commit to user BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN BERDASARKAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JLANTAH HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

A. Latar Belakang Masalah

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Sumberdaya alam terdiri dari dua macam, yaitu sumberdaya alam hayati dan sumberdaya alam non hayati. Salah satu bagian dari sumberdaya alam hayati adalah sumberdaya lahan. Sumberdaya lahan berfungsi untuk menopang kebutuhan manusia, baik kebutuhan pertanian maupun kebutuhan fasilitas lainnya. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya lahan haruslah dapat digunakan sebaik-baiknya dengan tidak merusak agar kebutuhan dimasa datang tetap terpenuhi. Lahan menurut Food and Agricultural Organisation (FAO, 1976) dalam Arsyad (2010: 310) diartikan sebagai: Lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi. Saat ini dengan adanya kegiatan pembangunan berkelanjutan, membuktikan bahwa sumberdaya lahan merupakan suatu kebutuhan yang penting dan akan terus meningkat permintaannya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Fenomena ini tidak sejalan dengan ketersediaan sumberdaya lahan yang terbatas. Mengingat pentingnya sumberdaya lahan bagi manusia, diperlukan suatu usaha untuk melindungi dan menjaga, baik dari sisi kualitas dan kuantitasnya. Fakta yang ada saat ini, kegiatan pembangunan selain menghasilkan manfaat juga menghasilkan dampak berupa degradasi lahan. Degradasi lahan merupakan proses hilangnya unsur-unsur hara dalam tanah yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang sehingga produktivitas rendah. Degradasi lahan umumnya terjadi karena erosi sehingga menyebabkan kemerosotan tingkat

2 produktivitas lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu. Akibat degradasi lahan dapat dirasakan antara lain dengan semakin meluasnya lahan kritis. Lahan kritis (Wiharta et al, 1997: 218) diartikan sebagai lahan yang karena tidak sesuainya penggunaan dengan kemampuannya, telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik/ kimia/ biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologi dan orologi, produksi pertanian, permukiman, dan kehidupan sosial ekonomi, dari daerah lingkungan pengaruhnya (Agung Hidayat, 2010: 10). Faktor populasi penduduk yang semakin hari bertambah adalah faktor lain yang menyebabkan daya dukung lahan menurun. Jumlah penduduk yang semakin bertambah berakibat pada kebutuhan pangan juga bertambah hal ini menyebabkan petani akan membuka lahan-lahan baru untuk dijadikan kawasan budidaya semusim agar kebutuhan pangan terpenuhi. Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan berdampak pada daya dukung lahan kian menurun. Kegiatan pembangunan berkelanjutan, sebaiknya memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung dengan didasari kemampuan lahan serta asas konservasi lahan untuk menjaga sumberdaya lahan. Daya dukung lingkungan merupakan kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk lainnya. (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah). Daya tampung merupakan kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan kedalamnya. (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah). Untuk mengetahui daya dukung lingkungan suatu wilayah dapat menggunakan parameter kemampuan lahannya. Jika daya dukung lahan suatu kawasan telah melampaui, maka kemampuan lahannya tidak sesuai sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas lahan berkurang. Daya dukung lahan dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan lahan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang terbatas. Status daya dukung lahan antara lain dapat diketahui dari parameter kemampuan lahan untuk memproduksi produk hayati. Produk hayati yang dihasilkan berkaitan dengan

