Menilik Pangan Kedaluwarsa, Terhindar dari Keracunan

dokumen-dokumen yang mirip
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

AMANKAH PANGAN ANDA???

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

Waspada Keracunan Mikroba pada Air Minum Dalam Kemasan

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

Enterobacter sakazakii dan Meningitis

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Kontaminasi Pada Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Sosis ikan SNI 7755:2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keracunan makanan noncorosive agent

BAB II LANDASAN TEORI

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

Siomay ikan SNI 7756:2013

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

BAB IX SANITASI PABRIK

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Peranan teknologi pangan

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

Transkripsi:

Menilik Pangan Kedaluwarsa, Terhindar dari Keracunan Berbicara tentang pangan kedaluwarsa, sebaiknya kita memahami dan mengenal definisi dari tanggal kedaluwarsa. Tanggal kedaluwarsa suatu produk pangan merupakan tanggal yang menyatakan bahwa produk sudah melewati batas waktu penggunaan sebagaimana yang ditetapkan dan dapat ditemukan tercetak pada label kemasan produk pangan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 180 / MENKES / PER / IV / 1985 tentang Makanan Daluwarsa menjelaskan bahwa tanggal kedaluwarsa merupakan batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Secara umum penulisan tanggal kedaluwarsa dicetak pada kemasan produk pangan oleh perusahaan produksi atau retailer untuk mengidentifikasi tanggal dan waktu produksi serta batas penggunaan produk, di mana penanggalan kedaluwarsa dicetak dengan format kalender yang terdiri dari tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun. Pangan, termasuk pangan olahan, harus memenuhi kriteria keamanan, mutu, dan gizi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam peraturan menteri kesehatan, selama penyimpanan pangan sesuai dengan anjuran, mutu produk pangan terjamin dengan tanggal kedaluwarsa. Pangan yang telah lewat tanggal kedaluwarsanya tidak serta-merta dianggap telah mengalami penurunan mutu, hanya saja tidak ada jaminan bahwa mutu produk pangan masih baik. Jenis-Jenis Penandaan Kedaluwarsa Ketika konsumen membeli produk pangan, istilah-istilah di bawah ini akan ditemukan pada kemasan yang ditujukan untuk penandaan kedaluwarsa produk dan menandakan masa layak konsumsi dari suatu produk pangan. Label Expire date menandakan bahwa produk sudah tidak layak konsumsi setelah tanggal tersebut dan sebaiknya tidak dikonsumsi, definisi yang sama juga berlaku pada label do not use after atau jangan dikonsumsi setelah. Gambar 1. Penandaan Tanggal Kedaluwarsa pada Kemasan Produk Pangan Berupa Label Best Before atau Expire date Sumber: questfoodexchange.com; consumerist.com; thedailypedia.com Ketahanan Mutu Produk Pangan Penentuan tanggal kedaluwarsa oleh produsen pangan dilakukan berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh produsen produk pangan. Berbagai riset atau pengujian dilakukan pada pangan terhadap beberapa cara penyimpanan, termasuk tempat dengan kondisi suhu, kelembapan, dan ventilasi cahaya dengan mengamati dan menganalisa perubahan mutu pangan untuk mengetahui seberapa lama pangan dapat bertahan mutunya dan layak dikonsumsi. Penentuan daya tahan produk pangan dimulai dari proses pengembangan produk, homogenitas produk serta faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba

(ph, kandungan air dan distribusi kelembapan, kadar garam, dan bahan pengawet). Semua faktor tersebut dikontrol dengan tepat dan dievaluasi. Profil kimia, fisika, dan mikrobiologis produk pangan dari beberapa batch 1 produk harus tersedia pada tahap pengembangan produk. Di samping itu, potensi kontaminasi pada produk dan bahan pengemas yang digunakan juga harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mendukung pengujian dalam menentukan ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan pada masa kedaluwarsa produk pangan tersebut. Pengujian ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan, baik pada proses pengembangan produk maupun proses produksi komersial, terutama dilakukan pada kondisi penyimpanan yang dianjurkan, sebagai contoh, pangan yang dianjurkan untuk disimpan di lemari pendingin akan dilakukan pengujian stabilitas pada suhu 5ºC. Pada pengujian tersebut, stabilitas profil kimia dan fisika produk pangan diamati, dan pengujian terhadap mikroorganisme penyebab pembusukan dan patogen yang tahan suhu rendah juga dilakukan. Parameter penilaian profil mikroba berbeda-beda sesuai dengan spesies mikroorganisme patogen yang akan diuji pertumbuhannya dalam produk pangan seperti yang tertera dalam Tabel 1. Patogen Suhu Kadar Garam ph Aktivitas Air Keterangan Bacillus cereus < 4,0ºC >7% <4,30 <0,91 Anaerob fakultatif Clostridium botulinum < 3,3ºC >5% <5,00 <0,97 Anaerob obligat Listeria monocytogenes <-0,4ºC >10% <4,39 <0,92 Anaerob fakultatif Yersinia enterocolitica <-1,3ºC >7% >4,20 Anaerob fakultatif Tabel 1: Batas Parameter Pertumbuhan Galur Patogen Tahan Suhu Rendah Sumber: (ANZFA, 2001; Roberts T., 1996) Pengujian ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan juga dilakukan setelah pemasaran untuk tujuan evaluasi, yaitu membuktikan bahwa produk pangan dapat mempertahankan mutunya sampai pada batas kedaluwarsa yang ditentukan. Akan tetapi, pengujian dapat dihentikan di tengah proses dan dianggap gagal apabila telah terbukti bahwa produk pangan menunjukkan tanda-tanda penurunan mutu sebelum tercapainya batas kedaluwarsa sebagaimana yang ditentukan pada label kemasan. Penilaian profil kimia, fisika, dan mikrobiologi selama uji stabilitas harus dilakukan secara komprehensif agar tidak menimbulkan kesalahan pengambilan kesimpulan. Beberapa perubahan yang dapat diamati dan terjadi selama penyimpanan pada uji ketahanan atau stabilitas mutu antara lain; Perubahan ph, dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba atau kegagalan sistem pendapar/buffer ph. Kandungan air yang terdistribusi kembali, dapat disebabkan oleh sineresis (kandungan air keluar dari produk pangan, seperti pada jeli), kondensasi, atau emulsi pecah Ketahanan atau stabilitas pengawet 1 Batch atau Bets merupakan sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam, yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu

Tanda-tanda pertumbuhan mikroorganisme di permukaan Migrasi kimia ke dalam produk pangan dari material yang berkontak dengan produk Perubahan lain pada produk pangan yang tidak diprediksi sebelumnya Ciri-Ciri Pangan Kedaluwarsa Tanggal kedaluwarsa dianggap penting karena faktor kesehatan dan keamanan ketika mengonsumsi pangan tersebut. Faktor kesehatan yang dimaksud adalah nutrisi yang terkandung dalam pangan, sedangkan alasan keamanan dilihat dari faktor mikrobiologis, aktivitas mikroba pada pangan menimbulkan bahaya kesehatan sebelum tanda-tanda pembusukan terlihat. Di samping melihat tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada label pangan, penting juga untuk mengetahui tanda-tanda pangan kedaluwasa, sebab pada kondisi penyimpanan tertentu yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku, pembusukan dapat terjadi dan menyebabkan pangan tidak layak konsumsi sebelum waktu kedaluwarsa. Perubahan produk yang dapat diamati sebagai tanda bahwa pangan sudah tidak layak untuk dikonsumsi antara lain; Bau tengik/apak Perubahan tekstur Penurunan atau peningkatan kelembapan Penurunan rasa Pembusukan akibat aktivitas mikroba Potensi Mikroorganisme dalam Pangan Kedaluwarsa Perubahan warna dan aroma akibat paparan cahaya Perubahan warna karena aktivitas enzim (enzymatic browning) Perubahan warna karena aktivitas kimia (chemical browning) Hal yang paling diwaspadai dari pangan kedaluwarsa adalah kontaminasi mikroorganisme dan migrasi kimia dari bahan pengemas ke produk pangan. Pada pangan olahan, meskipun tidak semua produk merupakan produk pangan olahan steril, terdapat kriteria mikroorganisme yang harus dipenuhi untuk menjamin ketahanan mutu produk olahan pangan tersebut. Dalam Peraturan Kepala Badan POM No. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan, kriteria mikrobiologi dijelaskan sebagai ukuran manajemen risiko yang menunjukkan keberterimaan suatu pangan atau kinerja proses atau sistem keamanan pangan yang merupakan hasil dari pengambilan sampel dan pengujian mikroba, toksin atau metabolitnya atau penanda yang berhubungan dengan patogenisitas atau sifat lainnya pada titik tertentu dalam suatu rantai pangan. Pada umumnya, kontaminan mikroorganisme pada pangan basi adalah bakteri patogen genus Listeria atau Salmonella. Selain dua genus bakteri tersebut, bakteri lain seperti Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Shigella, E. coli, dan Clostridium perfringens juga diketahui dapat mengontaminasi pangan yang sudah kedaluwarsa, terutama risiko botulisme oleh Clostridium botulinum atau galur tertentu dari Clostridium butyricum dan Clostridium baratii pada makanan kaleng kedaluwarsa. Membuat makanan kalengan rumahan seperti pembuatan acar kedelai hijau, acar sawi, dan acar tomat, juga harus berhati-hati, sebab makanan kalengan buatan rumah juga merupakan salah satu produk pangan yang paling rentan terkontaminasi Clostridium botulinum.

