BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan seorang wanita untuk menemukan benjolan atau kelainan pada payudaranya (NCI, 2010). Tujuan utama dari pemeriksaan SADARI adalah membantu mengidentifikasi perubahan abnormal pada payudara sehingga dapat lebih cepat dilaporkan kepada tenaga kesehatan (ACS, 2010). Pelatihan SADARI dapat menimbulkan perilaku positif dan dapat membantu wanita agar lebih sensitif dalam memperhatikan kesehatannya, terutama bagian payudara. Pemeriksaan SADARI memiliki keuntungan bagi wanita karena wanita akan lebih peka bila ada perubahan yang mencurigakan pada payudaranya dan membuat timbulnya kesadaran untuk melakukan diagnosis klinis lebih dini sebelum ada gejala yang lebih lanjut (Yakout, et al. 2014 : 58). SADARI merupakan deteksi dini kanker payudara yang paling banyak dianjurkan bagi setiap wanita. Tindakan ini sangat penting karena hampir 85 persen benjolan di payudara wanita ditemukan oleh penderita sendiri. Caranya sangat mudah karena dilakukan oleh diri sendiri dan tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Peran perawat terkait dengan SADARI adalah sebagai edukator yang memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan diantaranya memberikan penyuluhan tentang pentingnya SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Pendidikan kesehatan tentang SADARI akan menambah 1
2 pengetahuan remaja putri sehingga akan meningkatkan status kesehatan mereka (Suastina, Ticoalu & Anibala, 2013 : 2). Di Indonesia skrining terhadap kanker payudara masih bersifat individual sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif. Sebagai akibatnya pasien dengan kanker payudara stadium lanjut masih cukup tinggi (Manuaba 2010 : 17-18). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al- Nagar et al. (2011 : 1174-1175) di Universitas Managemen dan Ilmu pengetahuan, Shah Alam, Selangor, Malaysia menyatakan 55,4% responden yang berusia lebih dari 20 tahun pernah melakukan SADARI, 38,2% mendapat informasi tentang SADARI melalui TV dan radio. Mereka menyatakan hambatan dalam melakukan SADARI antara lain kurangnya pengetahuan (20,3%), merasa tidak ada gejala (14,3%), dan takut terdiagnosa kanker payudara (4,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Yakout, et al. (2014 : 59-60), menyatakan bahwa 86% responden setuju pentingnya dilakukan SADARI, 42% dari responden sadar pentingnya SADARI melalui indormasi di perguruan tinggi dan 44% telah untuk melakukan SADARI, namun 78% dari mereka belum mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan SADARI dan frekuensi untuk melakukannya (72%). 42% menyatakan kurang informasi tentang SADARI dan tidak adanya gejala (4%). Menurut Bustan, 2007 dan Jamil 2011 (dalam Lenggogeni, 2011) minimnya penyebaran informasi SADARI di masyarakat membuat mereka tidak menyadari pentingya melakukan SADARI. Berdasarkan data laporan distribusi penyakit kanker di rumah sakit se Jawa Timur dan berdasarkan waktu, kejadian kanker payudara terus meningkat
3 pada tahun 2007 sebanyak 666, tahun 2009 sebanyak 825 sedangkan pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 1.527 kasus. Untuk distribusi penyakit kanker payudara (rawat inap) pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 898 kasus dan 25 orang diantaranya meninggal dunia (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Menurut DR Sutjipto Sp.B (K) Onk (2008), saat ini banyak penderita kanker payudara berusia muda, bahkan tidak sedikit yang baru berusia 14 tahun. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini sudah ada tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Lily, 2008). Pada tahun 2007 terdapat 879 kasus yang terdiri dari kriteria remaja berumur 11 24 tahun sebanyak 28 kasus (3,2%), sedangkan pada usia 25 44 tahun berjumlah 400 kasus (45,5%) dan pada usia 45 tahun ke atas 451 kasus (51,3%) (Depkes, 2008). Berdasarkan uraian diatas dan dari hasil study pendahuluan di Desa Sumbersari gang 5 RW 02, Malang dan dari hasil wawancara sederhana dengan 8 ibu, didapatkan 75% orang dari mereka belum mengetahui tentang SADARI dan sisanya beranggapan bahwa perawatan payudara dilakukan seperti cara perawatan saat menyusui, yaitu dikompres dan dibersihkan dengan air hangat. Rata-rata ibu-ibu beranggapan bahwa pijat payudara hanya untuk memperlancar ASI.
