maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya para siswa harus melalui psikotes.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGURANGI KECEMASAN BERKOMUNIKASI PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Integritas adalah salah satu kunci kesuksesan hidup siswa. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan besosialisasi manusia sangat dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

Hasil observasi peneliti terhadap subjek penelitian sebelum diadakan treatment. bimbingan kelompok. Ruang multimedia SMA 1 Mejobo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pemahaman secara bertahap dan beruntun. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi adanya kemajuan dalam tehnologi

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB III Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan didalam kelas.selain itu dituntut untuk menuangkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif dan pasif, artinya setiap individu berusaha untuk mempengaruhi, menguasai, dan mengubah sesuai dengan batas-batasannya. Setiap berhubungan dengan orang lain individu memerlukan komunikasi baik dengan individu lain maupun dengan lingkungannya. Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini fakor komunikasi yang efektif memainkan peran yang penting apalagi dalam dunia modern sekarang ini. Komunikasi yang efektif dapat berbentuk apabila penerima informasi dapat menangkap isi dari komunikasi penyampaian dan antara keduanya terdapat umpan balik. Sedangkan komunikasi dinyatakan tidak efektif apabila isi pesan tidak dapat dipahami sehingga hubungan diantara komunikasi menjadi rusak. Hardjana (2007) mengatakan bahwa relasi antar manusia dibangun melalui komunikasi. Seseorang yang jeli memperhatikan pengungkapan diri orang yang berkomunikasi dengan dirinya akan mampu menggunakan perilaku sendiri dan perilaku orang lain untuk memilih perilaku selanjutnya yang tepat. Hal ini berarti apabila individu dapat melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain tentu saja akan mempermudah untuk mengenal lingkungannya dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. 1

2 Peserta didik merupakan bagian dari anggota masyarakat yang melakukan aktifitas di sekolah. Peserta didik tidak hanya belajar untuk mencapai prestasi belajar, tetapi juga belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan teman sebaya, guru-guru dan semua personil di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dikarenakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia selalu berinteraksi dan berkomunikasi denganmanusia lainnya dalam memenuhi kebutuhannnya. Remaja secara umum merupakan peserta didik. Seyogyanya peserta didik mampu berkomunikasi secara positif. Hal ini dibuktikan dengan peserta didik pada usia remaja akan memiliki keberanian mengemukakan pendapat, menggunakan bahasa dengan baik dan sopan, memiliki keberanian untuk bertanya, dan mampu mengendalikan diri untuk berkomunikasi dengan baik, dan lain-lain. Realita yang terjadi dilapangan banyak peserta didik yang tidak mampu menerapkan cara berkomunikasi yang baik, sehingga menghambat mereka dalam proses pendidikan. Berbagai penelitian mengenai kecemasan komunikasi pada remaja telah banyak dilakukan, diantaranya oleh apollo (2007) yang menemukan bahwa 65% dari 60 siswa kelas II Bina Farma Kota Madiun mengalami kecemasan komunikasi pada kategori tinggi. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Rilin (dalam Savitri dan Rakhmawati, 2007) juga menyatakan bahwa 26% dari 86 siswa kelas 2 SMU Muhammdiyah 1 Klaten mengalami kecemasan interpersonal yang tinggi.hal ini sesuai dengan pernyataan Gunawan (2009) yang mengatakan Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi.

3 Disisi lain Burgon dan Ruffner (dalam Azwar, 2008:143) menyampaikan bahwa Kecemasan komunikasi ditandai ketidaksediaan untuk berkomunikasi, penghindaran dari partisipasi dan rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi. Kecemasan berkomunikasi didepan umum merupakan salah satu bagian dari kecemasan komunikasi. Dalam disiplin ilmu komunikasi, rasa malu atau kecemasan tersebut dikenal dengan communication Apprehension (CA), yaitu rasa cemas dengan tindak komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan orang lain (a sence of anxiety with either real or anticipated communication with other). Kecemasan dalam berkomunikasi ini realitasnya merupakan suatu bentuk perilaku yang normal dan bukan menjadi persoalan yang serius bagi setiap orang sepanjang individu tersebut mampu mereduksi Communication Apprehension (CA) yang dihadapinya sehingga tingkat kecemasannya tidak mengganggu atau berpengaruh terhadap tindak komunikasi yang dilakukannya. Namun, apabila kecemasan tersebut sudah bersifat abnormal, maka individu tersebut akan menghadapi permasalahan pribadi yang bersifat serius, seperti misalnya usaha untuk selalu menghindar berkomunikasi dengan orang lain atau didepan umum yang pada akhirnya akan mengarah pada ketidakinginan individu tersebut untuk berkomunikasi. Pembahasan mengenai kecemasan berkomunikasi tidak dapat dilepaskan dari wacana kecemasan secara umum. Atkinson (1996: 212) berpendapat bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandi istilah-istilah seperti Kekhawatiran, Keprihatinan, dan Rasa Takut, yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan sering timbul dalam

