BAB II KONDISI UMUM DAERAH



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

Daftar Tabel. Halaman

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

BAB II PERENCANAAN KINERJA

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Analisis Isu-Isu Strategis

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Lampiran Meningkatnya cakupan

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Katalog BPS :

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG

Transkripsi:

BAB II KONDISI UMUM DAERAH Dinamika pembangunan Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan hakhaknya, serta meningkatnya kebutuhan yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan konsepsi rencana berdimensi jangka panjang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan berpijak pada kondisi saat ini. Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan daerah guna mewujudkan kondisi yang diharapkan 20 (dua puluh) tahun ke depan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan. 2.1. KONDISI SAAT INI Kabupaten Majalengka berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara geografis terletak pada koordinat 6 0 32 16,39 Lintang Selatan sampai dengan 7 0 4 24,75 Lintang Selatan dan 108 0 2 30,87 Bujur Timur sampai dengan 108 0 24 32,84 Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-37 Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer dan jarak ke Ibu Kota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah II-1

± 200 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai / dataran rendah (0 15 persen), berbukit bergelombang (15 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan lahan, 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen, berada dalam kelas kemiringan lahan 15-40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0-15 persen. Kondisi bentang alamnya sebagian besar melandai ke daerah Utara, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah utara sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di sekitar lereng Gunung Ciremai dan lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini selain sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga mengakibatkan terdapatnya daerah rawan terhadap longsor dan gerakan tanah khususnya daerah yang mempunyai kelerengan curam. Berdasarkan ketinggian, secara umum wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0-100 mdpl), dataran sedang (100-500 mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. II-2

Kondisi geologi di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh adanya sesar baribis yang berada di sekitar Gunung Ciremai, dan diperkirakan merupakan patahan rawan gempa. Hal ini mengakibatkan daerah Selatan dan Timur Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang rawan terhadap gerakan tanah (longsor dan gempa). Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan yang menjadi jantung kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, diperoleh dari 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung dan beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berada di beberapa tempat yang mempunyai debit air tinggi yang berasal dari sumber mata air, umumnya berada di Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), berdasarkan kondisi yang ada, secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka mempunyai potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kurang baik. 2.1.1. Sosial Budaya Pembangunan SDM mempunyai peran yang paling strategis dalam tatanan bernegara dan bermasyarakat. Pembangunan bidang sosial budaya bertujuan untuk menciptakan SDM yang terdidik, memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, berperan aktif, berketerampilan, mencintai lingkungannya, serta sehat jasmani dan rohani. Parameter untuk mengukur kemajuan pencapaian pembangunan manusia melalui kapasitas dasar dengan menggunakan Indeks pembangunan Manusia (IPM). Untuk lebih jelasnya mengenai capaian IPM Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. II-3

Tabel 2.1 CAPAIAN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 IPM 67,20 67,35 68,01 68,52 68,81 Indeks Kesehatan 69,92 70,03 70,68 71,17 71,25 Angka Harapan Hidup 66,95 67,72 67,41 67,70 67,75 Indeks AMH 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Angka Melek Huruf 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Indeks Rata-rata Lama 42,13 42,67 43,00 43,27 43,30 Sekolah Rata-rata Lama Sekolah 6,32 6,40 6,45 6,49 6,50 Indeks Pendidikan 75,30 75,40 75,61 75,98 76,18 Indeks Daya Beli 56,38 56,62 57,74 58,41 58,99 Paritas Daya Beli 543,98 545,00 549,85 552,75 555,30 2.1.1.1. Penduduk Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran pembangunan, tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. 2 JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Penduduk 2002 2003 2004 2005 2006 Jumlah 1.134.202 1.153.422 1.160.583 1.169.337 1.179.136 Laki-laki 564.363 576.412 574.614 577.633 582.474 Perempuan 569.839 577.030 585.969 591.704 596.662 Laju 0,81 1,04 0,86 0,82 0,84 Pertumbuhan Penduduk Kepadatan per 942 958 964 971 979 KM 2 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan gambaran dari kondisi kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 sebagai berikut : II-4

