BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii. MOTTO... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Kajian dampak sosial adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

Contoh Outline Proposal Awal Inisiasi Kemitraan

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Bab 4. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. jaraknya kurang lebih 30 km dari pusat Kabupaten Trenggalek. Keberadaan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut;

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

BAB III METODE PAR (PARTICIPATORY ACTION RESEARCH) Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara namanamanya,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

RISET TINDAKAN Bahan fasilitasi lokakarya penelitian tindakan guru-guru SMP Darul Hikam Bandung

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB III METODE KAJIAN

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN Metode dan Strategi Kajian

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

BAB V PENUTUP. bahwa manajemen implementasi kurikulum 2013 di SMP Khadijah adalah. 1. Manajemen Kurikulum2013 di SMP Khadijah Surabaya

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB VI REFLEKSI TEORITIK. keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

Monitoring & Evaluation of Policy Research. Indra K. Nasution

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB III METODE PENELITIAN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

Transkripsi:

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA A. Proses Awal Pengorganisasian 1. Asessment Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah-tengah masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untu k mengenal sebagaimana adanya, tanpa di sertai prasangka buruk sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dilaksanakan. Tanpa identifikasi/assessment merupakan tahap yang paling kritis dalam suatu daur kegiatan program. Tahap ini saat menetukan tahapan berikutnya. Untuk itu, tahap ini perlu dipersiapkan dengan baik dan matang yang mungkin juga perlu melibatkan tenaga ahli atau pakar untuk melakukannya. Tahap ini juga disebut proses pengembangan proyek pada tahap dini (Early Project Process) yang mencakup: identifikasi, persiapan, analisa dan penilaian (Appraisal). Kegiatan identifikasi program bukanlah suatu kegiatan terpisah (Didkret) melainkan kegiatan yang berlangsung terus menerus (Kontinyu). Demikian pula bukan peristiwa satu kali jadi, melainkan suatu perkembangan adaptif untuk menemukan apa yang baik dikerjakan pada tiap tahapan. Kegiatan-kegiatan rinci dan spesifik yang perlu dan harus dilakukan selama tahap ini: 68 68 Agus afandi,dkk, Modul Participatory Action Research (PAR), universitas islam negeri sunan ampel Surabaya, hlm291 96

97 1. Melakukan analisis sosial, ekonomis, teknis, kelembagaan dan analisis lainnya sebagai langkah awal untuk identifikasi permasalahan Secara partisipatif yang melibatkan berbagai pihak yang terkena pengaruh maupun yang berpengaruh (Stakeholder) baik untuk mengetahui kebutuhan, potensi dan peluang yang ada maupun permasalahan yang ada. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik kajian keadaan pedesaan secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal-PRA) maupun kajian keadaan wilayah secara cepat. 2. Melakukan analisis pihak terkait (stakeholder terkait) untuk menjaga dan pengaruh serta tingkat partisipasi pihak terkait (Stakeholder) ini yang dapat dipengaruhi/mempengaruhi jalannya kegiatan program. 3. Melakukan analisis keunggulan komparatif (Comparative Advantage Analysis) Untuk menjaga tingkat kelebihan dan keunggulan suatu program tertentu dibandingkan dengan program yang lain sehingga mudah dan laku di pasaran, terutama bagi kelompok sasaran, baik di lingkungan pemerintah maupun masyarakat pedesaan. Hal ini juga untuk menghidari adanya program yang serupa dan sejenis 4. Melakukan penilaian (appraisal) Berdasarkan kegiatan-kegiatan spesifik tersebut di atas langkah selanjutnya adalah melakukan analisis semua hasil yang diperoleh dan

98 melakukan kajian mendalan (appraisal) sehingga diperoleh suatu rumusan yang komprehensif. Tahapan diatas dapat dilakukan secara individu melalui tokoh-tokoh masyarakat dan juga melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini, petugas atau pendamping masyarakat sebagai agen perubahan melakukan identifikasi masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat (felt needs), dengan melibatkan masyarakat dalam identifikasi tersebut karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan dan masalah ditempat mereka berada. Tahapan ini memiliki penekanan pada faktor identifikasi masalah dan sumber daya yang ada dalam sebuah wilayah yang akan menjadi basis pemberdayaan serta pelaksanaan program. Gambar 6.1 Assessment Daerah Rawan Bencana Bersama Perangkat Desa Sumber : dokumentasi fasilitator Proses assessment adalah suatu tahap dalam dalam pengembangan masyarakat yang membantu pelaku perubahan untuk mengetahui apa yang ingin