4 menghadapi masalah sehari-hari. Peserta didik yang Aprehensif (prihatin atau takut) didalam berkomunikasi akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk berkomunikasi jika terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa berkomunikasi, sering pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi yang baik dari orang lain. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan yang ditemukanketika peneliti melakukan observasi di SMA Negeri 1 Tanjung Tiram bahwa peserta didik yang mampu berkomunikasi dengan baik di depan umum akan dianggap lebih pintar, lebih menarik, dan mampu menjadi pemimpin. Peserta didik yang kurang mampu berkomunikasi dengan baik didepan umum mempunyai kemungkinan besar untuk gagal dalam berprestasi karena tidak dapat mempengaruhi peserta didik lainnya, meskipun ia mempunyai ide yang bagus. Bagi beberapa siswa berkomunikasi didepan umum adalah hal yang mencemaskan khususnya yang terjadi pada peserta didik SMA Negeri 1 Tanjung Tiram. Ketika peserta didik diminta untuk menyampaikan pendapatnya tampak pada siswa tersebut mengalami kecemasan, ditunjukkan dengan mengalihkan kepada temannya. Tidak hanya itu, ketika ia berbicara di depan kelas peserta didik tersebut menunjukkan ekspresi kecemasan. Kecemasan yang dialami peserta didik biasanya akan muncul sebelum ia berbicara didepan umum, dan kecemasan itu akan meningkat ketika ia sudah memulai untuk berbicara didepan umum. Kecemasan yang terjadi kepada peserta didik biasanya dikarenakan peserta didik tidak memiliki pengetahuan yang maksimal ditambah lagi minimnya pengalaman untuk berbicara didepan umum.

5 Kecemasan yang dialami peserta didik juga dialami walaupun dia memiliki pengalaman yang baik dalam berkomunikasi didepan umum, hanya saja saja perbedaan tingkat pengelolaan kecemasan dan pengendalian diri yang membuat siswa mampu meminimalisir rasa cemas yang berlebihan tersebut. Tidak biasa dipungkiri bahwasanya pengalaman dan manajemen diri yang baik yang dapat melatih siswa untuk melatih berkomunikasi yang baik. Oleh karena itu, agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik dibutuhkan pelatihan semenjak dini sudah selayaknya berkomunikasi di depan umum dilatih sejak dini sebelum ia siap untuk berkomunikasi di depan umum. Layanan konseling kelompok diberikan kepada siswa agar para siswa dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan tertentu melalui dinamika kelompok yang terjadi saat proses layanan dilaksanakan. Dinamika yang tercipta didalam konseling kelompok dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. Dari segi lain, kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, dan berbagai reaksi juga dapat menjadi peluang yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kemanfaaatan bagi para anggotanya. Oleh karena itu untuk membimbing serta membantu siswa dalam mengurangi kecemasan komunikasi, maka diperlukan cara yang tepat untuk menanganinya.

6 Berdasarkan uraian di atas, peniliti menganggap perlu melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok TerhadapPengurangan Kecemasan Berkomunikasi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri1 Tanjung Tiram Tahun Ajaran 2017/2018. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: a. Siswa cemas ketika diminta mengemukakan pendapatnya saat belajar kelompok dengan teman sekelasnya. b. Siswa kurang bisa mengatur tata bahasa dalam berkomunikasi dengan antar siswa maupun dengan guru. c. Siswa sering gugup saat diminta guru untuk berbicara didepan kelas. d. Kurangnya bimbingan dan latihan tentang meminimalisir kecemasan dalam berkomunikasi. 1.3. Pembatasan Masalah Melihat beberapa faktor yang teridentifikasi di atas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah atas masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pemberian Layanan Konseling Kelompok Dalam Mengurangi Kecemasan Berkomunikasi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Tiram Tahun Ajaran 2017/2018.

7 1.4. Perumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh layanan konseling kelompok terhadappengurangan kecemasan berkomunikasi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Tiram Tahun Ajaran 2017/2018? 1.5. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok terhadappengurangan kecemasan berkomunikasi dalam pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Tiram Tahun Ajaran 2017/2018. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1.6.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teori teori tentang bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan konseling kelompok khususnya dalam mengurangi kecemasan berkomunikasi siswa dalam kelompok belajar. 1.6.2. Manfaat Praktis a. Siswa, setelah mendapat layanan konseling kelompok dapat bisa berkomunikasi dengan baik dan bertata bahasa yang sopan. b. Orang Tua, dapat menjadi penambah wawasan pengetahuan orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya dalam berkomunikasi dengan orang lain khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.

8 c. Guru, sebagai masukkan tentang pentingnya pemberian konseling kelompok dalam mengurangi kecemasan berkomunikasi siswa dalam kegiatan belajar. d. Kepala sekolah, sebagai masukan agar kelak nantinya hasil penelitian dapat menghasilkan siswa siswa yang bisa berkomunikasi dengan baik dan bertutur bahasa sopan dalam kegiatan belajar mengajar. e. Bagi Peneliti,peneliti mendapatkan pengalaman selama menjalani konseling kelompok untuk mengurangi kecemasan berkomunikasi pada siswa. Pengalaman ini berguna untuk keterampilan peneliti saat menjadi guru BK atau konselor di sekolah.