Tabel 2. 3 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT JENJANG PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN TAHUN 2002-2006 Tingkat Pendidikan 2002 2003 2004 2005 2006 Tidak Punya 27,89 29,46 29,97 27,48 23,53 SD 48,84 49,58 47,61 49,43 49,95 SLTP 12,23 11,29 13,30 13,36 15,20 SLTA 8,88 8,21 7,75 6,63 6,38 D1 / D3 1,37 0,68 0,75 1,50 1,43 Universitas 1,15 0,79 0,62 1,33 1,16 Dilihat dari lapangan kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor jasa. Untuk mengetahui keadaan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 yang bekerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2002-2006 Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 Pertanian 39,37 50,13 36,82 29,95 31,24 Pertambangan dan 0,69 1,35 1,45 2,29 0,67 Penggalian Industri Pengolahan 18,89 15,19 19,06 18,36 19,39 Listrik, gas dan air minum 0,07 0,08 0,09 0,39 0,10 Konstruksi 3,30 2,55 4,89 7,93 5,36 Perdagangan 22,53 19,41 23,83 26,15 26,65 Angkutan dan Komunikasi 5,09 4,94 5,50 5,97 5,80 Keuangan 3,66 0,47 0,47 0,68 0,51 Jasa-jasa Lainnya 6,40 5,88 7,89 8,28 10,27 2.1.1.2. Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran penduduk menurut usia sekolah dan partisipasi sekolah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : II-5

Tabel 2.5 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK USIA SEKOLAH TAHUN 2002-2006 Kelompok Usia 2002 2003 2004 2005 2006 7-12 tahun 116.632 138.332 133.122 145.220 138.889 13-15 tahun 62.811 61.403 60.243 61.003 74.806 16-18 tahun 73.636 62.520 53.148 54.446 58.812 19-24 tahun 118.817 109.325 127.251 89.052 108.743 JUMLAH 371.896 371.580 373.764 349.721 381.250 Tabel 2.6 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BERUSIA 7-24 MENURUT PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2002-2006 Partisipasi 2002 2003 2004 2005 2006 Tidak/Belum Pernah 1.797 1.462 2.772 3.496 637 Sekolah (0,48) (0,39) (0,74) (1,00) (0,17) Masih sekolah 188.540 201.760 196.851 210.038 226.694 (50,70) (54,30) (52,67) (60,06) (59,46) Tidak Bersekolah Lagi 181.559 168.358 174.141 136.187 153.919 (48,82) (45,31) (46,59) (38,94) (40,37) Pada umumnya terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan. Untuk mengetahui Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7 ANGKA PARTISIPASI KASAR KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Partisipasi 2002 2003 2004 2005 2006 SD/ sederajat 113,87 106,12 104,25 103,51 105,21 SMP/ sederajat 73,80 62,06 79,71 78,83 83,82 SMA/ sederajat 25,41 34,19 27,03 37,41 35,26 II-6

Tabel 2.8 ANGKA PARTISIPASI MURNI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Partisipasi 2002 2003 2004 2005 2006 SD/ sederajat 95,69 95,82 92,97 95,67 92,26 SMP/ sederajat 58,93 55,14 63,43 60,61 68,88 SMA/ sederajat 21,53 30,22 22,71 31,50 27,37 Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana pendidikan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.9 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Sarana Pendidikan 2002 2003 2004 2005 2006 SD / MI 901 894 878 897 869 SMP/ MTs 127 127 132 135 136 SMA/ SMK / MA 48 50 61 61 63 Perguruan tinggi yang ada saat ini adalah Universitas Majalengka, Sekolah Tinggi Agama Islam PUI, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB dan Sekolah Tinggi Yasika. 2.1.1.3. Kesehatan Tingkat kelahiran atau fertilitas merupakan ukuran untuk mengetahui bagaimana kemampuan seorang wanita untuk dapat melahirkan. Hal ini dicerminkan dengan jumlah bayi yang dilahirkan. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan (secara riil), berbeda antara wanita yang satu dengan lainnya. Akibat perbedaan ini antara lain menyebabkan perbedaan kecepatan perkembangan jumlah penduduk di daerah yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat pula menimbulkan perbedaan kepadatan penduduk. Di samping itu juga akan berakibat lanjutan, yaitu menimbulkan perbedaan pertumbuhan jumlah anak usia sekolah, jumlah angkatan kerja dan sebagainya. Tabel berikut memperlihatkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup, artinya semua anak (bayi), baik yang masih hidup maupun yang saat ini sudah II-7

