BAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. umur, jenis kelamin, dan ras. Epidemi penyakit HIV/AIDS menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius. AIDS dinyatakan sebagai penyakit mematikan karena memiliki Case Fatality Rate (CFR) 100% dalam 5 tahun artinya dalam kurun waktu 5 tahun setelah penderita dinyatakan menderita AIDS rata rata akan meninggal dunia. World Health Organization menyebutkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta orang terinfeksi HIV baru dan 1,1 juta orang meninggal akibat AIDS diseluruh dunia. Kasus HIV/AIDS di Asia Pasifik pada tahun 2015 (1, 2) terdapat 300.000 orang terinfeksi HIV baru dan 180.000 orang meninggal akibat AIDS. Penderita HIV/AIDS di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Penemuan kasus baru HIV dan AIDS pada tahun 2013 sebanyak 29.037 kasus HIV baru dan 11.493 kasus AIDS. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 32.711 kasus HIV baru dan 7.875 kasus AIDS. Pada tahun 2015 mengalami penurunan penemuan kasus baru yaitu 30.935 kasus baru HIV dan 6.081 kasus AIDS. Prevalensi nasional HIV/AIDS pada tahun 2015 adalah 32,95% (3) Kasus HIV/AIDS di Sumatera Barat pada tahun 2014 adalah 1.515 kasus HIV dan 1.192 kasus AIDS dengan prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk yaitu 24,59% (4). Penderita HIV/AIDS tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat. Agam merupakan Kab/Kota ketiga dengan jumlah kumulatif kasus AIDS terbanyak di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan 2016 yaitu 77 orang, setelah Padang dan Bukittinggi. (5) Kasus HIV/AIDS terjadi hampir pada semua golongan umur. Penderita kasus baru AIDS terbanyak di Indonesia ada pada golongan umur 20-29 tahun yaitu 31,8%. Masa inkubasi dari seseorang terinfeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 5-10 tahun. Diperkiran kebanyakan penderita HIV terinfeksi pada usia 15-19 tahun atau usia remaja. (6) Berdasarkan data Ditjen P2P diketahui bahwa dari tahun 1987 sampai maret 2016 jumlah siswa atau mahasiswa yang menderita AIDS sebanyak 1.778 orang (5). Remaja merupakan kelompok usia yang cukup besar di dunia. Berdasarkan data WHO remaja usia 10-19 tahun di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia, pada tahun 2010 populasi remaja sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk Indonesia. Hampir seperlima penduduk dunia maupun Indonesia adalah remaja (7).

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Informasi dari berbagai media diperlukan remaja untuk mendukung pencarian identitas diri. Penggunaan media secara bebas dapat berisiko bagi perkembangan remaja karena remaja mudah terpapar informasi yang buruk dan menyesatkan terutama terkait seks (8). Menurut Maolinda dkk, penyimpangan perilaku seksual pada remaja diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan bimbingan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dibutuhkan ketersediaan pelayanan kesehatan remaja dan sumber informasi yang memadai untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS serta dapat melindungi diri dari perilaku berisiko tertular HIV/AIDS (9) Pengetahuan remaja di Indonesia usia 15-19 tahun seputar kesehatan reproduksi termasuk HIV/AIDS masih belum memadai. Informasi tentang HIV relatif banyak diterima oleh remaja, namun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizyana, tingkat pengetahuan siswa di salah satu SMA kota Padang tentang HIV/AIDS masih tergolong rendah, hampir separuh responden berpengetahuan rendah (32,2%) dan besikap negatif (31,1%). Sehingga, dibutuhkan program pencegahan yang dikembangkan secara khusus untuk remaja. (10, 11). Peningkatan pengetahuan yang komprehensif terkait HIV/AIDS pada penduduk usia 15-24 tahun telah menjadi kesepakatan bersama beberapa menteri. Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melakukan promosi kesehatan. Efektivitas Promosi kesehatan dapat ditingkatkan dengan penggunaan media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dapat melalui media cetak berupa leaflet, lembar bolak balik, poster, banner dan media elektronik seperti televisi, radio dan media online/internet. Salah satu media promosi kesehatan yang paling banyak digunakan saat kini adalah Leaflet. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Padang menggunakan Leaflet sebagai salah satu media yang digunakan untuk promosi kesehatan mengenai HIV/AIDS. Begitu juga dengan media yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Agam untuk melakukan promosi kesehatan tentang HIV/AIDS. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian promosi kesehatan menggunakan Leaflet terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK dalam pencegahan IMS (12, 13).