4 Dari hasil wawancara sederhana dengan ibu ketua RW 02, beliau mengatakan bahwa pernah ada dua orang ibu-ibu (usia sekitar 35 dan 40 tahun) yang menderita kanker payudara dan saat ini pasien telah meninggal dunia. Salah satu warga mengatakan bahwa ada kerabatnya yang tengah menderitan kanker payudara dan saat ini sedang dalam tindakan kemoterapi Tindakan implementasi keperawatan sebagai preventif dan edukatif sangat berperan untuk memberikan informasi tentang pentingnya SADARI sebagai tindakan deteksi dini kanker payudara serta mengajarkan tata cara melakukan SADARI demi mewujudkan kualitas kesehatan. Dikarenakan belum adanya informasi tentang SADARI dan banyaknya kejadian kanker payudara yang sering terjadi pada wanita yang telah mengalami menstruasi maka dari situlah dapat memunculkan minat ibu untuk mencari informasi dan mempelajari SADARI. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Efektivitas SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Terhadap Minat Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Dewasa Di Sumbersari Gang 05 - Malang. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Efektivitas SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Terhadap Minat Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Dewasa Di Sumbersari Gang 05 RW 02 - Malang.
5 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini, terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas SADARI terhadap minat ibu dalam melakukan deteksi dini kanker payudara pada Wanita Dewasa Di Sumbersari Gang 05 RW 02 - Malang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui minat ibu dalam melakukan deteksi dini kanker payudara sebelum dilakukan SADARI. b. Untuk mengetahui minat ibu dalam melakukan deteksi dini kanker payudara setelah dilakukan SADARI. c. Untuk mengetahui efektivitas SADARI terhadap minat ibu dalam melakukan deteksi dini kanker payudara pada Wanita Dewasa Di Sumbersari Gang 05 RW 02- Malang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi mengenai efektivitas SADARI. Selain itu diharapkan agar mahasiswi dapat menyebar luaskan informasi tentang minat deteksi dini kanker payudara dan pentingnya SADARI kepada masyarakat.
6 2. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan acuan khususnya di bidang keperawatan dalam pembelajaran keperawatan maternitas sebagai dukungan guna menyebarluaskan informasi kesehatan untuk masyarakat. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan wawasan kepada masyarakat dalam meningkatkan minat deteksi dini kaker payudara terhadap efektivitas SADARI. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh : 1. Menurut hasil penelitian Hidayati, Salawati, dan Istiana dalam jurnal penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah Dan Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dan Ketrampilan Praktik Sadari (Studi Pada Siswi Sma Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui metode ceramah tentang kanker payudara dan demonstrasi ketrampilan praktik SADARI berpengaruh terhadap pengetahuan siswi tentang kanker payudara dan ketrampilan praktik SADARI. Berdasarkan hasil uji beda (wilcoxon) diperoleh z-hitung pengetahuan siswi tentang kanker payudara (sebelum dan sesudah penyuluhan) sebesar
7 6,456 dengan α = 0,05, dan diperoleh p-value (0,000) < 0,05 sehingga Ha diterima, yang menyatakan ada perbedaan pengetahuan tentang kanker payudara sebelum dan sesudah penyuluhan di SMA Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak. Sebelum kegiatan penyuluhan (pretest), responden yang memiliki pengetahuan tentang kanker payudara termasuk kategori kurang yaitu sebesar 55 (100%) siswi. Setelah kegiatan penyuluhan (posttest), responden yang memiliki pengetahuan tentang kanker payudara 1 (1,8% ) siswi termasuk dalam kategori kurang, 1 (1,8%) siswi termasuk dalam kategori cukup, sedangkan 53 ( 96,4% ) siswi termasuk dalam kategori baik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di atas adalah terletak pada variabel dependen yaitu pengetahuan tentang kanker payudara dan Keterampilan praktik SADARI dan independennya yaitu pendidikan kesehatan tentang kanker payudara dan praktik SADARI serta tujuan yang hendak dicapai yaitu mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dan demontrasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan ketrampilan praktik SADARI (studi pada siswi SMA Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak). 2. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ophi Indria Desanti1, IM. Sunarsih, dan Supriyati dalam jurnal penelitian yang berjudul Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Kota Semarang, Jawa Tengah dengan menggunakan metode analitik dengan pendekatan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional). Jumlah sampel minimal adalah 382 wanita ± 10% = 410 wanita.
