2) Pembayaran dengan opsi tawar-menawar pembelian 3) Setiap yang dijamin oleh lessee dari nilai sisa pada waktu berakhirnya masa sewa 4) Setiap sanksi yang penyewa dapat diwajibkan untuk membayar kegagalan untuk memperbarui lease. Setelah pembayaran sewa minimum diketahui, penyewa harus menghitung nilai sekarang mereka. Tingkat bunga yang akan digunakan dalam perhitungan ini adalah lebih kecil dari suku bunga pinjaman lessee atau tingkat implisit lessor (jika diketahui). Suku bunga pinjaman inkramental lessee adalah tingkat yang seharusnya berubah, memiliki dana yang dipinjam penyewa untuk membeli aset dengan pembayaran dalam jangka yang sama. Jika penyewa dapat dengan mudah menentukan tingkat bunga implisit yang digunakan oleh lessor, dan jika tingkat yang lebih rendah dari suku bunga pinjaman nya incremental, maka penyewa akan menggunakan suku bunga implisit lessor untuk menghitung nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum. Jika penyewa tidak tahu suku bunga lessor, atau jika tingkat bunga implisit lessor lebih tinggi dari suku bunga pinjaman inkremental lessee, lessee dan lessor akan memiliki jadwal amortisasi yang berbeda untuk mengakui beban bunga dan pendapatan bunga, masingmasing. Modal sewa aktiva dan kewajiban untuk diidentifikasi secara terpisah dalam neraca lessee atau dalam catatan kaki yang menyertainya. Kewajiban harus diklasifikasi sesuai dengan kewajiban lancar dan tidak lancar atas dasar yang sama dengan semua kewajiban lainnya, yaitu, sesuai dengan ketika kewajiban harus dibayar. Kecuali jika sewa melibatkan tanah, aset yang tercatat dalam sewa modal harus diamortisasi oleh salah satu dari dua metode. Dan sesuai dengan criteria yang telah di jelaskan di awal, yang harus diamortisasi dengan cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan normal lessee untuk aktiva yang dimiliki. Artinya, ketika lease secara otomatis mentransfer kepemilikan aset sewaan atau berisi opsi beli murah, dianggap bahwa penyewa akhirnya akan memiliki hak atas aset dan harus amortisasi aset sewaan selama umur ekonomisnya. Untuk semua capital lease lainnya, aset akan kembali ke lessor pada akhir masa sewa, dengan demikian, lease yang tidak memenuhi kriteria capital lease 1 atau 2 harus diamortisasi dengan cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan normal lessee, menggunakan masa sewa sebagai periode amortisasi. Sesuai dengan pendapat APB No 21 "bunga Piutang dan hutang", SFAS No. 13 mensyaratkan bahwa setiap pembayaran minimum sewa modal dialokasikan antara pelunasan kewajiban dan beban bunga. Alokasi ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga beban bunga mencerminkan tingkat bunga yang konstan atas saldo kewajiban. Dengan demikian, karena dengan jadwal pembayaran pinjaman, setiap pembayaran berturut-turut mengalokasikan jumlah yang lebih besar pada pengurangan pokok dan jumlah yang lebih rendah untuk pungut biaya. Hasil

prosedur ini dalam pinjaman yang tercermin dalam neraca sebesar nilai sekarang dari arus kas masa depan didiskontokan pada tingkat bunga efektif. Pengungkapan Persyaratan Sewa Guna Usaha Modal SFAS No 13 juga mensyaratkan pengungkapan informasi tambahan untuk modal sewa. Informasi berikut harus diungkapkan dalam laporan keuangan lessee atau dalam catatan kaki yang menyertainya: 1) jumlah bruto dari aktiva sewa guna usaha dicatat pada tanggal neraca masing-masing disajikan oleh kelompok utama menurut sifat atau fungsi 2) pembayaran sewa minimum pada tanggal neraca terakhir yang disajikan, secara keseluruhan dan untuk