PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA TRIGONOMETRI DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development).

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL TUTORIAL OPENOFFICE.ORG WRITER SISWA KELAS VIII DI LAMPUNG UTARA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PEMBUATAN BEBE ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PENGASIH JURNAL

PENGEMBANGAN MODUL KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK SMK

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERBASIS INKUIRI PADA MATERI INTERAKSI ANTAR MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

III. METODOLOGI PENELITIAN. (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Visual untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SUPLEMEN PEMBELAJARAN SUB SUB MATERI TIPE TIPE GUNUNG BERAPI UNTUK SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN

* Keperluan korespondensi,

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA MATERI POKOK KINEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI GERAK LURUS UNTUK KELAS X SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEARNING CYCLES 5E PADA MATA PELAJARAN TEKNIK MIKROPROSESSOR DI SMK NEGERI 2 SURABAYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN PERPAJAKAN KELAS X SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

Edu Elektrika Journal

Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat untuk penelitian ini adalah metode penelitian dan

Development of Basic Competency Learning Module on Poultry Meat and Seafood Processing at SMKN 3 Wonosari

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI GAYA DAN PENERAPANNYA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK DAN ELEMEN MESIN KELAS X TEKNIK PEMESINAN SMK

Kata kunci: alat peraga IPA, media pembelajaran, pesawat sederhana.

Abstrak PENDAHULUAN.

PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PENGUKURAN TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PRAKTEK LAS TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA DI BIDANG PENGELASAN SISWA SMK

PENGEMBANGAN MODUL DASAR PENATAAN DISPLAY PADA MATA PELAJARAN PENATAAN DAN PERAGAAN SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 2 JEPARA JURNAL

PENGEMBANGAN MODUL PERALATAN KANTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INTERAKTIF GAMBAR TEKNIK UNTUK SISWA TEKNIK PEMESINAN

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI HIMPUNAN BERBANTU VIDEO PEMBELAJARAN

Pengembangan E-book Pembelajaran Menggunakan Flipbook Berbasis Web Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di SMK ADZKIA Padang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE MAKE A MATCH MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek penelitian studi lapangan, subjek

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016

PENGEMBANGAN MODUL PEMESINAN BUBUT PADA MATA PELAJARAN TEKNIK PEMESINAN BUBUT DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SALAM

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

MEDIA DEVELOPMENT LEARNING INSTRUCTIONAL GAMES MACROMEDIA FLASH-BASED IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL. Triska Yeti Evrianis, Azrita 1), M.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENJALANKAN USAHA KECIL KERAJINAN TANGAN 1) Oleh

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN I MATUR KABUPATEN AGAM

III. METODE PENGEMBANGAN. prosedur pengembangan yang terdiri atas (a) studi pendahuluan, (b) desain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

PENGEMBANGAN MODUL MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS XI TEKNIK PEMESINAN

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI GERAK KELAS VII SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

PENGEMBANGAN MODUL AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH MATERI HARGA POKOK PESANAN

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek

PENGGUNAAN TEKNIK PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP ORGANISASI KEHIDUPAN. (Artikel) Oleh: Dian Yustie Anggraeni

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS DISCOVERY INQUIRY PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN KELAS XI SMA NEGERI 1 BELALAU

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE SQ3R TERHADAP PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL ILMIAH SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 RANAH PESISIR ARTIKEL ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

