BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium Data hasil penelitian mengenai jumlah kelenjar endometrium diamati di Laboratorium Mikroskopi, dengan cara mengamati preparat uterus di bawah mikroskop, kemudian menghitung jumlah keseluruhan kelenjar endometrium melalui cara sampling, yaitu kelenjar dihitung per satuan lapang pandang dengan satuan lapang pandang 3,66X10 6 µm 2.
b a Gambar 8. Mikrograf Endometrium Tikus Putih Setelah Mendapat Perlakuan Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (HE, Perbesaran Lensa Objektif 4X). Keterangan: (a) lapisan endometrium tikus putih betina (b) kelenjar endometrium tikus putih betina Penyusun lapisan endometrium terdiri dari jaringan ikat longgar, kelenjar endometrium dan sel epitel kolumner. Jaringan ikat longgar adalah jaringan yang paling dominan dalam menyusun lapisan endometrium. Kelenjar endometrium merupakan kelenjar yang mengalami perubahan sepanjang siklus estrus berlangsung. Kelenjar ini memiliki fungsi untuk memberikan nutrisi yang diperlukan oleh embrio yang telah mengalami implantasi. Epitel kolumner pada lapisan endometrium terdapat pada bagian paling luar dan mengelilingi bagian permukaan luar dari lapisan endometrium.
Perhitungan jumlah kelenjar endometrium dilakukan dengan menggunakan alat bantu hitung atau counter. Hasil dari perhitungan jumlah kelenjar endometrium dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Data Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam Kontrol P1 P2 P3 Rata-rata 53,00 73,50 112,75 55,50 Stdev 9,01 6,60 20,58 17,07 Data jumlah kelenjar endometrium pada tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki rata-rata jumlah sebesar 53,00. Pada kelompok perlakuan 1 mengalami kenaikan rata-rata jumlah menjadi 73,50. Terjadi kenaikan rata-rata jumlah kelenjar endometrium pada kelompok perlakuan 2 menjadi 112,75 dan pada kelompok perlakuan 3 terjadi penurunan rata-rata jumlah kelenjar endometrium menjadi 55,50. Jumlah kelenjar endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis ekstrak 100 mg/ekor/hari dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1, 3 dan kontrol.
jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih 120 112.75 100 80 73.5 60 53 55.5 40 20 0 0 mg 50 mg 100 mg 150 mg Kelompok Perlakuan Gambar 9. Diagram Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Sesudah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam Diagram tersebut menunjukkan bahwa jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih mengalami peningkatanpada kelompok perlakuan 1, selanjutnya mengalami peningkatan jumlah kembali pada kelompok perlakuan 2, kemudian terjadi penurunan pada kelompok perlakuan 3. Peningkatan jumlah kelenjar endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis 100 mg/ekor/hari. Data yang diperoleh dari pemberian perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar endometrium tersebut merupakan data yang diperoleh melalui perhitungan jumlah, sehimgga analisis data yang cocok digunakan adalah uji non-parametrik Kruskal Wallis karena dengan uji
tersebut data yang dianalisis tidak memerlukan distribusi normal maupun homogen. Hasil dari uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Uji Kruskal Wallis Jumlah Kelenjar Endometrium Tikus Putih Jumlah Chi-Square 11.605 Df 3 Asymp. Sig..009 Berdasarkan hasil uji non-parametrik Kruskal Wallis pada tabel 6 tersebut diperoleh hasil bahwa nilai signifikasinya adalah sebesar 0.009. Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,05 (p<0,05), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata antar kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sehingga menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak kacang kedelai hitam memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih. 2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Ketebalan Lapisan Endometrium Data hasil penelitian mengenai ketebalan lapisan endometrium diperoleh melalui pengukuran preparat histologik uterus tikus putih dengan
menggunakan bantuan mikrometer objektif dan okuler yang dipasang pada mikroskop. Pengambilan data terlebih dahulu dilakukan kalibrasi antara skala mikrometer objektif dan okuler untuk menentukan ukuran satuan dari mikrometer okuler. Gambar 10 di bawah, terlihat bahwa uterus terdiri dari tiga lapisan penyusun, yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium. Jika dilihat dari lumen uterus lapisan paling luar adalah endometrium, lapisan tengah adalah miometrium dan lapisan paling dalam adalah perimetrium. Ketebalan lapisan pada endometrium tidak sama disetiap sisinya,dikarenakan sisi dari endometrium tidak rata tetapi berlekuk-lekuk. Terdapat kelenjar endometrium juga berpengaruh pada ketebalan endometrium. Ketebalan lapisan endometrium diukur mulai lapisan yang berbatasan langsung dengan lumen uterus sampai batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium.
