BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan, rawat jalan, dan gawat darurat. Lebih lanjut pada pasal 1 point 3 juga di sebutkan bahwa yang di maksud dengan pelayanan kesehatan secara paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009). Pemberian pelayanan secara paripurna di rumah sakit, terdapat berbagai macam resiko atau bahaya yang timbul dan dapat membahayakan keselamatan dan keamanan baik kepada pasien, keluarga pasien, staf/karyawan rumah sakit, pengunjung ataupun masyarakat sekitar. Bahaya potensial tersebut dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik, psikososial, mekanikal, elektrik, limba (Depkes 2016). sedangkan di dalam Kepmenkes No 432 Tahun 2007 di sebutkan bahaya potensial yang dimungkinkan ada di rumah sakit diantaranya adalah mikrobilogik, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia atau gas atau karsinogen, radiasi dan risiko hukum dan keamanan (Depkes, 2017) Berdasarkan adanya berbagai bahaya tersebut maka rumah sakit dalam melaksanakan aktivitas pelayanannya membutuhkan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, penyediaan fasilitas yang aman, yang mendukung keselamatan dan keamanan terhadap pasien, keluarga pasien, staf atau karyawan rumah sakit serta pengunjung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 pasal 40 ayat 1 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib di lakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali. Tujuan akreditasi rumah sakit adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi, mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan (Depkes RI 2012). Akreditasi rumah sakit juga bertujuan untuk memberikan standar-standar 1
operasional rumah sakit, fasilitas kesehatan dan pelayanan lain yang berhubungan. Akreditasi rumah sakit berkaitan dengan penilaian kepatuhan terhadap standarstandar yang mencakup seluruh fungsi dan kegiatan rumah sakit seperti sumber daya atau sarana dan prasarana, manajemen dan pelayanan medik. Dengan akreditasi diharapkan hasil pelayanan kesehatan (output) yang bermutu. Selain itu juga tujuan umum dari akreditasi adalah mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang di tentukan. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di seluruh Indonesia dilaksanakan oleh komisi akreditasi rumah sakit atau di singkat dengan KARS, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/Per/II/2011 tentang komisi akreditasi rumah sakit. Dimana KARS sendiri adalah suatu lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersipat fungsional, non struktural dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KARS versi terbaru yang menjadi acuan sekarang ini dalam akreditasi rumah sakit adalah KARS 2012 (Depkes, 2011). Berdasarkan data dari akreditasi rumah sakit KARS 2011 dalam (Dwi 2015) menemukan bahwa dari 1.378 rumah sakit yang ada di Indonesia yang baru melaksanakan akreditasi rumah sakit berjumlah 818 rumah sakit (59,4%) dan sisanya berjumlah 560 (41,6%) belum melaksanakan akreditasi rumah sakit. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa hampir sebagian dari jumlah rumah sakit yang ada di Indonesia belum terakreditasi dan mutu pelayanan rumah sakitnya tidak dapat dinilai dan dipertanggung jawabkan. Hal tersebut dapat menyebabkan pelayanan pasien yang tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, kondisi bangunan atau fasilitas yang tidak memenuhi standar yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan bagi pasien, keluarga pasien, staf karyawan rumah sakit, pengunjung maupun masyarakat sekitar. Akreditasi rumah sakit versi KARS 2012 memiliki 4 (empat) kelompok besar penilaian yaitu: (1). Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien. (2) Kelompok standar manajemen rumah sakit. (3) Sasaran keselamatan pada pasien dan (4) Sasaran menuju Milenium Develovment Goals. Penilaian akreditasi rumah sakit standar Manajemen, Fasilitas dan Keselamatan (MFK), adalah salah satu bab 2
dari kelompok standar manajemen rumah sakit, di mana salah satu poin penilaian dari MFK 2012 tersebut adalah aspek Keselamatan dan Keamanan. Tujuan utama dari standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK 2012), adalah ba hwa dalam operasionalnya pihak rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyediakan fasilitas yang aman, yang mendukung keselamatan dan keamanan terhadap pasien, keluarga pasien, staf/karyawan rumah sakit serta pengunjung. Karena itu peralatan fisik, medis ataupun peralatan lainnya harus di kelola dengan efektif sehingga bahaya dan risiko dapat di kurangi atau di kendalikan untuk mencegah kecelakaan dan cedera serta memelihara kondisi yang aman. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Konawe Utara adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Utara, dengan tipe rumah sakit kelas D, berdiri sejak tahun 2008 yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Utara Nomor 4 tahun 2008, tentang pembentukan organisasi lembaga tehnis Daerah Kabupaten Konawe Utara yakni sejak tanggal 22 oktober 2008. Kedudukan RSUD Kabupaten Konawe Utara, merupakan lembaga tehnis daerah sebagai unsur penunjang daerah yang dipimpin oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah Kabupaten Konawe Utara (Profil RSUD Kab. Konawe Utara Tahun 2015) Sejak berdirinya di tahun 2008 RSUD Kabupaten Konawe Utara belum pernah melaksanakan akreditasi rumah sakit, baik versi 2007 maupun akreditasi rumah sakit versi yang terbaru yakni KARS 2012. RSUD Kabupaten Konawe Utara adalah satu-satunya rumah sakit yang berada di Kabupaten Konawe Utara menjadi pusat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan perumah sakitan, serta menjadi pusat rujukan dari seluruh Puskesmas yang berada di wilayah kerja Kabupaten Konawe Utara. Dalam Permenkes No 012 Tahun 2012 pasal 3 (tiga) ayat 7 (tujuh) disebutkan setiap rumah sakit baru yang telah memperoleh izin operasional dan beroperasi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun wajib mengajukan akreditasi. Dengan melihat hal tersebut maka pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit, di RSUD Kabupaten Konawe Utara menjadi suatu hal yang mendesak dan wajib untuk segera dilaksanakan untuk memberikan standar-standar operasional rumah sakit, fasilitas kesehatan dan pelayanan lain yang berhubungan, meningkatkan 3