PENGEMBANGAN MEDIA KARTUN IPA POKOK BAHASAN GAYA MAGNET KELAS V DI SD NEGERI 1 SEKARSULI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI ASAM BASA BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI CAHAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Transkripsi:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh : Awalia Ratu, Budi Koestoro, Eddy Purnomo FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung e-mail: awaliaratu@yahoo.co.id 082375927455 Abstrak : Pengembangan Bahan Ajar Modul Berorientasi Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Sekolah Menengah Kejuruan.Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan kondisi dan potensi SMK untuk dikembangkan bahan ajar berupa modul prakarya dan kewirausahaan pada kelas XII SMK, (2) mendeskripsikan pada pengembangan bahan ajar berupa modul prakarya dan kewirausahaan yang sesuai dengan materi kelas XII SMK, (3) menganalisis efektivitas modul prakarya dan kewirausahaan pada kelas XII SMK, (5) menganalisis daya tarik bahan ajar berupa modul prakarya dan kewirausahaan pada kelas XII SMK. Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan. Populasi adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan kelas XII di Lampung Selatan. Sampel untuk uji produk diambil dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen tes bentuk objektif lalu dianalisis dengan menggunakan tes dan perbandingan gain ternormalisasi. Kesimpulan penelitian adalah: (1) modul Prakarya dan Kewirausahaan dapat dikembangkan untuk materi bagi siswa kelas XII SMK, (2) produk modul Prakarya dan Kewirausahaan yang dihasilkan divalidasi ahli materi, media dan desain, (3) produk modul Prakarya dan Kewirausahaan yang dihasilkan efektif dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan modul Prakarya dan Kewirausahaan yaitu 86,20 > rata-rata prestasi belajar siswa yang tidak menggunakan modul Prakarya dan Kewirausahaan yaitu 70,36, (4) daya tarik modul prakarya dan kewirausahaan sangat menarik, dengan skor rata-rata daya tarik adalah 4,34 Kata kunci: modul prakarya dan kewirausahaan, kontekstual Abstract : Development Of Instructional Material Oriented Contextual Learning In Business Vocational Lesson For Vocational High School.The purpose of this research are to (1) describe condition and potency of vocational high school to develop business vocational module for twelfth grade of vocational high school, (2) describe the development of business vocational module for twelfth grade of vocational high school, (3) analyze the effectivity of business vocational module for twelfth grade of vocational high school, (4) analyze the efficiency of business vocational module for twelfth grade of vocational high school, (5) analyze the interest of business vocational module for 1

twelfth grade of vocational high school. This research is using the design of research and development. The population are students of vocational high schools of the twelfth grade in South Lampung. The sample for product test is taken by cluster random sampling technique. Data is gained by using objective test instrument, then analyzed by using test and normalized gain comparison. The conclusions of this research are: (1) business vocational module can be developed for the material of students in twelfth grade of vocational high school, (2) product of business vocational module is validated by the experts of material, language and design; (3) product of business vocational module is effective with the average score of students achievement whom using business vocational module is 86.20 > the average score of students achievement who did not using business vocational module is 70.36; (4) the interest of business vocational module is very interesting, with average score of interest is 4,34 Keywords: business vocational module, oriented contextual learning 1. PENDAHULUAN Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya sektor industri semakin pesat dengan berbagai macam produk yang dihasilkan. Semakin pesatnya pertumbuhan sektor industri tentunya semakin banyak memerlukan tenaga kerja yang dilibatkan. Melihat fenomena tersebut, maka salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang bertujuan menyiapkan peserta didik untuk menjadi pelaku sektor industri, baik sebagai tenaga kerja maupun berusaha secara mandiri. SMK pada program keahlian pemasaran mempunyai tujuan utama mempersiapkan siswa menjadi pemasar tingkat menengah yang produktif, mampu bersaing dalam menangkap peluang bisnis dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif atau praktik. Mata pelajaran praktik adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar 2

memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi yang disepakati oleh lembaga yang mewakili dunia usaha atau industri. Pelajaran praktik diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Pelajaran produktif (praktik) mempunyai jumlah jam yang banyak dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran normatif atau adaptif). Pembelajaran di SMK sebesar 70 % diisi dengan praktik dan hanya 30 % teori, dikarenakan lulusan SMK dituntut memiliki keahlian tertentu. Mata pelajaran produktif lebih menekankan pada aspek psikomotor peserta didik. SMK sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan diharapkan mampu menghasilkan calon pencipta lapangan kerja produktif serta mempunyai daya saing tinggi dalam menciptakan peluang bisnis di dalam dan luar negeri. SMK diharapkan juga sekaligus mampu menghasilkan calon-calon wirausahawan yang siap untuk berusaha sendiri dan tidak menggantungkan kehidupan mereka pada lowongan kerja di dunia kerja/ industri yang semakin lama semakin sempit. Calon pencipta lapangan kerja atau tamatan yang dihasilkan SMK diharapkan mampu dan memiliki keberanian untuk memproduksi barang dan jasa, memasarkan baik secara mandiri maupun kelompok, berkomunikasi dengan bahasa asing serta bekerjasama untuk mendukung pengembangan karir yang berkaitan dengan usaha mandiri. Kurikulum pendidikan bervisi kewirausahaan dapat diartikan sebagai kurikulum pendidikan yang mengajarkan kemampuan dan menumbuhkan kewirausahaan pada peserta didik secara terintegrasi, sehingga keluarannya diharapkan dapat berwirausaha, mandiri serta menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan masyarakat. Selama ini pembelajaran prakarya dan kewirausahaan menggunakan bahan ajar berupa buku teks yang jenisnya sangat terbatas dan tidak menggunakan lembar kerja siswa sehingga sumber belajar untuk mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dirasakan belum memadai. 3