a b c Gambar 10. Mikrograf Uterus Tikus Putih Setelah Pemberian Perlakuan Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (HE, Perbesaran Lensa Objektif sebagai berikut: 4X) Keterangan: (a) endometrium (b) miometrium (c) perimetrium Data rata-rata ketebalan lapisan endometrium yang diperoleh adalah Tabel 7. Data Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) Uterus Tikus Putih setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (40X) Kontrol P1 P2 P3 Rata-rata 351,66 585,20 650,62 365,60 Stdev 179,12 88,42 104,15 29,91 Data tabel 7 menunjukkan bahwa ketebalan endometrium uterus tikus putih memiliki nilai rata-rata tertinggi pada kelompok perlakuan 2 dengan
rata-rata tebal lapisan (µm) rata-rata ketebalan lapisan endometrium 650,62 µm, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 351,66 µm, kelompok perlakuan 1 yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 585,20 µm dan kelompok perlakuan 3 yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 365,60. 700 650.62 600 585.2 500 400 351.66 365.6 300 200 100 0 0 mg 50 mg 100 mg 150 mg Kelompok Perlakuan Gambar 11. Diagram Ketebalan Lapisan Endometrium Uterus Tikus Putih Sesudah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam Diagram tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan endometrium uterus tikus putih mengalami peningkatan pada kelompok perlakuan 1 (50 mg/ekor/hari), selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada kelompok perlakuan 2 (100 mg/ekor/hari), kemudian terjadi penurunan pada
kelompok perlakuan 3 (150 mg/ekor/hari). Peningkatan ketebalan endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis 100 mg/ekor/hari. Data ketebalan lapisan endometrium yang diperoleh diuji terlebih dahulu menggunakan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui bahwa data tersebut tersebar normal dan homogen. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 sebagai berikut: Tabel 8. Anova Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih Tebal Between Groups Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 277857.066 3 92619.022 7.173.005 Within Groups 154938.204 12 12911.517 Total 432795.270 15 Tabel 9. Uji Duncan Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 0 4 351.6650 150 4 365.6025 50 4 585.2075 100 4 650.6250 Sig..865.431 Data ketebalan lapisan endometrium yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dianalisis menggunakan uji One Way Anova untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dari pemberian ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih. Hasil dari uji One Way Anova dapat dilihat pada tabel 8. Hasil dari uji One Way Anova pada tabel 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.005. Nilai tersebut menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga menunjukkan terdapatnya pengaruh nyata dari pemberian ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan endometrium. Hal ini berarti data yang diperoleh dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan terdapatnya perbedaan yang nyata, sehingga perlu dilakukan uji DMRT untuk membedakan antara kelompok perlakuan dan antar perlakuan. Hasil uji DMRT dapat dilihat pada tabel 9. Hasil dari dilakukannya uji lanjut DMRT pada tabel 9, menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Semua nilai signifikansinya yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan dan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kacang kedelai hitam tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap tebal lapisan endometrium tikus putih. Perlakuan 1 dan 2 memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
