BAB I PENDAHULUAN. Terdapat suatu masalah dalam pembelajaran sejarah di sekolah saat ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. generasi bangsa yang dapat membuat bangga negaranya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu. pada metode yang digunakan oleh penelitian.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FRANSISKA YUSMITA P.A.

Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo

BAB III METODE PENELITIAN

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IXA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN METODE INQUIRI DI SMP NEGERI 4 TOLITOLI.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pertimbangan karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN ACADEMIC SKILL DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KOPERASI DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 GAUM KECAMATAN

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN METODE COOPERATIVE SECRIPT DI SDN GELAM 1

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

Taviv Listin Kariani 15

BAB III METODE PENELITIAN. inggris disebut Clasroom Action Research (CAR).Penelitian ini terdiri dari empat

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. proses pembelajaran dalam kelas menggunakan model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian secara umum membahas bagaimana penelitian

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terdapat suatu masalah dalam pembelajaran sejarah di sekolah saat ini. Pembelajaran Sejarah dipandang sebagai proses mengingat fakta-fakta masa lalu dan berorientasi pada guru (teacher oriented). Pembelajaran sejarah hanya memfasilitasi siswa untuk memahami peristiwa masa lalu dan mengulang hal-hal yang telah dipelajari. Siswa tidak diarahkan untuk menemukan makna dan pemahaman mandiri sehingga kebermaknaan dalam belajar (meaningfull learning) tidak tercapai. Permasalahan media pembelajaran sejarah merupakan salah satu aspek yang mendukung timbulnya kondisi pembelajaran sejarah tersebut. Salah satu media pembelajaran sejarah adalah Lembar Kerja Siswa yang kemudian disingkat LKS dalam penelitian ini. Pada perkembangannya, penggunaan LKS saat ini membentuk suasana pembelajaran yang tidak aktif. Komunikasi produktif antara guru dan siswa dalam pembelajaran terhambat oleh keberadaan LKS seperti dikatakan oleh Budiono (2006) bahwa : Keberadaan LKS memberikan dampak buruk, yaitu membuat kegiatan belajar menjadi pasif, mematikan kreativitas, tidak semua hasil kerja anak dinilai dengan semestinya, dan LKS membuat anak menjadi malas. Jika anak disuruh mengerjakan LKS, tidak banyak yang mengerjakannya. Mereka menunggu temannya menyelesaikannya untuk kemudian tinggal menyalin. 1

2 Pendapat di atas memperjelas kenyataan dilapangan bahwa LKS tidak mendukung pembelajaran sejarah. LKS sejarah yang selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual masa lalu sehingga terkesan merupakan rangkuman dari buku paket siswa. Siswa tidak diarahkan mencari materi belajar yang lebih kaya dan dekat dengan permasalahan saat ini yang lebih bermakna bagi siswa. LKS bahkan digunakan sebagai satu-satunya alat dan sumber utama evaluasi pembelajaran. LKS kemudian memuat soal-soal faktual yang jawabannya sudah ada di dalam lembar materi. Siswa hanya tinggal menyalin jawaban dan tentu saja tidak ada pedoman kegiatan yang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Tidak ada langkah belajar yang mengarahkan siswa untuk belajar lebih bermakna. Kondisi tersebut menyebabkan pembelajaran sejarah hanya berorientasi pada guru. Peserta didik tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas. Hal inilah yang kemudian membelenggu potensi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan apa yang dimilikinya. Sehingga pada akhirnya pembelajaran sejarah tidak bermakna bagi siswa dalam perkembangannya. Hal tersebut terjadi ketika Lembar Kerja Siswa diposisikan sebagai satu-satunya sumber utama dalam pembelajaran. LKS dinilai sebagai media komersialisasi pendidikan dan tidak efektif dalam pembelajaran. Media komersilisasi pendidikan dimaksud karena LKS yang berkembang saat ini banyak yang disusun secara sederhana oleh pihak-pihak swasta yang bertujuan mengeruk keuntungan dengan mengabaikan sisi kualitas