Bahan ajar yang digunakan dalam mengikuti program pendidikan di SMK adalah bahan ajar cetak dan non cetak. Oleh karena itu, untuk menyiapkan tenaga kerja menengah siap pakai, maka dalam proses pembelajaran harus ditunjang dengan bahan ajar yang relevan agar siswa memiliki banyak pengalaman belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban, siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap hasil dan ketuntasan belajar siswa. Pencapaian hasil siswa untuk mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan pada kelas XII SMK di Lampung Selatan, dapat diketahui bahwa yang memenuhi kriteria ketuntasan dengan nilai 7,0 sebesar 36 % dan yang belum mencapai kriteria nilai tersebut sebesar 64 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tidak kompeten ternyata lebih besar dibanding yang berkompeten. Besarnya siswa yang belum mencapai KKM merupakan masalah yang perlu dikaji untuk mencari faktor penyebabnya. Permasalahan di atas menjadi menarik untuk dicermati tentang bagaimana upaya untuk dicarikan solusinya. Sehubungan dengan pengembangan bahan ajar (Priowirjanto, 2001: 18) mengemukakan bahwa untuk mendukung pembelajaran yang optimal diperlukan bahan ajar (learning material) yang didesain dan dikemas sesuai pendekatan belajar individual (individualilized learning), sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan adanya perubahan kurikulum SMK, bahan ajar yang akan dipergunakan di dalam proses pembelajaran belum ada karena selama ini guru mengajar hanya mempergunakan buku paket yang ada di pasaran. Sedangkan sumber pembelajaran berupa buku cetak prakarya dan kewirausahaan yang beredar saat ini menurut sebagian besar siswa masih terlalu luas dan rumit pembahasannya sehingga siswa masih membutuhkan bantuan orang lain (guru atau orang tua) untuk menjelaskan kandungan isinya. Sebelum penelitian pada Sekolah Menengah Kejuruan di Lampung 4

Selatan, seperti SMK Negeri 1 Kalianda, SMK Muhammadiyah 1 Kalianda dan SMK Cahaya Kartika Palas, terlebih dahulu dilakukan observasi dan penyebaran angket analisis kebutuhan pada guru dan siswa di SMK Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan. Menurut hasil penelitian awal 86,5% siswa memerlukan modul untuk dijadikan sebagai media pembelajaran siswa; 80,4% menyatakan bahwa mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan sulit dipahami. Sebesar 76,1% siswa menyatakan buku paket di sekolah terlalu luas materinya; 48,3% siswa menyatakan buku paket lebih sulit dipelajari oleh siswa; dan 59,1% siswa menyatakan bahwa buku paket di sekolah tidak menarik untuk dilihat dikarenakan tampilannya yang kurang memikat. Hasil analisis kebutuhan yang diberikan terhadap 6 orang guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan diperoleh hasil bahwa 100% guru menyatakan buku paket yang ada telah sesuai dengan kurikulum 2013 dan 50% guru menyatakan bahwa buku paket yang ada belum memberikan solusi terhadap mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, serta 100% guru menyatakan bahwa buku paket yang ada belum mencukupi secara jumlah atau kuantitas bagi siswa. Sehingga 100% guru menyatakan setuju bahwa perlu dibuat/ dikembangkan modul Prakarya dan Kewirausahaan kontekstual bagi siswa. Menurut pengamatan lapangan, buku pegangan guru dalam mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan masih sangat minim. Permasalahan yang timbul mengenai sumber pembelajaran berupa buku cetak yang tersedia di sekolah sangat terbatas, sehingga siswa lelah mencatat dan tidak dapat optimal dalam pembelajaran. Buku ajar yang ada juga kajiannya terlalu luas sehingga sulit dipahami oleh siswa. Buku paket prakarya dan kewirausahaan kelas XII SMK yang tersedia jumlahnya hanya ada 110 buah dengan murid sebanyak 312 siswa, sehingga tidak mencukupi kebutuhan siswa yang ada. Era globalisasi seperti sekarang ini, peran guru sebagai penyampai pesan pendidikan memerlukan sumber belajar yang bervariasi agar 5

pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Hal ini dikarenakan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar siswa. Banyak sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa. Modul prakarya dan kewirausahaan ini dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan siswa akan media pembelajaran yang dapat membantu dan merangsang siswa untuk memiliki keterampilan wirausaha yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat dikarenakan belum ada satupun bahan ajar yang efektif sebagai pegangan siswa dalam pembelajaran. Minat serta motivasi siswa masih kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil dan ketuntasan belajar siswa. Sumber pembelajaran modul prakarya dan kewirausahaan diharapkan akan dapat menghasilkan efektivitas belajar siswa. Tanpa modul, belajar mengajar siswa menjadi kurang efektif dan efisien karena daya ingat dan penyerapan siswa terbatas dan juga siswa memiliki tipe belajar yang berbeda. Salah satu unsur Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah discovery, yaitu siswa menggali sendiri materi yang dipelajari agar memperoleh kompetensi yang akan dicapai. Oleh karena itu, untuk memudahkan siswa dalam mencari materi yang diperlukan perlu dibuat modul sebagai salah satu sumber belajar. Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran kontekstual diperlukan bahan ajar yang relevan. Menurut Pannen dan Purwanto (2001: 1) bahwa bahan ajar dapat digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga guru tidak perlu terlalu banyak menyajikan materi di kelas. Hal ini akan berdampak positif, yaitu guru lebih banyak waktu untuk memberi bimbingan kepada siswa. Bahan ajar juga dapat membantu siswa dalam proses belajarnya, sehingga siswa tidak tergantung kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Kenyataan untuk sementara ini menunjukkan bahwa belum ada bahan ajar yang dilengkapi dengan 6

soal aplikasi untuk kepentingan pembelajaran, tanpa memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lebih khusus lagi perubahan kurikulum. Berdasarkan kondisi obyektif tersebut di atas, cukup beralasan dan bahkan menarik sehingga dipandang perlu adanya pengembangan bahan ajar prakarya dan kewirausahaan yang berorientasi pembelajaran kontekstual untuk siswa kelas XII SMK. Pengembangan bahan ajar prakarya dan kewirausahaan penting dilakukan agar dapat mengatasi kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi riil. Kondisi ideal yang dimaksud adalah tersedianya bahan ajar SMK kelas XII. Sedangkan kondisi riil yang dihadapi belum tersedianya bahan ajar yang dilengkapi dengan latihan soal aplikasi. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan mengikuti model penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall dalam Pargito (2009: 50). Keseluruhan tahap penelitian pengembangan akan dimodifikasi dengan model desain pengembangan ASSURE. Penelitian ini akan dilakukan di tiga Sekolah Menengah Kejuruan di Lampung Selatan, yaitu SMK Negeri 1 Kalianda, SMK Muhammadiyah 1 Kalianda dan SMK Cahaya Kartika Palas, pada siswa kelas XII Tahun Pelajaran 2013/2014. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosedur yang dilakukan dalam pengembangan bahan pembelajaran tahap ini dibagi menjadi tujuh tahap. Tahap pertama penelitian pendahuluan. Tahap kedua perencanaan pengembangan bahan ajar. Pada langkah ini dilakukan halhal sebagai berikut: 1) memilih kompetensi inti, 2) merumuskan indikator berdasarkan KI dan KD yang telah dipilih, 3) menyusun peta kebutuhan modul, jumlah kebutuhan modul yang ingin dikembangkan, 4) 7

