BAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut;

Transkripsi

1 BAB VI PENUTUP Dari hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disusun kesimpulan dari hasil penelitian ini. Adapun kesimpulan dari penelitian meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik, implikasi kebijakan, dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut Ringkasan Temuan Dari hasil observasi dan pengamatan terkait pendekatan partisipatif yang dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut; 1. Proses Pengurangan Risiko Bencana yang dilakukan dengan pendekatan partisipatif di wilayah rawan bencana Kabupaten Sinjai dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu: a. Tahap membangun kesadaran; merupakan rangkaian proses membangun kesadaran kolektif elemen-elemen masyarakat akan pentingnya praktek pengurangan Risiko bencana. b. Tahap melembagakan kegiatan; merupakan proses melembagakan kegiatan pengurangan Risiko bencana dalam rangka menjamin keberlangsungan kegiatan ini. 118

2 c. Tahap alih tanggung jawab; merupakan proses pengalihan tanggung jawab koordinasi dari pelaksanaan kegiatan pengurangan Risiko bencana kepada pemerintah daerah. 2. Pemerintah tidak terlibat dalam proses inisiasi kegiatan PRB karena belum adanya lembaga pemerintah daerah saat itu yang dapat berfungsi sebagai koordinator kegiatan penanganan bencana, dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta paradigma pemerintah daerah yang masih berorientasi pada penanganan bencana yang tanggap darurat. 3. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam proses pengurangan Risiko bencana dengan pendekatan partisipatif di wilayah penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung, antara lain: koordinasi antar stakeholder yang terjalin dengan baik, budaya gotong royong dan kebersamaan yang masih terjaga, wilayah dengan ancaman dan risiko bencana yang tinggi, pelaksana kegiatan yang bersifat tekun dan kreatif, karakter kegiatan yang bersifat membangun, metode dan teknik implementasi yang menyesuaikan kondisi wilayah. Adapun faktor-faktor yang dapat menghambat, antara lain: rendahnya tingkat perekonomian masyarakat, wilayah kegiatan yang luas, serta peran pemerintah daerah yang belum maksimal 6.2. Kontribusi Teoritik Sebagaimana yang telah diamanahkan oleh UU 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa kegiatan pengurangan Risiko bencana merupakan rangkaian dari proses penanggulangan bencana. Pemerintah dan pemerintah daerah 119

3 merupakan menjadi penanggung jawab dari seluruh rangkaian proses ini. Sebagai penaggung jawab, pemerintah seharusnya hadir dalam setiap upaya-upaya penaggulangan bencana. Pada kasus ini, Kabupaten Sinjai merupakan wilayah yang rawan terhadap ancaman bencana. Namun upaya pengurangan Risiko yang dilakukan oleh SRP Payo-payo bersama masyarakat dilakukan tanpa kehadiran pemerintah. Sedikit berbeda dengan wilayah lain, dimana peran pemerintah cukup signifikan dalam mendorong upaya pengurangan Risiko bencana. Sebagai kontribusi teoritik yang dihasilkan, dapat dijelaskan bahwa ketidakhadiran pemerintah dalam inisiasi program pengurangan Risiko bencana di suatu wilayah dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi untuk keberlangsungan kegiatan, pada akhirnya akan terjadi alih tanggung jawab dalam mengkoordinasikan kegiatan ini Implikasi Kebijakan Sebagai masukan dalam kegiatan pengurangan Risiko bencana dengan pendekatan partisipasi masyarakat ini, adalah: 1. Perlu adanya pemahaman yang mendalam baik oleh masyarakat maupun jajaran pemerintah daerah akan manfaat dari kegiatan pengurangan Risiko bencana. Meluasnya pemahaman ini akan berefek pada dukungan lintas sektor. Dengan demikian, upaya pengurangan Risiko akan lebih mudah karena melibatkan lebih banyak jaringan dan lebih banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan. 120

4 2. Untuk dapat mendukung pelaksanaan PRB di masa yang akan datang maka perlu dilakukan penguatan kapasitas aparat BPBD dan perbaikan koordinasi antar instansi menyangkut kegiatan kebencanaan. 3. Untuk menjamin kegiatan PRB yang dilakukan dapat sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, maka menggalang partisipasi masyarakat adalah hal yang utama. Masyarakat harus hadir sebagai pelaku kegiatan dan tidak sekedar sebagai sasaran kegiatan. 4. Meningkatnya kapasitas masyarakat di wilayah-wilayah rawan bencana Kabupaten Sinjai akan meringankan beban pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi Rekomendasi Penelitian Selanjutnya Penelitian tentang pendekatan partisipatif dalam pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana Kabupaten Sinjai yang telah dilakukan masih tergolong umum. Hasil penelitian baru pada tahap gambaran mengenai proses dan faktorfaktor yang memberi pengaruh terhadap prosesnya. Sehingga dalam hal ini penulis memberi rekomendasi untuk dilakukan kajian-kajian yang lebih mendalam terkait beberapa hal yang dianggap menarik, antara lain: 1. Evaluasi efektivitas pelaksanaan kegiatan pengurangan Risiko bencana yang telah berlangsung di wilayah penelitian. Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana kemajuan masyarakat di wilayah rawan bencana Kabupaten Sinjai membangun kapasitas mereka, mengurangi kerentanan dan mengatasi ancaman bencana di wilayah mereka. 121

5 2. Kajian mengenai situasi perkembangan dan pencapaian BPBD Kabupaten Sinjai dalam aktivitas PRB. Kajian ini dapat meliputi kapasitas lembaga daerah ini dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kebijakan, peraturan, strategi, dan program PRB. Termasuk juga kajian tentang kemampuan untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain serta kapasitasnya dalam memobilisasi informasi dan pengetahuan tentang PRB. 122