masing-masing lima tahun fiskal berikutnya 3) total minimum yang disewakan penyewa yang akan diterima di masa depan dengan tidak dapat dibatalkan pada tanggal neraca terakhir yang disajikan 4) total contingent rentals (sewa yang jumlah tergantung pada beberapa faktor selain berlalunya waktu) benar-benar dikeluarkan untuk setiap periode pada laporan laba rugi yang disajikan. Operating Lease Lessee mengklasifikasikan semua sewa yang tidak memenuhi salah satu dari empat kriteria sewa guna usaha sebagai sewa operasi. Kegagalan untuk memenuhi salah satu kriteria berarti bahwa sewa hanyalah sebuah pengaturan sewa dan, pada dasarnya, harus diperhitungkan dengan cara yang sama seperti perjanjian sewa lainnya, dengan pengecualian tertentu. Pembayaran sewa dilakukan pada sewa operasi biasanya dibebankan saat terhutang selama masa sewa. Pengecualian dibuat jika jadwal sewa tidak menghasilkan secara garis lurus pembayaran. Dalam kasus tersebut, biaya sewa yang harus diakui dengan dasar garis lurus, kecuali lessee dapat menunjukkan bahwa beberapa metode lain memberikan biaya periodik yang lebih sistematis dan rasional. Menurut Nomor 31, APB mengamati bahwa banyak pengguna laporan keuangan tidak puas dengan informasi yang diberikan tentang sewa. Meskipun Kritik banyak yang disuarakan lebih akuntansi sewa, fokus dari pendapat ini adalah informasi yang harus diungkapkan tentang sewa noncapitalized.

Pengungkapan berikut dibutuhkan untuk sewa operasi oleh lessee: 1) Untuk sewa operasi yang memiliki awal atau sisa masa sewa yang tidak dibatalkan lebih dari satu tahun: Masa Depan pembayaran sewa minimum yang diperlukan per tanggal neraca terakhir yang disajikan secara agregat dan untuk masing-masing lima tahun fiskal berikutnya Jumlah sewa minimum yang akan diterima di masa depan di bawah subleases yang tidak dibatalkan per tanggal neraca terakhir yang disajikan 2) Untuk semua sewa operasi, biaya sewa untuk setiap periode yang laporan laba rugi disajikan, dengan jumlah yang terpisah untuk sewa minimum, sewa kontinjen, dan sewa menyewakan. 3) Sebuah gambaran umum dengan penataan sewa lessee termasuk, namun tidak terbatas pada, yang berikut: Menjadi dasar pembayaran sewa kontinjensi yang ditentukan Eksistensi dan persyaratan perpanjangan atau opsi pembelian dan klausul perhitungan Pembatasan yang diberlakukan oleh perjanjian sewa guna usaha, seperti dividen tentang, utang tambahan, dan sewa guna usaha lebih lanjut. FASB menyatakan bahwa akuntansi sebelumnya dan pengungkapan atas sewa modal dan operasional oleh penyewa guna usaha memberikan informasi pengguna yang berguna dalam menilai posisi finansial terdiri dari perusahaan dan hasil usaha. Persyaratan juga memberikan aturan khusus dan rinci banyak, yang harus mengarah pada konsistensi yang lebih besar dalam penyajian informasi sewa. Accounting and reporting by lessors Perhatian utama dalam akuntansi untuk sewa guna usaha dalam laporan keuangan lessor adalah alokasi pendapatan dan beban selama periode yang tercakup dalam sewa. Masalah ini kontras dengan fokus lessee pada penyajian neraca sewa. Sebagai aturan umum, perjanjian sewa termasuk jadwal tertentu pada tanggal dan jumlah pembayaran lessee dibuat untuk lessor. Fakta bahwa lessor tahu tanggal dan jumlah pembayaran tidak selalu menunjukkan pendapatan yang harus dilaporkan pada periode yang sama pendapatan tersebut diterima. Untuk mengukur hasil operasi secara lebih adil, akuntansi akrual sering menimbulkan situasi di mana pendapatan diakui dalam suatu periode selain saat pembayaran diterima.