mengembangkan desain pembelajaran dengan model ASSURE, 5) Mendorong partisipasi siswa (Require learners participation), 6) Evaluasi dan perbaikan (Evaluate and Revisi). Langkah langkah yang dilakukan pada pengembangan bahan ajar modul adalah: a) menentukan unsurunsur modul dilanjutkan menyusun draf modul, b) mendesain tata letak /tampilan modul, c) editing dan finising, yang menghasilkan awal produk. Tahap ketiga Pengembangan bahan ajar modul. Pada tahap ini penulisan komponen-komponen bahan pembelajaran yang meliputi petunjuk penulisan modul, yaitu 1) halaman sampul, 2) kata pengantar 3) daftar isi, 4) peta kedudukan modul. Bab 1 Pendahuluan: 1) deskripsi, 2) prasyarat, 3) petunjuk penggunaan modul, 4) tujuan akhir, 5) kompetensi, 6) cek kemampuan. Bab II Pembelajaran: 1) rencana belajar siswa, 2) kegiatan belajar. Bab III Evaluasi: 1) intrumen penilaiain, 2) kunci jawaban, Bab IV Penutup: 1) penutup, 2) daftar pustaka, 3) glosarium. Tahap keempat uji coba produk awal Produk awal atau divalidasi oleh beberapa pakar atau melalui pengisian angket. Telaah ahli yang dilakukan meliputi telaah ahli konten, telaah ahli desain pembelajaran dan telaah ahli media. Hasil validasi produk yaitu telaah ahli desain pembelajaran, ahli media, ahli materi digunakan untuk merevisi produk awal berdasarkan masukan dari ahli dan siswa melalui angket. Revisi untuk memperbaiki produk sehingga layak dilakukan pada tiap jenis uji coba terbatas. Pada tahap evaluasi formatif ini dilakukan uji coba dengan tujuan untuk memperoleh masukan, tanggapan,saran, komentar dan penilaian terhadap produk yang akan dikembangkan dan selanjutnyan dilakukan revisi untuk penyempurnaan kualitas produk yang dikembangkan. Uji coba dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif terdiri dari tiga evaluasi formatif yaitu: 1) evaluasi formatif tahap pertama, 2) evaluasi tahap kedua, 3) evaluasi tahap ketiga. Untuk memperoleh produk yang diharapkan, dilakukan serangkaian uji coba terhadap produk 8

untuk mendapatkan rekomendasi revisi. Evaluasi tahap pertama bertujuan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk merevisi hasil pengembangan, sehingga hasil akhir pengembangan efektif dan efesien. Data yang didapat dari evaluasi formatif draf bahan pembelajaran yang dikembangkan pada evaluasi tahap pertama terdiri dari: a) uji ahli pembelajaran, b) uji isi pembelajaran, setelah dianalisis baru dilakukan revisi kedua. Evaluasi formatif tahap kedua. Pada evaluasi tahap kedua dilakukan secara berurutan, yaitu: 1) uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil, 2) revisi ketiga,dan 3) revisi keempat. Evaluasi formatif tahap ketiga adalah uji coba lapangan yang dilaksanakan kepada dua puluh siswa yang mempunyai kelas sebenarnya. Uji coba lapangan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: a) keefektifan pada uji coba pada tahap sebelumnya, b) menentukan apakah bahan pembelajaran ini dapat digunakan pada kelas sebenarnya, c) mengenali bagaimana cara melakukan perubahan terhadap bahan pembelajaran yang dicapai belum efektif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Prakarya dan Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan dalam tataran pendidikan tingkat SMK. Pada kelas XII terdapat satu kompetensi inti dan dua kompetensi dasar dalam standar isi yang dicoba oleh peneliti untuk mengembangkan dan menuangkan dalam modul Prakarya dan Kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual. Pengembangan modul berorientasi pembelajaran kontekstual merupakan salah satu usaha kreatif yang dikembangkan guru untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Mengingat bahwa buku yang tersedia di sekolah kurang menarik dari sisi warna dan tampilannya. Penelitian pengembangan ini menggunakan alur penelitian pengembangan Borg dan Gall dan dimodifikasi dengan desain pengembangan dan pembuatan modul model ASSURE. 9