meninggal, tetapi pada saat dilahirkan menunjukkan tanda-tanda hidup walaupun hanya beberapa saat. Tabel 2.10 RATA-RATA JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP MENURUT KELOMPOK UMUR IBU DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Umur 2002 2003 2004 2005 2006 15-19 tahun 0,25 0,03 0,05 0,00 0,02 20-24 tahun 0,78 0,57 0,57 0,63 0,49 25-29 tahun 1,35 1,17 1,30 1,35 1,13 30-34 tahun 1,87 1,84 1,87 1,95 1,81 35-39 tahun 2,37 2,39 2,61 2,78 2,28 40-44 tahun 2,95 3,11 2,80 3,09 2,88 45-49 tahun 3,56 3,65 3,32 3,59 3,28 Salah satu indikator dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penolong persalinan. Indikator ini sangat penting dalam menilai persalinan yang aman. Persalinan yang aman dilakukan tenaga medis yaitu dokter dan bidan. Khususnya di pedesaan, pada umumnya persalinan dibantu oleh dukun. Untuk mengetahui persentase balita menurut penolong waktu lahir di Kabupaten Majalengka tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG WAKTU LAHIR DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Jenis Imunisasi 2002 2003 2004 2005 2006 Tenaga Medis 56,04 61,77 64,45 78,88 78,89 Dokter 3,81 6,51 3,73 7,53 4,13 Bidan 51,82 55,26 60,18 67,56 74,76 Tenaga Medis Lain 0,41 0,00 0,54 3,79 0,00 Bukan Tenaga Medis 43,96 38,23 35,55 21,11 21,11 Dukun Tradisional 42,29 38,23 35,55 21,11 20,46 Lainnya 1,67 0,00 0,00 0,00 0,65 Indikator penyiapan kualitas sumber daya manusia sejak dini adalah cakupan imunisasi. Pemberian imunisasi pada Balita adalah salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian Balita, selain perhatian khusus pada masa persalinan ibu dan pemberian ASI yang baik. Untuk mengetahui persentase II-8

Balita di Kabupaten Majalengka tahun 2002-2006 yang mendapatkan imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.12 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA YANG DIIMUNISASI MENURUT JENIS IMUNISASI TAHUN 2002-2006 Jenis Imunisasi 2002 2003 2004 2005 2006 BCG 95,65 97,53 96,14 92,49 95,98 DPT 95,51 95,60 90,10 90,57 91,20 POLIO 94,28 93,71 89,58 97,21 95,87 CAMPAK 76,58 91,81 87,79 82,57 84,51 Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan. Untuk mengetahui persentase Balita di Kabupaten Majalengka tahun 2002-2006 menurut lamanya disusui dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT LAMANYA DISUSUI TAHUN 2002-2006 Umur 2002 2003 2004 2005 2006 0 bulan 3,68 0,00 0,00 0,00 0,00 1-5 bulan 6,89 2,94 7,79 2,33 9,75 6-23 bulan 24,83 35,49 28,90 36,62 61,90 > 24 bulan 30,05 43,41 44,04 40,82 28,35 Kelangsungan hidup dan perkembangan Balita lebih banyak ditentukan oleh keadaan gizi, kesehatan dan kesempatan melatih intelegensianya. Pemenuhan gizi Balita akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan intelektualnya, dimana pemenuhan Vitamin A pada kelompok ini selain dapat mencegah penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan juga membantu daya tahan dan pemulihan anak terhadap infeksi. Dalam tabel berikut disajikan informasi tentang pemenuhan gizi Balita di Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 : II-9

Tabel 2.14 PEMENUHAN GIZI KELOMPOK BALITA DAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Kelompok 2002 2003 2004 2005 2006 Persentase Balita Gizi 85,70 85,98 84,70 84,50 81,21 Baik Persentase Balita 1,40 1,19 0,94 1,80 0,77 Kekurangan Energi Protein/KEP Nyata Persentase Balita 13,00 12,30 13,75 14,10 8,73 Kekurangan Energi Protein/KEP Total Persentase Cakupan 88,00 97,50 98,00 97,85 85,74 Kapsul Vit A Balita Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana dan tenaga kesehatan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pelayanan dan tenaga kesehatan di Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.15 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Sarana Pelayanan 2002 2003 2004 2005 2006 Rumah Sakit 2 2 2 2 3 Puskesmas 29 29 29 29 29 Puskesmas Pembantu 73 73 73 73 73 Puskesmas Keliling 20 20 27 28 28 Posyandu 1.380 1.379 1.358 1.372 1.479 Tabel 2.16 JUMLAH TENAGA KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Tenaga Kesehatan 2002 2003 2004 2005 2006 Dokter Umum 32 32 34 35 39 Dokter Gigi 11 12 10 6 10 Bidan 311 328 308 317 404 II-10