Menurut sejarah, kriteria untuk memilih akuntansi untuk pendapatan sewa baik sebagai penjualan, pembiayaan atau sebagai sewa operasi didasarkan pada tujuan akuntansi yang secara wajar menyatakan pendapatan bersih periodik lessor. Pendekatan apapun yang terbaik akan mencapai tujuan ini harus diikuti. PSAK No. 13 menetapkan kriteria khusus untuk menentukan jenis sewa serta persyaratan pelaporan dan pengungkapan untuk setiap jenis. Menurut PSAK No 13, jika pada awal perjanjian sewa memenuhi criteria penyewa untuk klasifikasi sebagai capital lease dan jika dua criteria tambahan untuk lessor yang telah dibahas sebelumnya, lessor mengklasifikasikan sewa baik sebagai sales-type leases atau direct financing lease, mana yang sesuai. Sewa lainnya, kecuali leveraged lease harus diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Sales-type leases Lessor harus melaporkan sewa sebagai sales-type leases ketika setidaknya salah satu kriteria sewa guna usaha terpenuhi, kedua Kriteria tertentu lessor dipenuhi dan ada keuntungan (kerugian) bagi produsen ataupun dealer. Ini menunjukkan bahwa aset yang di leasing adalah persediaan dan penjual merupakan penghasilan laba kotor atas penjualan. Sales-type leases muncul ketika produsen atau dealer menggunakan lease sebagai sarana pemasaran produk mereka. Accounting Steps For Sales-Type Leases Gross Investment (a) PV of gross investment (b) Unearned income (c) Gross investment (a) Unearned income (c) Net investment (d) Sales (e) Cost of goods sold (f) Profit or loss (g) Selisih antara investasi bruto (a) dan nilai sekarang dari investasi bruto (b) akan dicatat sebagai pendapatan bunga ditangguhkan (c). Pendapatan bunga yang ditangguhkan akan diamortisasi sebagai pendapatan bunga selama masa sewa dengan menggunakan metode bunga yang diuraikan dalam APB opinion no. 21. Selisih antara investasi bruto (a) dan pendapatan bunga yang ditangguhkan (c) adalah jumlah investasi bersih (d), yang sama dengan nilai sekarang dari investasi bruto (b). Investasi bersih diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau tidak lancar pada

neraca lessor dengan cara yang sama seperti semua asset lainnya. Pendapatan dari sales-type leases sehingga tercermin dua jumlah: (1) laba kotor (atau rugi) atas penjualan pada tahun perjanjian sewa guna usaha dan (2) bunga atas investasi bersih yang tersisa selama masa perjanjian sewa guna usaha. Direct Financing Leases Seperti Sales-type leases, setiap pembayaran yang diterima untuk sewa guna usaha harus dialokasikan antara pendapatan bunga dan pemulihan nilai investasi bersih. FASB mengadopsi pendekatan yang membutuhkan lessor untuk mencatat pembayaran sewa minimum total untuk sewa guna usaha sebagai tagihan bruto pada tanggal transaksi dan memperlakukan selisih antara jumlah tersebut dan biaya perolehan aset tetap sebagai pendapatan diterima dimuka. Accounting Steps For Direct Financing Leases Gross Investment (a) Cost (b) Unearned income (c) Gross investment (a) Unearned income (c) Net investment (d) Unearned income (c) Initial direct costs (e) Unearned income to be authorized (g) Investasi bruto (a) ditentukan dengan cara yang sama seperti dalam Sales-type leases, tetapi pendapatan diterima di muka (c) dihitung sebagai perbedaan antara investasi bruto dan biaya (b) dari aktiva yang disewakan. Selisih antara investasi bruto (a) dan pendapatan diterima di muka (c) adalah investasi bersih (d), yang sama dengan (b) dalam Sales-type leases. Biaya langsung awal (e) dalam pembiayaan sewa guna usaha diperlakukan sebagai penyesuaian atas investasi dalam aktiva yang disewa guna usaha. Karena pembiayaan sewa guna usaha adalah kegiatan yang menghasilkan pendapatan, PSAK no. 91 mensyaratkan bahwa biaya ini dicocokkan untuk pengakuan pendapatan bunga. Dalam setiap periode akuntansi selama masa sewa, pendapatan bunga yang ditangguhkan (c) dikurangi biaya tidak langsung (e) diamortisasi dengan metode bunga efektif. Karena investasi aktiva tetap ditingkatkan sebesar jumlah yang sama dengan biaya langsung awal, tingkat bunga baru yang efektif harus ditentukan untuk menerapkan metode bunga terhadap saldo investasi menurun bersih.