kontrol, sedangkan perlakuan 3 tidak berbeda dengan kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata uji DMRT, perlakuan 2 (650.6250) memiliki pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan ketebalan endometrium. B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan karena estrogen alami tidak hanya dihasilkan oleh hewan maupun manusia saja, tetapi juga dihasilkan oleh tanaman yang disebut fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan senyawa kimia pada tumbuhan yang memiliki struktur kimia dan aktivitas estrogenik yang mirip dengan estrogen endogen pada hewan. Biben (2012) menyatakan bahwa aktivitas estrogenik dari fitoestrogen didukung karena terdapatnya gugus OH pada struktur kimia penyusunnya seperti yang terdapat pada hormon estradiol sehingga dapat memiliki aktivitas estrogenik. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan fitoestrogen adalah kacang kedelai hitam yang mengandung fitoestrogen jenis isoflavon. Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang mengalami perkembangan akibat pengaruh dari regulasi hormon estrogen di dalam tubuh. Pengaruh hormon estrogen ini dikarenakan uterus memiliki reseptor estrogen. Uterus merupakan organ yang tersusun atas tiga lapisan yaitu: endometrium, miometrium dan perimetrium. Dari ketiga lapisan tersebut yang paling jelas terlihat pengaruh dari hormon estrogen adalah
lapisan endometrium yang ditandai dengan adanya penebalan lapisan. Lapisan endometrium tersusun dari jaringan ikat longgar, kelenjar endometrium dan epitel kolumner. Kelenjar endometrium menjadi salah satu penentu ketebalan lapisan endometrium, karena kelenjar ini mengalami diferensiasi dan proliferasi. Jumlah dari kelenjar endometrium juga berpengaruh terhadap ketebalan lapisan endometrium, karena kelenjar endometrium ini mengalami perubahan sepanjang siklus estrus. Endometrium mengalami dua fase perkembangan yaitu sekresi dan proliferasi. Fase proliferasi ditandai dengan bertambah tebalnya lapisan endometrium bersama dengan naiknya jumlah hormon estradiol pada masa proestrus sampai masa estrus. Fase sekresi terjadi pada masa metestrus sampai diestrus yang ditandai dengan keluarnya sekret dari kelenjar karena pengaruh dari hormon progesteron. Akhir dari fase sekresi adalah terjadinya kematian atau nekrosis dari endometrium karena dinding arteria spiralis berkontraksi, sehingga menutup aliran darah dan menimbulkan iskemia (Aris, 2015:55). Berdasarkan hasil interpretasi data, ekstrak kacang kedelai hitam berpengaruh nyata terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium uterus tikus putih. Penyebab dari hasil tersebut adalah karena adanya kandungan fitoestrogen jenis isoflavon pada ekstrak kacang kedelai hitam. Fitoestrogen memiliki berat molekul yang ringan dan struktur yang stabil, sehingga dengan mudah dapat menembus membran sel. Strukturnya yang mirip dengan estrogen endogen dalam tubuh menyebabkan fitoestrogen
mampu berikatan dengan reseptor estrogen, sehingga dapat memunculkan dampak estrogenik pada organ sasaran yang memiliki reseptor estrogen tersebut. Menurut Eddy (2006:6) cara kerja dari fitoestrogen adalah meniru aktivitas hormon estrogen di dalam tubuh. Estrogen merupakan hormon yang memiliki fungsi sebagai molekul sinyal, prosesnya dimulai dari masuknya molekul estrogen melalui aliran darah ke dalam sel dari bermacam-macam jaringan yang merupakan target estrogen. Di dalam sel target, molekul estrogen mencari rseseptor estrogen untuk kemudian berintegrasi. Reseptor estrogen memiliki tempat spesifik yang hanya estrogen atau molekul lain yang memiliki struktur mirip dengan estrogen seperti fitoestrogen dapat mengikatnya. Molekul estrogen yang mengikat reseptor protein, membentuk suatu ikatan ligand-hormon receptor. Peristiwa tersebut dimungkinkan terjadi karena molekul estrogen dan reseptornya memiliki bentuk yang sama untuk berikatan. Ikatan tersebut dapat memicu proses seluler yang spesifik, sehingga mengaktifkan gen spesifik. Gen tersebut kemudian berfungsi untuk memicu pembentukan protein untuk metabolisme sel. Contoh respon yang terjadi yaitu perkembangan uterus untuk persiapan terjadinya kehamilan. Fitoestrogen memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap reseptor estrogen dibandingkan dengan estradiol. Fitoestrogen yang terkandung dalam kacang kedelai hitam adalah jenis isoflavon (daidzin, daidzein, genistin, genistein, dan glysitin).