Fungi yang juga merupakan mikroorganisme kontaminan dapat menjadi indikator nyata bahwa pangan telah kedaluwarsa dan tidak layak dikonsumsi. Kapang, salah satu jenis fungi multiseluler berukuran mikroskopik, merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada pangan yang kedaluwarsa, organisme ini akan menghasilkan mikotoksin yang menyebabkan gejala keracunan. Beberapa jenis fungi yang umum ditemukan pada produk pangan adalah Alternaria, Aspergillus, Botrytis, Cladosporium, Fusarium, Geotrichum, Monilia, Manoscus, Mortierella, Mucor, Neurospora, Oidium, Oosproa, Penicillium, Rhizopus dan Thamnidium. Gambar 2. Pertumbuhan Fungi pada Buah Gambar 3. Pertumbuhan Fungi pada Makanan dalam Kemasan Dampak dan Gejala Mengonsumsi Pangan Kedaluwarsa Dampak kesehatan yang timbul akibat mengonsumsi pangan kedaluwarsa dapat bervariasi dari tanpa gejala hingga gejala berat, tergantung dengan jenis dan kapan pangan tersebut dikonsumsi. Gejala yang ditimbulkan pun bermacam-macam, akan tetapi yang paling umum dalam kasus keracunan makanan antara lain; Nyeri atau kram perut Sakit kepala Muntah berulang Pusing Diare Demam Dehidrasi Gejala yang timbul dapat bertahan selama beberapa jam, hari, bahkan minggu tergantung tingkat keparahan keracunan korban. Botulisme merupakan gejala yang jarang terjadi, namun merupakan gejala yang serius sehingga perlu perhatian khusus. Botulisme disebabkan oleh toksin botulinum yang menyerang persarafan. Gejala yang timbul akibat botulisme antara lain; penglihatan ganda atau buram kelopak mata sulit terbuka bicara cadel kesulitan bernapas mual muntah kesulitan menelan mulut kering lemah otot lemah otot wajah kram perut paralisis Fungi jenis Aspergillus flavus terkenal karena menghasilkan toksin spesifik yang disebut Aflatoksin. Aflatoksin merupakan racun alami yang dapat menginduksi cidera hepatoseluler akut dan kronik sehingga berakibat pada kegagalan fungsi hati bahkan kanker hati.

Pencegahan Keracunan Akibat Mengonsumsi Pangan Kedaluwarsa Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan Hindari menghirup makanan atau minuman yang sudah kedaluwarsa atau tampak ditumbuhi jamur karena akan menimbulkan masalah pernapasan. Periksa tanggal kedaluwarsa pada kemasan pangan Hindari membeli dan mengonsumsi pangan yang sudah kedaluwarsa, memiliki bau dan rasa tidak enak, serta tanda-tanda pembusukan lain. Hindari membeli atau mengonsumsi makanan kaleng yang tampak telah menggembung atau penyok karena dicurigai adanya kontaminasi mikroorganisme. Hindari membuat makanan kalengan sendiri di rumah jika tidak memahami prosedur sanitasi dan higienitas yang benar. Hindari memberikan makanan yang berisiko keracunan akibat toksin dari bakteri Clostridium botulinum pada anak dan bayi seperti makanan kaleng dengan kondisi kemasan kurang baik, atau memberikan madu asli pada bayi dibawah usia 12 bulan. Menjaga suhu pangan di bawah 50ºC atau di atas 60ºC, pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti. Menyimpan produk pangan sesuai dengan suhu yang dianjurkan berdasarkan jenis produk pangan, misalnya produk yang harus disimpan dingin, seperti susu pasteurisasi, keju, sosis dan sari buah dalam lemari pendingin dan produk pangan olahan beku, seperti nugget, dan es krim dalam freezer. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingan Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang Buang pangan yang sudah kedaluwarsa dan jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Bersihkan meja dapur atau area tempat menyimpan makanan secara rutin. Bersihkan bagian dalam lemari pendingin setiap beberapa bulan. Sikat kapang pada karet penutup lemari pendingin. Jaga kebersihan kain pengering piring dan tangan, spons pencuci piring, pengepel lantai. Bau tengik menandakan adanya pertumbuhan kapang. Buang kain pembersih atau spons yang sudah tidak dapat dicuci. Jaga kelembapan rumah di bawah 40% Jika diketahui pangan ditumbuhi kapang, periksa benda atau pangan disekitarnya sebab kapang dapat menyebar dengan cepat, terutama pada buah dan sayuran Pertolongan Pertama Keracunan Pangan Kedaluwarsa Jangan memberikan pertolongan apapun kepada korban yang tidak sadar/pingsan, segera bawa ke rumah sakit Bila korban dalam keadaan sadar dan terjaga : o Muntah dan diare merupakan reaksi tubuh terhadap racun yang masuk, ini merupakan cara yang terbaik agar racun keluar dari dalam tubuh, namun harus dijaga agar tubuh tidak mengalami dehidrasi dengan memberikan minum cairan elektrolit dalam jumlah sedikit namun sering.