3 produktivitas lahannya. Jika kemampuan lahan suatu wilayah mengalami penurunan maka dapat dikatakan bahwa produktivitas rendah. Sebaliknya, jika kemampuan lahan suatu wilayah tinggi maka dapat dikatakan produktivitas tinggi dan produk hayati yang dihasilkan besar. Penentuan daya dukung lahan selain menggunakan pendekatan kemampuan lahan juga dapat diketahui dari tingkat produktivitas lahan. Tingkat produktivitas lahan dapat diketahui dengan pendekatan ketersediaan dan kebutuhan lahan. Dengan membandingkan ketersediaan lahan di lapangan dengan kebutuhan lahan maka dapat diketahui status daya dukung lahan suatu wilayah apakah surplus atau defisit. Status daya dukung lahan surplus menunjukkan ketersediaan lahan lebih besar dibandingkan kebutuhan lahan. Status daya dukung lahan defisit menunjukkan ketersediaan lahan lebih kecil dibandingkan kebutuhan lahan. Permasalahan daya dukung lahan saat ini sedang dialami DAS Jlantah bagian hulu yang merupakan kawasan resapan yang berfungsi sebagai daerah resapan air utama untuk keseimbangan fungsi tata air di DAS Jlantah. DAS Jlantah adalah salah satu sub-das yang ikut mensuplai air ke Bengawan Solo dari Kabupaten Karanganyar disamping Sub-DAS Samin, Sub-DAS Walikan, Sub- DAS Grompol, dan Sub-DAS Mungkung (Agung Hidayat 2010:4). Terjadinya permasalahan tersebut juga mengakibatkan bencana dibagian hilir, seperti banjir. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha agar ekosistem yang ada dalam DAS tersebut tetap lestari. Daerah aliran sungai Jlantah hulu berada di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di sebagian Kecamatan Jatiyoso dan sebagian Kecamatan Tawangmangu. DAS Jlantah Hulu memiliki peranan strategis sebagai ekosistem yang berfungsi melindungi daerah dibawahnya dalam mengendalikan permasalahan lingkungan hidup seperti banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kenyataan yang ada saat ini, fungsi lindung DAS Jlantah Hulu telah mengalami perubahan kearah fungsi ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1.

4 Tabel 1.1 Persentase Penggunaan Lahan DAS Jlantah Hulu Tahun 2013 Penggunaan Lahan Luas (Km 2 ) Persentase Dari Luas DAS (%) Perkebunan Rakyat 914,777 40,70 Sawah 69,510 3,09 Tegalan 559,993 24,92 Semak Belukar 586,37 22,17 Permukiman 179,813 8,00 Sungai 25,189 1,12 Jumlah 22,57 100,00 (Sumber: Analisis Data Spasial Penggunaan Lahan di DAS Jlantah Hulu Tahun 2013) Tabel 1.1 menunjukkan penggunaan lahan untuk perkebunan rakyat mencapai 40,70% dari luas DAS sedangkan semak belukar hanya 22,17% dari total keseluruhan luas DAS. Mayoritas penduduk DAS Jlantah hulu bermata pencaharian sebagai petani dengan prosentase berkisar 75% artinya sumberdaya lahan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena masyarakat mengolah lahan untuk kebutuhan pertanian dan kebutuhan fasilitas lainnya berupa permukiman untuk menunjang kehidupan. Pengolahan lahan yang dilakukan secara terus menerus tanpa didasari konservasi menimbulkan masalah serius. Aktivitas pertanian DAS Jlantah Hulu didominasi oleh tanaman yang tidak mempunyai daya tahan terhadap erosi dan sedimentasi. Penggunaan lahan untuk tanaman jagung, ketela pohon dan kacang-kacangan disamping terdapat beberapa lahan yang ditanami wortel dan kubis merupakan penggunaan lahan yang pengelolaannya dapat merusak tanah karena hujan yang turun dapat menimbulkan erosi tanah dan aliran permukaan lebih cepat karena tidak ada tanaman yang menyangga. Selain itu, penanaman tanaman jagung dan ketela pohon juga dapat merusak struktur tanah. Wilayah yang memiliki kemiringan lereng 8%-15% (landai) didominasi oleh sawah irigasi yang berbentuk terasering. Petani padi membuka lahan pertanian yang dekat dengan sumber air, yaitu sungai hal ini dapat mempercepat proses sedimentasi karena tidak ada tanaman penghambat laju sedimentasi sehingga berpengaruh pada kualitas lahan yang menyebabkan degradasi lahan. Degradasi lahan terlihat adanya endapan tanah di sungai yang berasal dari sawah dan tegalan. Bentuk penggunaan lahan tanaman budidaya semusim dapat dilihat pada Gambar 1.1.