Disclosure Requirements For Sales-Type And Direct Financing Leases Sebagai tambahan, prosedur khusus yang diperlukan untuk memperhitungkan sales-type leases dan direct financing leases, FASB membentuk persyaratan pengungkapan tertentu. Informasi berikut harus diungkapkan apabila sewa guna usaha merupakan bagian penting dari kegiatan usaha lessor dalam hal pendapatan, laba atau aset: - Komponen dari investasi bersih dalam sewa guna pad tanggal setiap neraca disajikan: a. Pembayaran sewa minimum harus diterima dengan pemotongan untuk biaya apapun pelaksana termasuk dalam pembayaran dan penyisihan piutang tak tertagih b. Nilai residu yang tidak dijamin c. Penghasilan yang ditangguhkan - Masa sewa pembayaran minimum yang akan diterima untuk setiap lima tahun fiscal berikutnya pada tanggal neraca terakhir yang disajikan - Jumlah pendapatan diterima dimuka termasuk dalam pendapatan untuk mengimbangi biaya langsung awal yang dibebankan pendapatan untuk setiap periode yang laporan laba rugi disajikan (untuk direct financing leases saja) - Jumlah sewa kontingen termasuk dalam pendapatan untuk setiap periode yang laporan laba rugi disajikan - Penjelasan umum perjanjian sewa lessor Lessor Operating Leases Sewa yang tidak masuk dalam kriteria yang diklasifikasikan sebagai sales-type atau direct financing leases dihitung sebagai operating lease oleh lessor.sebagai hasilnya biaya yang dikeluarkan lessor untuk sewa property dilaporkan sebagai properti lain-lain.didalam neraca lessor bangunan dan peralatan di depresiasikan mengikuti kebijakan depresiasi sebagaimana normalnya dilakukan depresiasi. Dalam metode operating lease tiap-tiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai pendapatan sewa.aktiva yang yang disewakan didpresiasi dengan cara biasa dan biaya depresiasi kemudian ditandingkan dengan pendapatan periode yang bersangkutan.pendapatan sewa yang diakui pada tiaptiap periode akuntansi jumlahnya tetap(straight line basis).kecuali dalam perjanjian lease ditentukan lain,dasar yang lebih tepat.beban depresiasi,pemeliharan dan biaya lain-lain dibebankan sebagai periode bersangkutan. Jika leasing adalah bagian penting dari kegiatan bisnis daripada lessor maka dalam kegiatan leasing tersebut hal-hal yang harus diungkapkan ialah:

1. Jumlah total biaya dan carrying cost, jika berbeda totalnya maka, properti yang disewakan dikelompokan menurut kelompok utama properti sesuai dengan sifat atau fungsi masingmasing, dan jumlah akumulasi penyusutan secara total disajikan pada tanggal neraca terakhir. 2. Melaporkan sewa minimum di masa yang akan dating atas sewa noncancelable pada tanggal neraca terakhir yang disajikan oleh lessor, dalam agregat dan masing-masing selama lima tahun fiskal berikutnya. 3. total kontingen sebagai penyewa termasuk pendapatannya untuk setiap periode yang disajikan dalam laporan laba rugi perusahaan. 