2.1.1.4. Pemuda dan Olahraga Kepemudaan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk itu pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan kebutuhan, tantangan, dan persaingan di era global. Di Kabupaten Majalengka terdapat beberapa organisasi yang menaungi aktivitas kepemudaan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan, diantaranya KNPI, Karang Taruna, Remaja Mesjid, dll. Perkumpulan olah raga di Kabupaten Majalengka diantaranya perkumpulan Sepak bola sebanyak 328, Bola volley sebanyak 427, Bulu tangkis sebanyak 190, Tenis meja sebanyak 204, Catur sebanyak 54, Bola basket sebanyak 55, Panahan sebanyak 3, Pencak silat sebanyak 63, Atletik sebanyak 13, Renang sebanyak 4 dan Karate sebanyak 4 perkumpulan. 2.1.1.5. Seni dan Budaya Seni dan budaya merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia berupa ungkapan nurani terhadap hubungan antar sesama manusia, lingkungan sekitarnya dan hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sehingga kesenian dan kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang dimiliki. Tabel berikut menggambar kelompok seni yang terdapat di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2002-2006. Tabel 2.17 JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Kesenian 2002 2003 2004 2005 2006 KELOMPOK KARAWITAN Sekar 76 76 76 42 42 Gending 97 97 97 97 97 Sekar Gending 92 92 92 72 72 KELOMPOK PEDALANGAN Wayang Golek 17 17 17 26 32 Wayang Kulit 15 15 15 11 15 KELOMPOK SENI TARI II-11

Tari Upacara 25 27 25 31 32 Tari Rakyat 28 28 28 3 3 Tari Topeng 6 6 6 2 2 KELOMPOK PERTUNJUKAN RAKYAT Terbangan 20 20 20 17 18 Helaran 37 27 37 21 24 Humor 10 19 16 18 20 Ketangkasan 29 27 27 2 4 KELOMPOK MUSIK Vokal 63 63 61 0 47 Instrument 1 14 1 0 3 Music Campuran 39 39 39 69 72 KELOMPOK TEATER Teater Rakyat 3 4 3 5 7 Teater Modern 1 1 1 3 6 Teater Transisi 6 13 16 0 0 SENI RUPA 20 20 20 3 3 SENI SASTRA 15 15 15 3 6 Upacara adat dan tradisi budaya yang masih berkembang di masyarakat di antaranya Upacara Adat Sumur Sindu, Upacara Sambut Pengantin, Upacara Guar Bumi, Upacara Mapag Sri, dan tradisi budaya perorangan yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia. Esensi dari kegiatan ini adalah pelestarian nilai-nilai budaya untuk membentuk jatidiri. Secara umum penduduk Kabupaten Majalengka menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian, terdapat sebagian kecil penduduk yang menggunakan bahasa Jawa (Cirebonan), sedangkan penggunaan bahasa asing (misalnya, bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman atau Bahasa Mandarin) masih jarang kecuali pada forum akademis / sekolah. 2.1.1.6. Agama Karakteristik masyarakat Kabupaten Majalengka merupakan pencerminan masyarakat yang religius dan berbudaya luhur. Tabel berikut menggambarkan mengenai pemeluk agama dan sarana ibadah yang ada di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2002-2006. II-12

Tabel 2.18 JUMLAH PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Agama 2002 2003 2004 2005 2006 Islam 1.153.297 1.156.892 1.172.810 1.166.413 1.176.379 Kristen/Protestan 1.278 1.772 1.568 1.502 1.787 Katolik 1.220 755 931 953 773 Hindu 43 45 49 155 90 Budha 113 177 177 292 107 Lainnya 35 33 259 22 142 Tabel 2.19 JUMLAH SARANA IBADAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Sarana Ibadah 2002 2003 2004 2005 2006 Mesjid 931 931 1.128 1.133 1.031 Langgar 4.501 4.500 4.491 4.700 4.509 Mushola 1.260 1.260 1.260 1.224 1.390 Gereja 15 13 11 12 12 Pura 0 0 0 0 1 Vihara 3 3 3 2 2 2.1.1.7. Pengarusutamaan Gender Pemerintah Kabupaten Majalengka secara bertahap berupaya untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam berbagai sektor pembangunan sesuai dengan proporsi dan karakteristik yang dimiliki. Organisasi Wanita, baik Sosial, Profesi maupun Kemasyarakatan serta Keagamaan, diantaranya : Gabungan Organisasi Wanita, Organisasi Wanita Persatuan antara lain Dharma Wanita Persatuan, Persit, Pia Ardia Garini, Bhayangkari dan Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI). Selain itu, terdapat Organisasi Wanita di Bidang Kemasyarakatan antara lain Tim Penggerak PKK, Wirawati Cahya Panca dan IKKT. Organisasi Wanita Profesi yang ada diantaranya Ikatan Bidan Indonesia (IBI), HWK, IWAPI dan PERWOSI serta Organisasi Wanita Keagamaan antara lain Al-Hidayah, Wanita PUI, Muslimat NU, Wanita Muhamadiyah dan Perempuan Persis. II-13