Kandungan fitoestrogen pada ekstrak kacang kedelai hitam yang telah diberikan pada tikus putih dengan dosis 50 dan 100 mg/ekor/hari dapat memberikan efek estrogenik atau agonis terhadap estrogen endogen, sehingga dapat menambah jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium uterus tikus putih. Jika dosis yang diberikan kurang atau lebih dari 50 dan 100 mg/ekor/hari, yaitu sebanyak 150 mg/ekor/hari fitoestrogen tersebut akan memberikan efek antagonis dengan reaksi antiestrogenik. Fitoestrogen dapat memiliki efek agonis maupun antagonis karena beberapa hal, terutama adalah jumlah dari estrogen endogen dalam tubuh. Fitoestrogen mampu menjadi pendukung jika keberadaan estrogen endogen tubuh sedikitatau berkurang melalui ikatan dengan reseptor estrogen yang masih kosong. Eddy (2006:9) menyatakan bahwa dalam keadaan defisiensi estrogen, fitoestrogen dominan dan mengikat reseptor estrogen yang kosong, sehingga terjadi kerjasama dengan baik antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam meningkatkan respon seluler. Inilah yang merupakan definisi dari efek agonis. Keadaan fitoestrogen dalam kadar sedikit atau kurang menyebabkan kurang mencukupinya jumlah untuk mengisi reseptor yang ksosong, sehingga tidak berpengaruh dalam meningkatkan atau bahkan dapat menurunkan respon seluler. Keadaan dimana terdapat kadar estrogen tinggi, fitoestrogen yang daya ikatnya sangat lemah dibandingkan dengan estradiol, akan tetap mengikat reseptor estrogen. Inilah yang disebut sifat antiestrogenik (Eddy, 2006:9). Apabila terdapat fitoestrogen dalam kadar berlebih di dalam tubuh,
maka akan mengakibatkan terjadinya persaingan antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam berikatan dengan reseptor estrogen. Selain adanya persaingan, kelebihan kadar hormon di dalam tubuh akan mengakibatkan mekanisme feedbacknegatif terhadap hipotalamus untuk menghambat sekresi GnRH. Selanjutnya akan menginduksi hipofisis anterior untuk menghambat sekresi FSH dan merangsang sekresi LH. Jika, produksi FSH terhambat maka pertumbuhan folikel dan perkembangan folikel juga akan terhambat, sehingga produksi estrogen endogen akan berkurang. Selanjutnya akan menyebabkan banyak reseptor estrogen yang ada di dalam sel target uterus tidak mengikat estrogen yang mengakibatkan kekosongan reseptor estrogen. Hal ini akan digantikan oleh fitoestrogen yang berikatan dengan reseptor estrogen beta kemudian ditranslokasikan ke inti sel yang akan menyebabkan terjadinya sintesis protein dan menimbulkan respon seluler. Respon yang disebabkan oleh ikatan reseptor estrogen-fitoestrogen lebih lemah dibandingkan dengan ikatan reseptor estrogen estrogen endogen. Terjadinya persaingan antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam tubuh menyebabkan respon seluler berupa pertambahan jumlah kelenjar dan penebalan endometrium tidak dapat terjadi secara optimal. Keterbatasan pada penelitian ini adalah terbatasnya jumlah kandang sehingga 1 kandang berisi 4 ekor tikus. Kandang yang baik berisi 1 ekor tikus 1 kandang agar tidak terjadi kompetisi berebut makanan antar tikus.