mutu pelayanan rumah sakit, menilai perkembangan dari pelayanan rumah sakit, kondisi bangunan fasilitas fisik, serta keselamatan dan keamanan di RSUD Kabupaten Konawe Utara. Dari studi pendahuluan peneliti mendapatkan data bahwa RSUD Kabupaten Konawe Utara berencana untuk melaksanakan akreditasi. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RSUD Kabupaten Konawe Utara, dengan judul penelitian, Analisis Persiapan Akreditasi Rumah Sakit pada Aspek Keselamatan dan Keamanan Sesuai Standar MFK 2012 di RSUD Kabupaten Konawe Utara. B. Rumusan masaalah RSUD Kabupaten Konawe Utara adalah salah satu rumah sakit yang belum melaksanakan akreditasi. Dalam UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, telah mengamanahkan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi, karena itu pelaksanaan akreditasi rumah sakit di RSUD Kabupaten Konawe Utara menjadi suatu kebutuhan yang harus segera di laksanakan. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit tersebut membutuhkan persiapan dari seluruh elemen yang berada di rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan permasaalahan bagaimana analisis persiapan akreditasi rumah sakit pada aspek keselamatan dan keamanan sesuai standar MFK 2012 di RSUD Kabupaten Konawe Utara? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persiapan akreditasi rumah sakit pada aspek keselamatan dan keamanan sesuai standar MFK 2012 di RSUD Kabupaten Konawe Utara. 2. Tujuan khusus a. Untuk menganalisis persiapan akreditasi rumah sakit pada program keselamatan dan keamanan di RSUD Kabupaten Konawe Utara b. Untuk menganalisis persiapan anggaran penyediaan fasilitas fisik dan sumber daya manusia di RSUD Kabupaten Konawe Utara 4
c. Untuk menganilisis persiapan pemeriksaan fasilitas fisik dan program penyediaan fasilitas fisik di RSUD Kabupaten Konawe Utara. D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk manajemen RSUD Kabupaten Konawe Utara Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan terhadap manajemen rumah sakit sehingga dapat menjadi pembelajaran mengenai bahan pertimbangan dalam persiapan akreditasi rumah sakit pada aspek keselamatan dan keamanan sesuai standar MFK 2012 di RSUD Kabupaten Konawe Utara. 2. Bagi peneliti hasil penelitian ini, membuat peneliti dapat belajar lebih banyak, mengenai persiapan akreditasi rumah sakit pada aspek keselamatan dan keamanan sesuai standar MFK 2012 3. Untuk program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat menambah wawasan pengetahuan tentang analisis persiapan akreditasi rumah sakit pada aspek keselamatan dan keamanan sesuai standar MFK 2012. E. Keaslian Penelitian 1. Novianto (2005 ) mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Unisma Malang Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian studi kasus. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan deskriftif. Pada penelitian sebelumnya juga menggunakan pedoman survei akreditasi rumah sakit tahun 2003, sedangkan pada penelitian ini menggunakan pedoman survei akreditasi rumah sakit, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tahun 2012. Selain it u perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang ini adalah pada variabel bebas dan variable terikat. 2. Ardi (2014) mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Panti Rapih Kota Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah, penelitian sebelumnya 5
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, sedangkan pada penelitian sekarang ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan deskriptif. Perbedaan selanjutnya adalah yakni pada variabel penelitian pada kedua penelitian tersebut baik variabel bebas maupun variabel terikat. 3. Utami (2010) mengenai Penilaian Pelaksanaan Program Keselamatan Kesehatan Kerja Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana untuk Persiapan Akreditasi di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah, penelitian sebelumnya dengan jenis penelitian evaluatif bersifat deskriftif, dengan rancangan penelitiannya case study dengan metode analisis kuantitatif yang di dukung dengan kualitatif. Sedangkan pada penelitian sekarang ini adalah penelitian dengan jenis kualitatif dengan rancangan deskriptif. Penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian nilai pelaksanaan program bidang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3) sedangkan pada penelitian sekarang untuk mengetahui pencapaian persiapan akreditasi rumah sakit aspek keselamatan dan keamanan. Selain hal tersebut diatas perbedaan yang paling mendasar dari kedua penelitian tersebut adalah mengenai variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Terkait dengan perbedaan-perbedaan tersebut, maka penelitian ini di anggap asli. 6