3 dan efektifitasnya terhadap pembelajaran sejarah. Maka tak heran jika kemudian timbul image buruk terhadap Pelajaran Sejarah seperti membosankan, monoton dan bahkan dianggap tidak penting. I Gede Widya (1991:1) dalam Nadjamuddin (2006) menegaskan bahwa: Pembelajaran sejarah di sekolah, sering memunculkan kesan tidak menarik bahkan cenderung membosankan, karena guru sejarah hanya memberikan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, sementara siswa merasakan bahwa pelajaran sejarah hanya mengulang hal-hal yang sama dari tingkat SD sampai SMA. Pada dasarnya, menurut Hamid Hasan (1996:76) pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berhasil mengembangkan potensi siswa secara maksimum. Hal ini akan terjadi apabila pendidikan dapat mengembangkan apa yang disebut Ausebel dan Robinson (1969) dengan istilah Meaningfull Learning (belajar bermakna). Pembelajaran yang bermakna mengandung pengertian yang sangat luas. Akan tetapi dalam konsepsi peran pembelajaran sejarah sesungguhnya, maka pembelajaran bermakna akan sangat penting sekali. Hal itu disebabkan karena pembelajaran sejarah akan berkualitas jika pembelajaran tersebut memberikan makna kepada siswa sebagai bagian dari masyarakat saat ini. Dengan pembelajaran Sejarah diharapkan peserta didik menjadi orang-orang yang bijaksana dan mengerti perubahan dirinya dan juga masyarakatnya. Pembelajaran yang bermakna akan mampu memberikan keleluasaan kepada seluruh kemampuan siswa untuk berkembang. Hal itu disebabkan karena pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang berdasarkan pada perkembangan siswa. Dengan pembelajaran sejarah yang bermakna maka siswa

4 mampu menarik pelajaran masyarakat di masa lalu sebagai bekal dalam menyelesaikan segala permasalahan sosial saat ini. Hal ini akan memberikan siswa kesempatan untuk menjadi pelaku sejarah pada masanya. Pembelajaran yang bermakna akan berhasil jika didukung oleh proses mengajar dan belajar yang bermakna pula seperti yang diungkapkan oleh J Murshell dan S Nasution M.A (2002:19) bahwa mengajar hanya akan berhasil bila diberi pelajaran yang bermakna. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran atau masalah itu riil atau berharga bagi si pelajar dan sejauh hubungan essensial antara bagian-bagiannya ditegaskan sehingga tugas murid adalah menangkap atau memahami hubungan-hubungan dalam keseluruhan. Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa pembelajaran sejarah yang bermakna harus dapat mengembangkan materi-materi yang tidak hanya secara esssensial memuat fakta-fakta dan pengetahuan tentang masyarakat masa lalu tetapi juga memuat bahasan serta materi yang mengantarkan siswa untuk merenungkan masalah kontemporer. Selaras dengan konsepsi di atas maka tugas guru adalah sebagai fasilitator terbentuknya pembelajaran yang bermakna. Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terciptanya pembelajaran yang bermakna. Lingkungan tersebut terbentuk jika guru berhasil memanfaatkan sarana, media dan strategi belajar dan mengajar lebih efektif serta kreatif sehingga mempermudah proses pembelajaran dan merangsang siswa untuk belajar secara aktif.

5 Secara jelas Nana Supriatna (2007:13) menggambarkan bahwa: Pembelajaran sejarah akan meaningfull apabila guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan para siswa berperan aktif dalam menggunakan berbagai sumber belajar sejarah, konstruktif dalam menarik hubungan antara peristiwa masa lalu dengan masalah-masalah kontemporer; bersifat intensional dengan menggunakan pengalaman belajar masa lalu untuk memahami pengetahuan/pengalaman yang baru, aktif dalam mengembangkan pemahaman dan menganalisis masalah sosial kontemporer secara cooperative atau collaborative; serta mampu memaknai semua peristiwa sejarah yng ditariknya menjadi sesuatu yang authentic karena dapat dihubungkan dengan masalah sosial sehari-hari. Penjelasan yang diungkapkan di atas memberikan beberapa indikator tentang pembelajaran sejarah yang bermakna. Menurut pendapat tersebut pembelajaran sejarah yang bermakna merupakan pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk aktif dalam menggunakan berbagai sumber belajar, konstruktif dalam menarik hubungan antara peristiwa masa lalu dengan masalah-masalah kontemporer, memiliki perhatian menggunakan pengalaman belajar masa lalu untuk memahami pengetahuan/pengalaman yang baru, aktif bekerjasama dalam memecahkan permasalahan kontemporer serta memaknai secara authentik semua peristiwa sejarah karena dapat dihubungkan dengan masalah sosial sehari-hari. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis memiliki indikator pembelajaran sejarah yang bermakna yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu bahwa pembelajaran sejarah yang bermakna merupakan pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan pembelajaran sejarah yang aktif dan mandiri, aktif bekerjasama dalam memecahkan permasalahan kontemporer serta mampu mengembangkan pembelajaran sejarah yang dihubungkan dengan permasalahan