99 mereka lakukan berdasarkan pada pengetahuan tentang kondisi apa yang sudah mereka capai saat ini. Gambar 6.2 Assessment Bersama Ketua Rt untuk Mengetahui Daerah Rawan Bencana Sumber : dokumentasi fasilitator Oleh karena itu, proses assessment menjadi salah satu tahapan yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pengembangan masyarakat karena assessment adalah suatu proses pengidentifikasi kebutuhan (termasuk di dalam masalah yang dirasakan masyarakat) serta potensi yang ada pada masyarakat. 2. Inkulturasi Inkulturasi adalah sebuah proses awal yang harus dilakukan oleh seorang pendamping di dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Inkulturasi merupakan sebuah proses pembauran antara pendamping dengan pihak komunitas guna menghindari kecurigaan dan sentiment masyarakat/komunitas. Inkulturasi sendiri dilakukan setelah pendamping mendapatkan izin oleh pihak yang berwenang yaitu dari desa dan pemerintah desa lainnya. Selanjutnya

100 pendamping perlu membangun jalinan keakraban dengan komunitas karang taruna. Kunci yang merupakan langkah awal proses inkulturasi pendamping harus menjalin silaturrahmi dengan pemangku kepentingan. Termasuk perangkat desa dan segenap perangkat-perangkat lainnya. Permohonan izin penelitian dengan tema membangun sebuah komunitas taruna siaga bencana berbasis kearifan lokal ini mendapat tanggapan yang baik dari kepala desa, karena selama ini belum ada program yang berkaitan langsung dengan kebencanaan di desa. Proses pendampingan masyarakat dibutuhkan pemikiran yang saling menyatu antara pendamping dan subyek yang di dampingi. Oleh sebab itu proses yang dilakukan dalam menyatukan pemikiran ini yaitu dengan inkulturasi. Inkulturasi merupakan tahapan pertama dalam penelitian di desa. Tahapan ini merupakan penentu awal dari sebuah keberhasilan suatu program di desa selanjutnya. Gambar 6.3 Proses Inkulturasi Bersama Perangkat Desa Sumber : dokumentasi fasilitator Inkulturasi selanjutnya yaitu kepada masyarakatyang berkedudukan sebagai subyek penelitian. Inkulturasi ini merupakan kunci sukses dari program yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian. Yang akan membangun sebuah

101 kepercayaan antara peneliti dan subyek. Peneliti harus menjadi bagian dalam masyarkat dengan merasakan semua yang dirasakan oleh masyarakat dan kemudian dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat dianalisis yang akhirnya memerlukan sebuah solusi untuk mencapai sebuah perubahan. Gambar 6.4 Proses Pembenaran Data Bersama Korban Bencana Tanah Longsor 2016 Sumber : dokumentasi fasilitator Foto diatas dilakukan dengan bapak sarni yang rumahnya terkena bencana tanah longsor tahun lalu di Rt 35.. Bapak tersebut tidak mengetahui ciri-ciri dari bencana tanah longsor jika terjadi. untungnya bapak tersebut di tolong oleh tetangganya ynag mendengarkan suara gemuruh. Sasaran dalam penelitian ini adalah anggota karang taruna, yang akan membangun desa mandiri. Desa tersebut sangatlah memerlikan sebuah koomunitas yang bisa terjun langsung menangani sebuah bencana yang menjadi isu terhangat di desa. Membangun komunitas siaga bencana yang diberi nama Taruna Siaga Bencana (TAGANA) ini dapat mengorganisasikan diri dalam

102 membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Proses demikian tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar. 3. Tahap Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses atau kegiatan menyusun rencan akegiatan. Dengan demikian, rencana dalah segala hal yang belum di lakukan dan di harapkan akan dilakukan. Tahap perencanaan partisipatif di awali dengan kajian kedaan pedesaan secara partisipatif dan di lanjutkan dengan pelaksaan rencana. Dalam pemberdayaan masyarakat, setiap proses perlu di lakukan monitoring dan evaluasi, perencanaan partisipatif tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus melalui tahap proses yang berjalan terus-menerus. 1. Menyusun desain program Berdasarkan hasil lokakarya di atas, langkah selanjutnya adalah merumuskan hasil-hasil lokakarya tahap identifikasi dan menyusunnya dalam bentuk draft proposal yang dilengkapi dengan draft logical framework,, hal ini dipenuhi sebagai bahan awal untuk bahan lokakarya yang lebih luas bersama pihak terkait lainnya: a) Lokakarya manajemen daur program Melibatkan berbagai pihak terkait untuk merumuskan sasaran (Goal), tujuan (Purpose), keluaran (Output), kegiatan (Activities), dan indikator penentu obyektif serta asumsi-asumsi penting. Selain itu, perlu di