o Berikan minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang o Berikan arang aktif (diberikan segera selambat-lambatnya 1 jam setelah mengkonsumsi roti yang berkapang) dengan dosis: Anak-anak : 1 2 g/kg BB Dewasa : 50 to 100 g o Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika kondisi korban semakin memburuk seperti muntah dan diare lebih dari 24 jam, buang air besar yang disertai darah, demam. Kejadian keracunan pangan terjadi melalui rute paparan oral. Tipe pencemar dan jumlah yang tertelan akan memengaruhi gejala keracunan yang timbul. Pada umumnya apabila korban keracunan mengalami muntah dan diare kurang dari 24 jam, perawatan dapat dilakukan di rumah dengan memperhatikan asupan cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah dan diare. Selama gejala muntah dan diare, korban sebaiknya dihindari dari pemberian makanan padat, alkohol, minuman berkafein, dan minuman yang mengandung gula. Apabila korban menunjukkan tanda-tanda perburukan gejala, sebaiknya segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk diberikan penanganan medis, terutama jika korban tidak dapat minum sehingga asupan cairan harus diberikan melalui infus intravena. Antibiotika jarang diperlukan pada penanganan keracunan pangan, dan pada beberapa kasus pemberian antibiotika dapat memperburuk gejala. Jika korban merupakan ibu hamil, lansia, bayi, balita dan anak-anak, serta penderita gangguan sistem imun, segera dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk segera memperoleh penanganan medis. Daftar Acuan ANZFA. (2001). Date Marking User Guide to Standard 1.2.5 Date Marking of Packaged Food. Australia New Zealand Food Authority. Peraturan Kepala Badan POM Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan Badan POM. (2016, September 20). Amankah Produk Pangan Kedaluwarsa. Dipetik Maret 22, 2017, dari InfoBPOM: https://infobpom.com/amankah-produk-pangankedaluwarsa/ Badan POM. (2017). Artikel: Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen. Dipetik April 20, 2017, dari SIKer Nasional: http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/keracunan-pangan- Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf Badan POM. (2017). Q & A: Keracunan Roti Berjamur. Dipetik April 20, 2017, dari SIKer Nasional: http://ik.pom.go.id/v2016/qa/keracunan-roti-berjamur Badan POM RI. (2010, Juni). No. HK. 03.1.23.06.10.5166 tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada

Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan. Peraturan Kepala Badan POM RI. Jakarta: Badan POM RI. Foodshare. (2015, Desember 15). Fod Storage and Shelf Life Guidelines. Dipetik Maret 20, 2017, dari www.foodshare.org: http://site.foodshare.org/site/docserver/food_storage_and_shelf_life_guidelines.pd f?docid=5822 Kementerian Kesehatan RI. (1985). No. 180/MENKES/PER/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik Maret 21, 2017, dari KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/ NSW Food Authority. (2010). Shelf Life Testing, Used-By Dates for Food Safety. New South Wales: New South Wales Australia Food Authority. Roberts T., B.-P. A. (1996). Microorganism in Foods 5, Microbiological specifications of food pathogens, First ed. Dalam ICMSF. Blackie Academic and Professional. U.S. Department of Health & Human Services. (2016, Mei 3). Botulism. Dipetik April 18, 2017, dari Centers for Diseases Control and Prevention: https://www.cdc.gov/botulism/prevention.html U.S. Department of Health & Human Services. (2017, April 17). Food Poisoning. Dipetik April 17, 2017, dari Food Safety: https://www.foodsafety.gov/poisoning/ US Department of Agriculture. (2013, Agustus 22). Molds On Food. Dipetik April 18, 2017, dari FSIS: https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/fsis/topics/food-safety-education/getanswers/food-safety-fact-sheets/safe-food-handling/molds-on-food-are-theydangerous_/ US Department of Agriculture. (2016, Desember 14). Food Product Dating. Dipetik Maret 21, 2017, dari USDA FSIS: https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/fsis/topics/foodsafety-education/get-answers/food-safety-fact-sheets/food-labeling/food-productdating/food-product-dating US National Library of Medicine. (2016, Desember 21). Botulism. Dipetik April 18, 2017, dari Medline Plus: https://medlineplus.gov/botulism.html