2.1.1.8. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tahun 2006 meliputi: Anak Balita terlantar sebanyak 1.762 orang, Anak terlantar sebanyak 5.336 orang, Anak korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 139 orang, Anak nakal sebanyak 337 orang, Anak jalanan sebanyak 283 orang, Anak cacat sebanyak 1.444 orang, Wanita rawan sosial ekonomi sebanyak 6.887 orang, Wanita korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 114 orang, Lanjut usia terlantar sebanyak 13.403 orang, Lanjut usia korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 181 orang, Penyandang cacat sebanyak 4.361 orang, Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis sebanyak 1.137 orang, Tuna susila sebanyak 100 orang, Pengemis sebanyak 38 orang, Gelandangan sebanyak 5 orang, Bekas narapidana sebanyak 298 orang, Korban penyalahgunaan NAPZA sebanyak 137 orang, Keluarga fakir miskin sebanyak 54.505 KK, Keluarga berumah tidak layak huni sebanyak 8.135 KK, Keluarga bermasalah sosial psikologis sebanyak 137 KK, Komunitas adat terpencil sebanyak 8 KK, Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebanyak 719 KK, Pekerja migran sebanyak 372 orang, dan Keluarga rentan sebanyak 750 KK. Pada tahun 2002 Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain Panti asuhan sebanyak 17 buah dengan penghuni sebanyak 854 orang, 2 buah panti sosial lanjut usia dengan jumlah penghuni 70 orang. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah Panti Asuhan sebanyak 33 buah dengan penghuni sebanyak 995 orang, 3 buah panti sosial lanjut usia dengan penghuni sebanyak 60 orang dan 2 buah panti sosial penyandang cacat dengan penghuni 60 orang. Jumlah Karang Taruna sebanyak 331 buah. 2.1.1.9. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan, selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya II-14

lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Untuk mengetahui kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.20 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK UMUR KHUSUS TAHUN 2002-2006 Umur 2002 2003 2004 2005 2006 00-14 tahun 296.439 308.015 306.699 331.128 307.554 (26,14) (26,70) (26,43) (28,32) (26,04) 15-64 tahun 770.951 783.250 771.822 767.808 805.392 (67,97) (67,91) (66,50) (65,66) (68,30) 65 ke atas 66.812 62.177 82.062 70.401 66.659 (5,89) (5,39) (7,07) (6,02) (5,65) Jumlah 1.134.202 1.253.442 1.160.583 1.169.337 1.179.136 Angka Beban 47,12 47,26 50,37 52,29 46,40 Tanggungan Tabel 2.21 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA TAHUN 2002-2006 Penduduk 2002 2003 2004 2005 2006 USIA KERJA 945.426 956.972 963.639 939.535 872.051 ANGKATAN KERJA Bekerja Mencari Pekerjaan BUKAN ANGKATAN KERJA 583.063 630.262 546.327 571.412 543.608 (61,67) (65,86) (56,69) (60,82) (62,34) 522.053 561.700 485.517 511.870 475.732 (89,54) (89,12) (88,87) (89,58) (87,51) 61.010 68.562 60.810 59.542 67.876 (10,46) (10,88) (11,13) (10,42) (12,49) 362.363 326.719 417.312 368.123 328.443 (38,33) (34,14) (43,31) (39,18) (37,66) II-15