6 sosial sehari-hari. Kenyataan-kenyataan di atas memberikan latar belakang untuk melakukan usaha pengembangan pembelajaran sejarah yang bermakna yang salah satunya dengan melakukan pengembangan terhadap LKS sejarah. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan merupakan suatu media yang akan mendukung tercapainya indikator pembelajaran sejarah yang bermakna. LKS yang dikembangkan harus mampu membentuk pembelajaran sejarah yang berorientasi pada siswa. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sejarah dan bekerjasama dalam belajar memecahkan persoalan saat ini berdasarkan kebermaknaannya dengan peristiwa masa lalu. Selain itu LKS juga harus mampu memberikan pedoman kegiatan siswa untuk menghubungkan peristiwa sejarah dengan permasalahan kontemporer. Sehingga pembelajaran sejarah menjadi bermakna. LKS juga mengembangkan materi yang membawa siswa untuk peduli akan permasalahan kontemporer yang dekat dengan lingkungan sekitar. LKS bukan alat evaluasi tetapi menjadi media yang efektif dalam mengantarkan siswa untuk melatih kemampuannya, peduli akan lingkungan sekitarnya serta mengembangkan nilai pribadinya. LKS memuat langkah belajar yang operasional yang akan mengantarkan siswa untuk melakukan kegiatan belajara yang bermakna. Selain itu juga, LKS memuat pertanyaan-pertanyaan kritis yang akan menghubungkan peristiwa masa lalu dengan masalah kontemporer yang bermakna. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjembatani komparasi antara peristiwa masa lalu dengan masalah-

7 masalah kontemporer akan bersifat kritis. Teknik bertanya seperti ini berdasarkan pada Teori Kritis yang salah satunya dikembangkan oleh Jurgen Habermas berupa Ways Of Knowing. Nana Supriatna (2007:118-120) menjelaskan bahwa pertanyaan yang mendukung teori kritis adalah sebagai berikut: Pertanyaan kritis dapat dibagi kedalam pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya teknis, pertanyaan praktis dan interpretatif serta pertanyaan emansipatory. Pertanyaan teknis sering mengunakan kata tanya bagaimana. Pertanyaan tersebut menuntut jawaban yang sifatnya eksplanasi tentang mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi dalam lingkungan sosial kita. Pertanyaan praktis dan interpretatif tidak hanya difokuskan pada apa, mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi melainkan juga bagaimana manusia melihat sesuatu dan melakukan interpretasi terhadap sesuatu yang terjadi atau dunia sekitarnya. Sedangkan pertanyaan emansipatoris difokuskan pada isu-isu mengenai pengaruh kuasa terhadap apa yang terjadi dan bagaimana orang-orang melakukan interpretasi dan penjelasan mengenai apa yang terjadi dan kemudian bertanya mengapa sesuatu harus terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dalam perangkat Lembar Kerja Siswa sebagai pedoman siswa dalam memahami pelajaran sehingga akan terbentuk pembelajaran sejarah yang bermakna. Dengan pertanyaan tersebut maka siswa akan secara aktif dan bermakna, bertanya serta mencari solusi untuk menghadapi permasalahan sosial. Dengan bentuk seperti itu maka Lembar Kerja Siswa akan mendukung pengembangan pembelajaran yang bermakna. Maka dengan berbagai kenyataan pembelajaran sejarah dan konsepsi LKS seperti di atas, penulis akan melakukan penelitian dan kajian tentang pengembangan pembelajaran sejarah yang bermakna melalui penggunaan Lembar Kerja Siswa. Penelitian tersebut akan dilakukan di SMA Negeri 3 Bandung tepatnya di kelas XI IPS.