103 perhitungkanmasukkan yang di butuhkan untuk mencapai keluaran yang diharapkan. b) Mengidentifikasi pelaksana Dalam kegiatan ini, kualifikasi pelaksana perlu di identifikasi berdasarkan tuntutan program atau program, baik pengetahuan keterampilan manajerial maupun teknis serta komitmen untuk melaksanakan pendekatan partisipatif dan tidak hanya sekedar menentukan orang untuk pemerataan (rejeki). c) Distribusi kemenangan Tugas dan tanggung jawab yang jelas dan spesifik di antara para pengelola program sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan (SIAPA melakukan APA dan KAPAN harus selesai serta BAGAIMANA dilakukan serta BEBERAPA kebutuhan input) d) Menyususn rencana kerja spesifik Rencana kerja spesifik perlu disusun berdasarkan pada kelurahan program dan Indiktor Keberhasilan sebagaimana yang tertuang dalam kerangka kerja logis (Logical Framework) dan Strategi bagaimana hal itu dilaksanakan. 2. Tahap pelaksanaan dan pemantauan Pada umumnya, anatra Tahoan Pelaksanaan dan Pemantauan tidak bisa dipisahkan, karena merupakan satu kesatuan kegiatan yang berjalan secara terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu dan memantau apakah kegiatan yang dilakukan terarah pada tujuan yang ditetapkan. Hal ini

104 sebagai suatu akibat pada orientasi program, yaitu orientasi yang lebih menekankan pada proses yang terjadi dalam mencapai keluaran yang diharapkan melalui input tetentu. Demikian juga halnya dengan Evaluasi, mengingat bahwa Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi berjalan simultan dengan kegiatan pelaksanaan dan di dalam kegiatan pelaksanaan itu sendiri dan bersifat terus menerus walaupun dalam evaluasi ada interval waktu tertentu. Dalam tahapan pelaksanaan, ada beberapa pokok kegiatan penting untuk dilakukan sehingga tujuan yang diterapkan dapat tercapai: a) Mengadakan Penyampaian Program Kepada Khalayak Program yang akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan perlu dilakukan penyampaian kepada khalayak dan pihak terkait. Khalayak yang dimaksud adalah komunitas, baik yang terlibat atau tidak, agar mereka bisa memahami eksistensi program yang dilaksanakan. Apalagi program ini dilaksanakan pada komunitas mereka, sehingga mereka bisa terlibat atau tidak. Demikian pula penyampaian kepada pihak terkait, seperti perangkat desa maupun struktur di atasnya agar pelaksanaan kegiatan bukan menjadi masalah di belakang hari. Perijinan program ini terkait dengan kewilayahan. b) Melakukan persiapan sosial Persiapan di lakukan di lokasi program, merupakan kegiatan tindak lanjut dari kegiatan identifikasi atau penjagaan awal. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai pertemuan untuk memperoleh persepsi yang

105 sama. Langkah ini penting untuk mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai, kegiatan yang perlu dilakukan, dana yang dibutuhkan dan siap melakukan apa dan lain sebagainya. 3. Proses Pembentukan Komunitas TAGANA Focus group discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Secara keseluruhan FGD akan dilaksanakan mulai dari tingkat kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, tema dan kedalaman diskusi akan berbeda diantara tingkatan tersebut. Demikian pula peserta tau partisipan dalam FGD akan berbeda di antara tingkatan tersebut. Lama diskusi berlangsung sangat tergantung dari peranan dan kemampuan moderator memimpin dan menggali pertanyaan-pertanyaan sehingga timbul diskusi di antara partisipan. 69 Gambar 6.5 Proses Pembentukan Anggota Tagana Sumber : dokumentasi fasilitator 69 Tonny Nasdian,Fredian, Pengembangan Masyarakat,Buku Obor, Yogyakarta, hlm 120

106 Jumlah pesertanya bervariasi antara 5-10 orang dalam sebuah ruangan maupun diluar ruangan dan duduk membuat lingkaran, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Kualitas hasil FGD sangat bergantung dari kualitas moderator yang melaksanakannya. Menggunakan teknik FGD adalah teknik yang cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat local dan spesifik. Melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling ideal. FGD dapat menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang diteliti, sehingga menghasilkan rekomendasi yang dapat diterima masyarakat.