5 Gambar 1.1. Penanaman Tanaman Budidaya Semusim Searah Garis Kontur, Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar Tanggal 29 September 2013 Untuk menjaga kelestarian dan kualitas lahan agar tetap berproduksi dengan baik maka harus disertai dengan perencanaan pemanfaatan lahan yang sesuai. Tersediannya rekomendasi berupa data spasial sangat dibutuhkan untuk arahan pemanfaatan lahan. Hasil kemampuan lahan dan produktivitas lahan dipetakan menjadi zonasi produktivitas lahan. Lahan yang memiliki kemampuan lahan tinggi dan produktivitas tinggi maka menjadi prioritas utama untuk dipertahankan sebagai penggunaan lahan pertanian. Daya dukung dan daya tampung lahan seharusnya menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota wajib memperhatikan lahan dipilih dikarenakan dari hasil kemampuan lahan tersebut diperoleh kelas dan sub kelas sehingga dapat diketahui lahan yang sesuai untuk lahan pertanian dan non pertanian. Kemudian, melalui kemampuan lahan dapat diketahui perencanaan pengembangan wilayah dari hasil perhitungan indeks kemampuan

6 ruang wilayah sebagai pengembangan arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi DAS Jlantah. Pembelajaran geografi di sekolah saat ini (das sein) masih menggunakan buku paket sebagai sumber utama guru dan murid. Padahal seharusnya (das solen) seorang pendidik memperkaya sumber belajar untuk materi ajar dengan sumbersumber yang relevan sebagai pembanding dari buku paket sekolah. Tujuannya agar murid memiliki wawasan yang luas dan dapat menganalisis fenomena geografi yang saat ini sedang terjadi secara nyata. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi ajar geografi SMA Kelas XI Kompetensi Dasar Menganalisis Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan. Dengan begitu murid dapat mengetahui fenomena geografi yang ada disekitarnya dan langkah-langkah pengendalian untuk melestarikan lingkungannya. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Aliran Sungai (DAS) Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 (Implementasi Pengayaan Materi Pembelajaran Geografi Pada Kelas XI Semester II Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi Menganalisis Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013? 2. Bagaimana daya dukung lahan berdasarkan tingkat ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2013? 3. Bagaimana zonasi produktivitas lahan pertanian DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013? 4. Bagaimana arahan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan dan daya dukung lahan di DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013?

7 5. Bagaimana implementasi hasil penelitian untuk pembelajaran geografi pada Standar Kompetensi Menganalisis Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup SMA Kelas XI Semester II (Genap)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai untuk: 1. Mengetahui daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 2. Mengetahui daya dukung lahan berdasarkan tingkat ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2013. 3. Menyusun zonasi produktivitas lahan pertanian DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 4. Menyusun arahan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan dan daya dukung lahan di DAS Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 5. Menyusun tambahan materi ajar pembelajaran geografi pada Standar Kompetensi Menganalisis Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup SMA Kelas XI Semester II (Genap). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoritis yang dapat dihasilkan dari penelitian ini diantarannya adalah: a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu geografi khususnya geografi lingkungan dan sumberdaya lahan dalam hal berikut ini: (a) Menganalisis daya dukung lahan berdasar pendekatan kemampuan lahan (b) Menganalisis daya dukung lahan berdasarkan produktivitas lahan (c) Menyusun zonasi produktivitas lahan pertanian (d) Menyusun arahan pemanfaatan lahan berdasar kemampuan dan produktivitas lahan b. Sebagai pedoman untuk perencanaan tata ruang wilayah yang sesuai berdasarkan kemampuan lahan.

c. Sebagai pedoman untuk mengetahui zonasi produktivitas lahan suatu wilayah berdasarkan tingkat produktivitas dan kemampuan lahan. 8 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang dapat dihasilkan dari penelitian ini diantarannya adalah: a. Dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan penataan kawasan yang sesuai dengan tingkat produktivitas dengan kemampuan lahan di DAS Jlantah Hulu. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam usaha atau kegiatan menangani risiko bencana longsor dengan melakukan pemanfaatan lahan yang sesuai. c. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat sekitar DAS Jlantah Hulu untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian sumberdaya lahan agar pemanfaatan lahan disesuaikan dengan kemampuan lahannya agar tidak terjadi penurunan kualitas lahan/degradasi lahan secara berkelanjutan. d. Dapat digunakan sebagai tambahan materi pembelajaran geografi SMA Kelas XI Semester II sehingga siswa mampu menganalisis permasalahan lahan yang ada dilapangan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana alam. Standar Kompetensi: Menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Kompetensi Dasar: Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Indikator: - Mendeskripsikan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan hidup - Mengidentifikasi beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup - Memberikan contoh tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.