8 SMA Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah yang menantang untuk menerapkan penelitian tentang Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Sejarah. Hal tersebut disebabkan karena terdapat dua permasalahan dalam pembelajaran sejarah disana yang ditemukan oleh penulis. Pertama, kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran sejarah. Permasalahan ini timbul karena SMA Negeri 3 berorientasi pada pelajaran atau materi-materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa dan penyebaran angket, kebanyakan anak memberikan penilaian terhadap pelajaran sejarah sebagai pelajaran sampingan. Unsur hiburan seperti cerita-cerita dalam sejarah merupakan materi yang diminati oleh siswa. Oleh sebab itu pada observasi pra-penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2007, terlihat bahwa siswa kurang merespon materi yang diberikan oleh guru. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran diterapkan dengan metode ceramah dan banyak siswa yang ngobrol ketika pelajaran berlangsung. Pelajaran sejarah dianggap tidak menarik dan hanya mempelajari hal-hal yang sama yang membosankan. Tidak ada materi yang dihubungkan dengan permasalahan saat ini. Kedua, media yang dikembangkan oleh guru kurang variatif. Media merupakan salah satu faktor yang penting dalam membangun proses pembelajaran sejarah yang menarik. Salah satunya seperti media gambar yang akan memberikan landasan imajinatif bagi siswa dalam memahami suatu rangkaian peristiwa sejarah. Pada proses pengamatan penulis di kelas XI IPS, siswa merasa bosan dengan apa yang ditampilkan oleh guru dalam proses pembelajaran sejarah di

9 kelas. Di kelas tersebut tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa sehingga pembelajaran dilakukan dengan cara yang monoton seperti ceramah dan kurang adanya penerimaan terhadap keaktifan siswa. Dua permasalahan tersebut menjadi dasar pelaksanaan penelitian ini. Pengembangan pembelajaran sejarah yang bermakna melalui penggunaan Lembar kerja Siswa merupakan pokok permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini. Penelitian ini disusun dengan Tema: Mengembangkan Pembelajaran Sejarah yang Bermakna Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kontekstual. 1.2 Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu bagaimana mengembangkan pembelajaran sejarah yang bermakna melalui pemanfaatan LKS kontekstual. Untuk memperjelas kajian ini, penulis menjabarkan masalah pokok tersebut dalam beberapa pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana disain Lembar Kerja Siswa yang mendukung Pembelajaran Sejarah yang bermakna? 2 Bagaimana respon aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama memecahkan permasalahan kontemporer dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kontekstual dalam pembelajaran Sejarah yang Bermakna? 3 Bagaimana respon aktivitas siswa dalam menghubungkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan kontemporer dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kontekstual dalam pembelajaran Sejarah yang

10 Bermakna? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami bentuk LKS Kontekstual yang mendukung Pembelajaran Sejarah yang bermakna 2. Mengetahui dan memahami aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama memecahkan permasalahan kontemporer dengan menggunakan LKS Kotekstual dalam pembelajaran Sejarah yang Bermakna 3. Mengetahui dan memahami aktivitas siswa dalam menghubungkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan kontemporer dengan menggunakan LKS Kontekstual dalam pembelajaran Sejarah yang Bermakna Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran sejarah. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara optimal dalam pelaksanaan proses belajar sehingga lebih bermakna. b. Bagi Guru Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan keefektifan penggunaan strategi pengajaran.