Tabel 2.22 TINGKAT TPAK, TPT DAN TKK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2002-2006 Uraian 2002 2003 2004 2005 2006 TPAK 61,67 65,86 56,69 60,82 62,34 Laki-laki 76,41 80,95 78,52 79,67 84,79 perempuan 47,52 50,65 35,72 42,78 39,73 TPT 10,46 10,88 11,13 10,42 12,49 Laki-laki 5,38 7,65 7,93 5,53 11,30 perempuan 18,31 16,08 17,88 19,15 15,03 TKK 89,54 89,12 88,87 89,58 87,51 Laki-laki 94,62 92,35 92,07 94,47 88,70 perempuan 81,69 83,92 82,12 80,85 84,97 2.1.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan Iptek dalam rangka menghadapi perkembangan regional, nasional, dan internasional. Untuk meningkatkan daya saing, kemampuan pemanfaatan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Kabupaten Majalengka masih perlu ditingkatkan. Hal ini, antara lain dapat dilihat dari belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat dan terbatasnya sumber daya Iptek yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, Iptek untuk pangan/pertanian, Iptek untuk pengembangan energi, Iptek untuk mengatasi degradasi lingkungan, dan Iptek terapan untuk pengolahan produk-produk pertanian. 2.1.3. Perekonomian Pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dicapainya, karena PDRB merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan yang menggambarkan capaian kegiatan perekonomian secara makro. Kondisi perekonomian makro Kabupaten Majalengka tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. II-16

Tabel 2.23 KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO TAHUN 2002-2006 KABUPATEN MAJALENGKA 2002-2006 NO INDIKATOR TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 1 PDRB (jutaan rupiah harga konstan thn 2000) 3.039.562,16 3.138.333,88 3.266.587,07 3.412.459,56 3.555.264,57 Sektor Lapangan Usaha a. Pertanian 950.184,73 948.491,00 981.266,70 1.035.689,70 1.046.430,58 (31,26) (30,22) (30,04) (30,35) (29,43) b. Pertambangan dan Galian 129.961,37 142.039,35 141.788,32 146.408,36 150.590,74 (4,28) (4,53) (4,34) (4,29) (4,24) c. Industri Pengolahan 524.193,70 544.398,05 572.793,62 593.388,35 624.229,78 (17,25) (17,35) (17,53) (17,39) (17,56) d. Listrik, Gas, Air Bersih 18.796,57 20.250,13 21.342,03 23.069,94 24.480,33 (0,62) (0,65) (0,65) (0,68) (0,69) e. Bangunan 137.113,49 142.578,10 149.552,04 154.676,78 165.831,17 (4,51) (4,54) (4,58) (4,53) (4,66) f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 597.186,11 625.479,60 659.656,03 684.773,40 724.540,81 (19,65) (19,93) (20,19) (20,07) (20,38) g. Pengangkutan dan Komunikasi 196.603,80 206.947,65 216.135,03 226.478,59 238.842,62 (6,47) (6,59) (6,62) (6,64) (6,72) h. Keuangan 110.080,31 113.092,37 116.804,25 123.148,84 128.135,53 (3,62) (3,60) (3,58) (3,61) (3,60) i. Jasa 375.442,08 395.057,63 407.249,05 424.825,60 452.183,01 (12,35) (12,59) (12,47) (12,45) (12,72) 2 PDRB PER KAPITA (dalam rupiah) 2.690.232,75 2.747.225,16 2.851.121,63 2.916.382,85 3.015.143,87 3 LPE (dalam persen) 3,31 3,25 4,09 4,47 4,18 Sumber Keterangan data : : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Angka Dalam Kurung menunjukkan konstribusi terhadap PDRB dalam persen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2002 2006, perekonomian Kabupaten Majalengka menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya, tercermin dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2002 sebesar Rp. 3.039.562.160.000,00 sampai tahun 2006 telah mencapai Rp. 3.555.264.690.000,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 3,86 persen. Begitu pula PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp. 3.527.097.810.000,00 sampai dengan tahun 2006 mencapai Rp. 5.904.319.410.000,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 12,86 persen. Kontribusi persektor tahun 2002 2006 terbesar berada pada sektor pertanian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Indikator lainnya yang menunjukan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Majalengka adalah PDRB Perkapita. Atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2002 PDRB perkapita sebesar Rp. 2.690.232,75 sampai tahun 2006 mencapai Rp. 3.015.143,87 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,89 persen. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp. 3.121.737,12 sampai tahun 2006 II-17