Selain media cetak promosi kesehatan juga bisa dilakukan menggunakan internet. Saat ini, banyak remaja yang menggunakan internet untuk mendapatkan informasi dan bergaul melalui media sosial. Layanan internet dapat diakses dengan mudah. Ketersediaan warnet, laptop, dan telepon genggang semakin mempermudah remaja dalam mengakses internet. Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 diketahui bahwa 132,7 juta atau sekitar 51,8% penduduk indonesia penggunaan layanan internet. Pengguna internet usia 10-24 tahun sebanyak 75,5% dari total remaja usia 10-24 tahun. Jenis konten yang diakses oleh pengguna internet terbanyak adalah untuk media sosial yaitu sebesar 97,4%. Besarnya jumlah remaja yang menggunakan media sosial harus bisa dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun petugas kesehatan untuk (14, 15) menyebarluaskan informasi terkait kesehatan Direktur Pelayanan Informasi International Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring mengatakan situs media sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter pada tahun 2013. Facebook memiliki 65 juta pengguna aktif dan twitter memiliki 19,5 juta pengguna aktif perbulannya. Media sosial lain yang tidak kalah jumlah penggunanya di Indonesia adalah BBM. Pada Januari tahun 2016, pengguna aktif BBM mencapai 55 juta pengguna. Pengguna BBM di Indonesia berdasarkan hasil survey Wall Street Journal (16). Media promosi kesehatan yang digunakan memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Cynthia (2014) di salah satu SMP kawasan Gubeng, Surabaya tentang pengaruh pemberian materi kesehatan reproduksi melalui grup Facebook terhadap pengetahuan remaja menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian materi melalui Facebook terhadap pengetahuan remaja (8). Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Deni Bahari menunjukkan bahwa pemberian promosi tentang HIV menggunakan Facebook dan modul secara mandiri memiliki pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan HIV. Namun, tingkat kenaikan pengetahuan dan sikap pada kelompok yang diberi promosi menggunakan Facebook lebih baik dari kelompok kontrol (17). Kabupaten Agam memiliki wilayah geografis yang cukup luas yaitu 2.232,30 Km 2 atau 5,29% dari luas Provinsi Sumatera Barat. Kepadatan penduduk Kabupaten Agam mencapai 205,84 jiwa/km 2. Maninjau merupakan salah satu kecamatan di Kabuapten Agam yang menjadi tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh turis, baik lokal maupun

mancanegara. Hal ini menjadikan masyarakat maninjau lebih rentan terinfeksi HIV. Salah satu SMAN yang ada di Maninjau adalah SMAN 1 Tanjung Raya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh promosi kesehatan menggunakan Media Sosial BBM dan leaflet terhadap peningkatan perilaku remaja terkait pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMAN 1 Tanjung Raya Kabupaten Agam tahun 2017 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial dan Leaflet terhadap perilaku remaja terkait pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMAN 1 Tanjung Raya Kabupaten Agam tahun 2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial dan Leaflet terhadap peningkatan perilaku remaja terkait pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMAN 1 Tanjung Raya Kabupaten Agam tahun 2017 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui perbedaan perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS remaja di SMAN 1 Tanjung Raya sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan melalui media sosial dan leaflet 2. Mengetahui pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial dan leaflet terhadap perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS pada remaja di SMAN 1 Tanjung Raya 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang promosi kesehatan tentang pencegahan HIV/AIDS 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Instansi Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial dan leaflet terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terkait pencegahan HIV/AIDS. Informasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar dalam perencanaan program promosi kesehatan

2. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial dan Leaflet terhadap peningkatan perilaku remaja terkait pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMAN 1 Tanjung Raya Kabupaten Agam tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai Juli 2017. Desain studi yang digunaknan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan Pretest-Postest with control group design.