4. Gambaran umum dari pengaturan sewa lessor. Sales And Leasebacks Dalam transaksi penjualan penyewaan kembali sang empunya properti menjual berbagai macam properti dan kemudian secara segera menyewakan kembali kepada para pembelinya.transaksi ini sering dilakukan ketika perusahaan mempunyai keterbatasan cash atau ketika hasil transaksi mempunyai keuntungan pajak bagi perusahaan.keuntungan pajak terjadi karena penjualan harga dari asset biasanya menggunakan nilai pasar dan jumlahnya melebihi nilai tercatat yang tertera pada buku asset yang dimiliki oleh penjual. oleh karena itu pengurangan pajak pembayaran sewa berkala lebih tinggi dari jumlah yang sebelumnya dicatat beban penyusutan. Kebanyakan transaksi penjualan dan penyewaan kembali diperlakukan diperlakukan sebagai peristiwa ekonomi tunggal, menurut kriteria klasifikasi sewa yang telah dibahas sebelumnya pada halaman 432 dan 433, sales-type menerapkan FASB No.13 kriteria untuk perjanjian sewa guna usaha dan catatan sewa baik sebagai modal atau sewa operasi dan keuntungan dijual diamortisasi selama masa sewa. Namun, jika kerugian terjadi, diakui secara segera. dengan demikian, dalam keadaan tertentu di mana lessee mempertahankan hak lebih kecil secara signifikan untuk menggunakan properti, keuntungan yang dapat segera diakui.dalam hal ini ia berpendapat bahwa dua transaksi yang jelas berbeda telah terjadi karena hak untuk menggunakan telah berubah. Leveraged Leases Leverage leases adalah financial lease dalam bentuk yang lebih kompleks sebab melibatkan sekurangnya tiga pihak yang berdiri sendiri. Jadi disamping lessor dan lessee ada pula credit proveder atau debt perticipan yang membiayai sebagaian besar leased property. Dalam hal leverage leases, si lessee mempunyai equipment dan melakukan penawaran harga; sama halnya dengan non leverage leases. Tetapi dalam hal ini si lessor hanya menanggung sebagian kecil saja dari pembiayaan leased property (sekitar 20% -40%) sedangkan sisanya ditanggung oleh pihak ketiga (debt participant). Biasanya metode

ini dipergunakan untuk pembelian /pembiayaan barang modal yang nilainya sangat besar, sehingga tidak mungkin dipikul sendiri oleh lessor. Masalah utama dalam akuntansi sewa leveraged adalah apakah transaksi tersebut harus dicatat sebagai peristiwa ekonomi tunggal atau sebagai transaksi terpisah. Semua sewa leveraged memenuhi kriteria sewa guna usaha, bagaimanapun sewa leveraged mungkin dipertanggungjawabkan sewa dengan transaksi hutang tambahan atau sebagai transaksi tunggal.fasb menetapkan bahwa sewa leveraged harus dipertanggungjawabkan transaksi tunggal. Lessee mencatat sewa sebagai sewa modal. lessor mencatat sewa sebagai sewa pembiayaan langsung. investasi lessor dalam sewa adalah hasil bersih dari beberapa faktor: Sewa piutang bersih yang bagian atas sewa yang telah yang berlaku untuk pokok pinjaman dan bunga atas hutang nonrecourse. Piutang terhadap jumlah kredit pajak investasi untuk direalisasikan atas transaksi tersebut Nilai sisa yang diperkirakan aktiva yang disewakan. yang belum diakui dan pendapatan ditangguhkan terdiri dari pendapatan sewa yang diperkirakan sebelum kena pajak (atau rugi), setelah dikurangi biaya langsung awal yang tersisa akan dialokasikan untuk pendapatan selama masa sewa Financial Analysis Of Leases Penggunaan leasing dapat juga mempengaruhi rasio profitabilitas dan liquiditas sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan menggunakan operasi leasing untuk memperoleh aset yang memiliki posisi modal kerja yang relatif lebih baik dan rasio ROA yang relatif lebih tinggi saat ini dari pada jika telah mencatat transaksi tersebut sebagai sewa modal.