IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan ikan setelah selesai percobaan seperti pada tabel berikut ini: Tabel 1 Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perlakuan Ulangan SGR(%/Hari) 1 2.93 Kontrol 2 2.96 3 3.05 Rata-Rata 2.98 1 2,52 P1 2 1,34 3 2,40 Rata-Rata 2,09 1 2,57 P2 2 2,53 3 2,54 Rata-Rata 2,55 1 2,76 P3 2 2,53 3 2,59 Rata-Rata 2,63 1 2,57 P4 2 2,67 3 2,40 Rata-Rata 2,55 Ket: Kontrol. Padat tebar 20/m 2 P1. Padat tebar 25/m 2 P2.Padat tebar 30/m 2 P3. Padat tebar 35/m 2
21 P4.Padat tebar 40/m 2 4.1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (SR) Tingkat kelangsungan hidup ikan mas dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah ikan pada saat tebar awal. Berdasarkah dari hasil akhir penelitian yang telah di lakukan selama 30 hari dapat di lihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Tingkat kelangsungan hidup benih Ikan Mas Perlakuan U SR (%) Kontrol 2 100% P1 2 100% P2 2 100% P3 2 100% P4 2 100% 4.1.3 Kualitas Air 1. Suhu Suhu media pemeliharaan selama penelitian berlangsung berada pada kisaran suhu normalyaitu 29-30 C dengan nilai rata-rata 29,5 C
22 2. ph Dari hasil penelitian yang telah di lakukan selama 30 hari, maka nilai ph air wadah penelitian berkisar antara 6-7 dengan nilai rata-rata 6,5. Nilai ph tersebut sudah termasuk dalam ph yang optimal untuk pertumbuhan ikan. 3. DO (Desolved Oxigen) Hasil pengukuran oksigen terlarut dalam media penelitian yang telah di lakukan dari awal hingga akhir penelitian berkisar 6,2-7,5 mg/l dengan nilai ratarata 6,8 mg/l. berikut ini: Nilai parameter kualitas air media penelitian dapat di lihat pada Tabel 3 Tabel 3 Parameter kualitas air selama penelitian Parameter Ulangan 1 2 3 Suhu 29,5 C 29,5 C 29,5 C ph 6,5 6,5 6,5 DO 6,85 mg/l 6,85 mg/l 6,85 mg/l 4.2 Pembahasan 4.2.1 Laju Pertubuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Tabel 1, memperlihatkan bahwa SGR yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (2,63%/hari), bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Namun dari uji statistik Anova( lampiran 1) menunjukkan bahwa pada penebaran yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan SGR benih ikan mas selama masa percobaan. Hal ini diduga bahwa, padat tebar yang dicoba masih mendukung kinerja pertumbuhan benih ikan mas, dalam artian bahwa ruang gerak dalam wadah tersebut masih mendukung bagi kehidupan benih ikan mas.
23 Sedangkan jika dibandingkan dengan kontrol juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Menurut Badan Standardisasi Nasional. 1999, Meningkatnya jumlah padat penebaran benih ikan nila hitam, maka secara langsung hasil produksi ikan Nila akan semakin meningkatkan dengan jumlah padat penebaran 100-150 ekor/m 2. NRC (1977), menyatakan bahwa pertumbuhan tergantung dari lingkungan, ruang gerak, aliran air, kualitas air, dan faktor-faktor lain. 4.2.2 Kelangsungan Hidup Ikan Mas (SR) Tabel 2 memperlihatkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada penelitian ini tergolong sangat tinggi yaitu mencapai 100%. Tingginya angka tingkat kelangsungan hidup (SR) pada semua percobaan menunjukkan bahwa, wadah yang ada masih mendukung bagi kehidupan benih ikan, selain kualitas air yang cukup mendukung dan berada dalam ruangan tertutup yang selalu terkontrol. Menurut Hakim (2003) tingginya persentase kelangsungan hidup yang di capai disebabkan oleh beberapa hal seperti, kualitas air yang berada pada kisaran yang belum mematikan ikan, tidak terdapat penyakit dan predator. Serta cadangan energi untuk mempertahankan hidup ikan mas. Hal ini disebabkan karena 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal berasal dari ikan mas itu sendiri. Ikan mengalami stress karena perlakuan yang kurang hati-hati sehingga dapat terjadi kematian dan adanya persaingan makanan. Persaingan terhadap makanan yang sama mempengaruhi besarnya populasi dan ukuran individu. Persaingan dalam hal makanan, baik antar spesies maupun individu dalam spesies yang sama, akan
24 mengurangi ketersediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas ( Sumpeno, 2005). Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain amoniak dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung dalam pemeliharaan (Sumpeno, 2005). 4.2.3 Kualitas Air Suhu media pemeliharaan selama penelitian dilaksanakan berkisar antara 29-30 C, maka suhu rata-rata dalam media penelitian 29,5 o C dan masuk dalam kisaran optimum bagi benih ikan mas sehingga metabolismenya dapat berlangsung dengan baik dan pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pula. Menurut (Hickling, 1971) suhu dalam air sangat penting sehingga semua aktivitas akan terganggu jika suhu rendah. Ikan mas akan berhenti makan pada suhu 10 C dan akan melemah pada suhu 5 C. Nilai ph dalam media pemeliharaan dari awal hingga akhir penelitian adalah 6-7 maka nilai ph rata-rata adalah 6,5. Menurut (Effendi,2003) nilai ph dalam media pemeliharaan relatif stabil pada tingkat 7,5 dan merupakan nilai yang disukai oleh sebagian besar biota akuatik. Nilai oksigen terlarut dalam media pemeliharaan dari awal hingga akhir penelitian rata-rata 6,85 mg/l. Nilai oksigen terlarut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan. Dengan nilai oksigen terlarut yang optimum, nafsu makan ikan akan meningkat sehingga penyerapan pakan akan semakin banyak dan pertumbuhan benih ikan akan semakin tinggi. Menurut (Effendi, 2004). Kadar oksigen yang dianjurkan untuk kepentingan perikanan adalah tidak kurang dari 5 mg/liter dan batas nilai oksigen terlarut yang dapat ditolerir ikan untuk bertahan hidup adalah 1,1 mg/liter.