8 Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara multistage random sampling mengemukakan bahwa umur responden yang paling banyak melakukan SADARI adalah responden pada kisaran umur 30 39 tahun, sementara yang paling tidak pernah melakukan SADARI adalah pada kisaran umur 60 65 tahun. Sementara dari status pernikahan maka dapat dilihat bahwa responden yang pernah melakukan SADARI adalah responden yang sudah/ pernah menikah. Sebanyak 49,0% dari wanita yang belum menikah pernah melakukan SADARI dan sebanyak 52,8% wanita yang sudah/pernah menikah pernah melakukan SADARI. Penelitian yang meneliti wanita berumur 15 39 tahun menemukan bahwa hanya 50% dari respondennya pernah melakukan SADARI. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52,3% responden melakukan praktik SADARI, 25% memiliki persepsi positif tentang keuntungan melakukan SADARI, dan 70 memiliki persepsi negativ tentang SADARI. Perbedaan penelitian Ophi Indria Desanti1, IM. Sunarsih, dan Supriyati terletak pada variabel dependen (perilaku SADARI) dan independennya (persepsi wanita berisiko kanker payudara mengenai keuntungan untuk melakukan SADARI dan persepsi wanita berisiko kanker payudara mengenai hambatan untuk melakukan SADARI), serta metode yang digunakan dalam penelitian di atas adalah cross sectional. 3. Menurut hasil penelitian I Dewa Ayu Rai Suastina, S.H.R Ticoalu, dan Franly Onibala dalam jurnal penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Sma Negeri 1 Manado
9 dengan responden berjumlah 97 orang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pertama diukur dengan menggunakan kuisioner pengetahuan, selanjutnya diberikan penyuluhan kemudian diukur lagi menggunakan kuisioner pengetahuan yang sama. Hasil analisa data menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (á=0,05) didapatkan nilai probabilitas = 0,000. Hal ini menunjukan nilai p < nilai á sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di SMA Negeri 1 Manado. Karakteristik menurut tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada siswa SMA Negeri 1 Manado menunjukkan bahwa sebagian besar siswi dikategorikan kurang yakni sebanyak 61 orang (62,0%) dan sebanyak 30 orang (30,9%) dikategorikan cukup. Karakteristik menurut tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada siswi SMA Negeri 1 Manado menunjukkan bahwa pengetahuan siswa yang dikategorikan baik sebanyak 79 orang (81,4%), sedangkan pengetahuan yang dikategorikan kurang ada 6 orang (6,2%). Perbedaan dengan penelitian I Dewa Ayu Rai Suastina, S.H.R Ticoalu, dan Franly Onibala adalah terletak pada variabel dependen dan independennya. Pada penelitian ini variabel dependen adalah minat deteksi dini kanker payudara pada remaja dan variabel independen adalah SADARI. Selain itu, tujuan penelitian juga berbeda. Tujuan penelitian dari I Dewa Ayu Rai Suastina, S.H.R Ticoalu, dan Franly Onibala adalah
10 mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi di SMA Negeri 1 Manado dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas SADARI terhadap minat siswi dalam melakukan deteksi dini kanker payudara pada remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang. 4. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yenni Milda dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Remaja Putri Dengan Pencegahan Kanker Payudara Di Desa Ladang Tuha Meukek Kabupaten Aceh Selatan yang dilakukan kepada remaja putri di desa Ladang Tuha kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 56 orang menggunakan kuisioner dan tekhnik analisa data dengan uji Chi square test didapatkan hasil presentase pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di Desa Ladang Tuha mayoritas dengan kategori baik sebesar 50.0 %. Presentase pencegahan remaja putri tentang kanker payudara di Desa Ladang Tuha mayoritas dengan kategori baik sebesar 76.8 %, dan motivasi remaja putri tentang kanker payudara di Desa Ladang Tuha mayoritas dengan kategori baik sebesar 57.1%. Perbedaan dengan penelitian Yenni Milda terletak pada variabel independen yaitu pengetahuan dan motivasi sedangkan variabel dependennya adalah pencegahan terhadap kanker payudara. Sedangkan penelitian ini variabel dependennya adalah minat deteksi dini kanker payudara pada remaja, dan variabel independennya adalah SADARI.