Pengembangan dengan kombinasi desain modul ini mampu menghasilkan produk modul yang efektif dan dapat digunakan dalam proses poembelajaran. Pengembangan modul ini menggunakan landasan teori kognitif Jean Piaget yang mengungkapkan bahwa siswa telah dapat belajar mandiri dengan menggunakan modul sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh mengenai pembelajaran yang diperoleh di sekolah dengan belajar secara mandiri di rumah. Atas dasar landasan teori ini guru perlu membuat media pembelajaran dengan menggunakan modul. Landasan pengembangan modul menggunakan teori belajar konstruktivisme oleh Slavin yang menyatakan bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan kepada siswa. Pada prinsip belajar konstruktivisme, guru sebagai fasilitator menyediakan modul untuk dapat digunakan oleh siswa agar dapat belajar secara mandiri. Evaluasi modul dilakukan oleh 3 orang ahli, yakni ahli materi, ahli Multimedia dan ahli desain modul. Hasil uji materi di atas dapat disimpulkan untuk materi dalam modul 43 % sangat sesuai dengan tugas-tugas, gambar, tabel dan keterampilan berorientasi pembelajaran kontekstual. Data kajian modul dengan tema keterampilan berorientasi pembelajaran kontekstual, kebenaran isi modul, judul dengan materi, kemenarikan materi, kesesuaian dan manfaat gambar dan tabel 57 % sesuai dengan materi. Pada tujuan pembelajaran, kesesuaian KI/KD dengan standar isi, keterampilan kontekstual, dengan tujuan pembelajaran sangat sesuai sebanyak 70 % dan sesuai 30 %. Untuk rangkuman 42 % sangat sesuai dan 58 % sesuai. Ahli desain modul menghasilkan penilaian dari sisi uraian isi paket modul telah jelas, sangat baik dan tersedia dengan baik. Penyajian, tampilan, gambar dan tabel telah baik, menarik, tepat, konsisten, sangat sesuai dan bermanfaat. Keterbacaan modul menunjukkan modul terbaca, baik dan ukuran huruf yang digunakan dalam modul sesuai. Aspek pembelajaran baik, sangat 10

meningkatkan motivasi, menarik untuk dipelajari, mudah dipahami dan bermanfaat bagi pembelajaran. Ahli bahasa memberikan penilaian untuk struktur kalimat sesuai dan sangat sesuai. Mayoritas sesuai. Keterbacaan telah sangat sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Rangkuman dinilai baik. Aspek kebenaran ejaan dan tanda baca telah benar dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Aspek ketepatan bentuk dan pilihan kata dinilai tepat dan aspek keefektifan kalimat dinilai efektif. Uji siswa dan guru menghasilkan penilaian terhadap isi modul telah baik/siswa berminat/mudah dipahami/menarik dan lengkap serta layak untuk digunakan bahan belajar bagi siswa. Pengembangan modul kontekstual ini memiliki tujuan untuk menghasilkan produk modul yang kontekstual pada siswa SMK kelas XII dan untuk mengetahui efektifitas modul Prakarya dan Kewirausahaan kontekstual siswa SMK kelas XII. Hasil uji coba lapangan menghasilkan produk perbedaan rata-rata post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ratarata post test kelas eksperimen adalah 86,20 sedangkan rata-rata post test kelas kontrol adalah 70,36 selisih 15,84 angka rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Perhitungan gain kelas eksperimen dicapai nilai gain 39,33 dan tergolong tinggi, sedangkan kelas kontrol 20,9 tergolong rendah. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan modul Prakarya dan Kewirausahaan kontekstual pada kelas XII efektif digunakan dalam pembelajaran dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar melalui modul Prakarya dan Kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual, meningkatkan motivasi yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Manfaat pengembangan modul bagi peserta didik diharapkan dapat mempermudah belajar Prakarya dan Kewirausahaan bagi siswa SMK serta mendidik keterampilan 11