11 c. Bagi SMU Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif. d. Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran sejarah sekaligus sebagai model yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan. Selain itu memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon guru sejarah siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. 1.4 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses penelitian. Hal tersebut disebabkan karena dapat mengarahkan dan menjadi pedoman bagi peneliti dalam mencari jawaban sebuah penelitian. Untuk memudahkan seorang peneliti maka diperlukan suatu cara yang bertahap atau metode tertentu seperti yang diungkapkan oleh Winarno Surakhmad (1998:131) bahwa: Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Nana Supriatna

12 (2007:190) mengungkapkan bahwa : Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara individual ataupun kelompok terhadap masalah pembelajaran yang dihadapinya guna memecahkan masalah tersebut atau menghasilkan model dan prosedur tertentu yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar dan kultur yang berlaku di lingkungan setempat. Penelitian Tindakan Kelas dapat memberikan dukungan terhadap guru di lapangan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja pengajarannya. Selain itu juga merupakan cara yang tepat untuk mencari dan menyelesaikan masalahmasalah pengajaran yang ia hadapi. Menurut Stephen Kemmis dalam Nana Supriatna (2007:191) menyatakan: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat reflektif diri (guru) dalam berhubungan dengan kurikulum serta peran siswa di kelas dengan tujuan memecahkan masalah persoalan pembelajaran yang berhubungan dengan a). praktek pembelajaran di dalam kelas, b). pemahaman guru tentang kegiatan praktek pembelajaran, c). situasi bagaimana situasi pembelajaran itu terjadi. Didalam prosesnya, tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas memiliki model yang berbeda-beda. Model Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart. Model ini mengambarkan bahwa didalam satu siklus atau tindakan terdiri dari empat komponen. Setelah suatu siklus diimplementasikan, khususnya setelah adanya refleksi, maka dilanjutkan dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dengan bentuk siklus tersendiri (Zainal Aqib, 2007:21). Adapun keempat komponan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) 2. Aksi/tindakan (Acting) 3. Observasi (Observing) 4. Refleksi (Reflecting)

13 Metode ini dilakukan dengan mengunakan data dari sekolah yang merupakan gambaran masalah disuatu kelas. Sumber data yang akan diperoleh adalah dari guru, siswa, dokumen serta proses belajar mengajar. Jenis data yang diperoleh adalah kualitatif seperti rencana pengajaran, hasil observasi, angket, hasil wawancara serta hasil test. Data-data di atas diperoleh dengan teknik pengambilan data berupa observasi serta angket. Data tersebut kemudian dikaji dan dianalisis secara mendalam. Alasan digunakannya metode ini karena dapat mendukung upaya guru di lapangan dalam memecahkan masalah yang terjadi dan memberikan pengalaman yang nyata tentang proses pembelajaran di kelas. 1.5 Subjek Penelitian Penelitian yang akan dilakukan penulis ini dilaksanakan di salah satu SMU favourit di Bandung yaitu SMU Negeri 3 Bandung. Adapun letak sekolah tersebut berada di Jl. Belitung No.8 Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. Sasaran penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS tahun ajaran 2007/2008, yang berjumlah 17 (tujuh belas) orang dengan komposisi 9 (sembilan) orang siswa laki-laki dan 8 (delapan) orang siswa perempuan. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Bab I akan menjelaskan latar belakang pengambilan masalah serta

14 batasannya. Alasan pengambilan judul pun akan diungkapkan secara jelas. Penjelasan berikutnya mengenai tujuan, menfaat, metode, teknik penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Bab II akan menjelaskan beberapa konsep dan teori yang berhubungan dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Keaktifan belajar siswa yang berasal dari beberapa literatur. BAB III METODE PENELITIAN Bab III akan menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam penelitian ini, guna mendapatkan data serta analisis yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji. Kegiatan serta tahapan-tahapannya tentu saja disesuaikan dengan model Penelitian Tindakan Kelas yang dipilih. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV akan membahas tentang kondisi objektif secara umum lokasi serta kelas yang menjadi objek penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan temuan dilapangan dari eberapa siklus atau tindakan. Bab Pembahasan akan diakhiri dengan analisis serta kajian mendalam tentang keaktifan belajar siswa melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V akan mengungkapkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian serta sebagai inti dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya. Selain itu, penulis juga akan mengungkapkan beberapa saran serta rekomendasi agar penelitian berikutnya lebih baik dan bermanfaat lagi.