mencapai Rp. 5.007.326,90 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 12,58 persen. 2.1.3.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka yaitu tahun 2002 sebesar 31,26 persen dan tahun 2006 sebesar 29,43 persen. Walaupun terjadi penurunan, hal ini menunjukan bahwa sumber mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka masih bertumpu pada sektor pertanian. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sektor pertanian tahun 2002 mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -2,57 persen akibat terjadinya kemarau panjang, sedangkan LPE sektor pertanian tahun 2006 tumbuh sebesar 1,04 persen dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2005 mencapai 5,55 persen. Pertumbuhan sektor pertanian selalu mengalami fluktuasi, yang sebagian besar disebabkan karena pengaruh iklim yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun. Kontribusi terbesar dari sektor pertanian adalah dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka. Dengan demikian, produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budi daya tanaman pangan dan hortikultura. Kontribusi masing-masing sub sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.24 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERTANIAN TAHUN 2002 2006 Sektor Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 Tanaman Bahan 26,76 25,71 25,47 25,79 24,96 Makanan Tanaman 1,04 1,06 1,05 1,05 1,06 Perkebunan Peternakan dan 2,64 2,63 2,69 2,69 2,64 hasil-hasilnya Kehutanan 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 Perikanan 0,65 0,65 0,66 0,65 0,60 JUMLAH 31,26 30,22 30,04 30,35 29,43 II-18

Secara umum, Perkembangan Sektor Pertanian Tahun 2002 2006 masih belum optimal, hal ini ditunjukan dengan : 1. Masih besarnya ketergantungan proses produksi di sektor pertanian terhadap kondisi iklim, yang ditunjukkan dengan berkurangnya areal tanam pada saat musim kemarau dan belum adanya diversifikasi produksi pertanian. 2. Sempitnya kepemilikan lahan sehingga skala usaha yang dilaksanakan oleh para petani pada umumnya masih bersifat konvensional, tidak fokus pada bussines oriented, serta semakin berkurangnya lahan-lahan produktif karena perubahan fungsi lahan. 3. Masih rendahnya penerapan teknologi yang disebabkan karena rendahnya kemampuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi. 4. Tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan petani dalam melaksanakan usahataninya, sementara para petani rata-rata tidak memiliki kemampuan permodalan yang memadai. 5. Semakin berkurangnya tenaga kerja produktif disektor pertanian yang disebabkan karena beralih ke sektor non pertanian. 2.1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perekonomian di Kabupaten Majalengka ditunjang oleh fasilitas perdagangan berupa : pasar desa sebanyak 28 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari pasar 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya, Talaga dan Kadipaten, Jumlah kelompok pertokoan sebanyak 6004 buah, Supermarket / Pasar Swalayan / Toserba / Minimarket sebanyak 21 buah, Restoran / Rumah Makan / Kedai Makanan sebanyak 65 buah, Koperasi Unit Desa (KUD) 26 buah, dan Non KUD 505 buah, sedangkan sarana akomodasi meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri dari 192 kamar sementara jumlah rumah makan/restoran sebanyak 65 buah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun 2002-2006 rata-rata sebesar 20,04 persen yang terdiri dari sub II-19

sektor perdagangan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 13,54 persen per tahun, sub sektor restoran memberikan kontribusi rata-rata sebesar 6,47 persen per tahun dan dan sub sektor hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,04 persen per tahun. Kontribusi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.25 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TAHUN 2002 2006 Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 Perdagangan Besar 13,09 13,34 13,66 13,67 13,93 dan Eceran Hotel 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Restoran 6,52 6,55 6,49 6,36 6,41 JUMLAH 19,65 19,93 20,19 20,07 20,38 Secara umum, perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Majalengka masih menghadapi beberapa permasalahan, diantaranya : 1. Rendahnya aksesibilitas produsen dalam memperoleh informasi pasar, sehingga mengalami hambatan dalam pemasaran terutama dirasakan oleh para produsen berskala usaha mikro, kecil dan menengah. 2. Rendahnya tingkat hunian hotel/penginapan yang disebabkan karena kondisi sektor jasa Kabupaten Majalengka masih kurang memiliki nilai jual dan daya saing, bila dibandingkan dengan daerah sekitar. Selain itu, dunia usaha masih belum berkembang karena masih rendahnya investasi. 2.1.3.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain industri kerajinan dan industri olahan makanan, sementara industri besar perkembangannya relatif lebih lambat. Kelompok perindustrian di Kabupaten Majalengka saat ini tergabung dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu IKAHH II-20