kontekstual siswa. Manfaat bagi guru adalah sebagai acuan bahan pembelajaran yang berorientasi pembelajaran kontekstual pada guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Manfaat bagi peneliti adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pembinaan dan pendidikan berorientasi pembelajaran kontekstual serta sebagai acuan proses pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMK kelas XII. Pengembangan modul didasarkan pada standar isi kurikulum 2013 tingkat SMK. Modul terdiri dari pendahuluan yang berisi deskripsi dan petunjuk penggunaan modul. Bagian kedua merupakan pembahasan dari modul yang dikembangkan dalam enam bab pembelajaran. Penutup berisi tindak lanjut penggunaan modul. Efektifitas pembelajaran ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa terhadap kompetensi tertentu yaitu penguasaan siswa dalam tujuan pembelajaran. Modul efektif digunakan sesuai stimulus bagi siswa sehingga menyebabkan termotivasi untuk terus belajar dan memberikan respon yang bervariasi. Uji ahli desain pembelajaran menunjukkan bahwa modul hasil penelitian pengembangan ini menyediakan Sembilan langkah pembelajaran ( nine event of instruction ). Modul memiliki kualitas sangat baik relevan dan jelas sesuai dengan kurikulum /KI/KD. Uraian materi pada modul sistematik, evaluasi yang konsisten dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Daya tarik siswa mempelajari modul dapat diukur dengan kecenderungan siswa ingin terus belajar serta tergantung pada kualitas pembelajaran ( Degeng 2000: 175 ). Daya tarik pada penelitian ini diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa sebagai pengguna modul. Aspek yang dinilai adalah kemenarikan modul, dan kemudahan untuk memahami materi. Modul disajikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa selalu ingin belajar menggunakan modul. Modul memiliki daya tarik karena keserasian warna cover modul dengan isi, kesesuaian /keserasisn 12

tulisan dan gambar modul dan ukuran huruf. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad ( 2009: 87 ) dari segi isi, modul menarik untuk dipelajari karena modul dibuat secara sistematis, berdasarkan kebutuhan siswa dan disajikan secara berurutan dari materi yang mudah kemateri yang lebih rumit. 4. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan deskripsi, analisis data dan pengembangan modul pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual untuk siswa SMK kelas XII dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kondisi dan potensi SMK cukup baik untuk dikembangkan desain bahan ajar berupa modul prakarya dan kewirausahaan kontekstual pada kelas XII SMK di Lampung Selatan Produk modul Prakarya dan Kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual yang dihasilkan divalidasi ahli materi, bahasa dan desain. 2. Prosedur pengembangan bahan ajar berupa modul prakarya dan kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual pada kelas XII SMK di Lampung Selatan dinilai cukup baik. 3. Produk modul Prakarya dan Kewirausahaan berorientasi pembelajaran kontekstual yang dihasilkan efektif dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan modul Prakarya dan Kewirausahaan yaitu 86,20 > rata-rata prestasi belajar siswa yang tidak menggunakan modul modul Prakarya dan Kewirausahaan yaitu 70,36. 4. Uji kemenarikan modul Prakarya dan Kewirausahaan menggunakan angket respon siswa, hasil yang diperoleh pun cukup baik. 13

4.2 Implikasi Implikasi penelitian ini adalah : 1. Pengembangan suatu produk Pembelajaran khususnya modul harus berdasarkan pada hasil analisis kebutuhan siswa dan guru.tujuan produk yang akan dikembangkan benar-benar relevan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Produk modul bagi siswa merupakan suplemen. Selanjutnya agar fungsi modul dapat berjalan dengan baik, siswa harus mengulang-ulang modul. 2.Siswa dan guru dapat menjadikan Modul sebagai sumber belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa terhadap materi mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. 4.3 Saran Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bagi guru agar dapat mengembangkan bahan ajar baik berupa modul, diklat, LKS dan lain-lain sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa agar lebih giat lagi dalam belajar, dengan modul ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. 3. Bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian pengembangan maka modul ini diharapkan dapat menjadi ide atau masukan untuk lebih kreatif dalam pengembangan. 3. Bagi guru Prakarya dan kewirausahaan yang akan mengembangkan penelitian pengembangan modul ini dapat menambahkan materi, gambar dan tabel agar modul yang dihasilkan lebih menarik lagi dan lebih mudah dipahami siswa. 14

5. DAFTAR RUJUKAN Priowirjanto, Gatot Hari. 2001. Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Pannen dan Purwanto 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pargito, 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pedidikan. Bandar Lampung Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada Degeng, I Nyoman Sudana. 2000. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta Departemen Pendidikan Kebudayaan Jendral Pendidikan Proyek Lembaga dan Direktorat Tinggi Pengembangan Tenaga Kependidikan Pendidikan 15