USULAN SISTEM KERJA SEBAGAI PERINGATAN DINI DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PLANT INDUSTRI SEMEN. Mohamad Taufan¹ dan Kohar Sulistiyadi¹

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

SEJARAH & PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil...

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin


Analisis Perbaikan Sistem Kerja Untuk Peningkatan Kapasitas Produksi Dilihat dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus di Perakitan Rangka Kursi Rotan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Perancangan Metode & Tempat Kerja Bagian Packaging Produk Bumbu A di PT XYZ Dengan Menerapkan Prinsip Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan bagi perusahaan atau organisasi. Sistem kerja yang lebih baik dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION

BAB II LANDASAN TEORI

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbaikan Sistem Kerja Pada Industri Rumah Tangga Sepatu Di Cibaduyut Bandung Untuk Meminimasi Beban Kerja Mental

DESAIN STASIUN KERJA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Pada Industri Kerupuk) RADHY ANGGARA K

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Transkripsi:

166 USULAN SISTEM KERJA SEBAGAI PERINGATAN DINI DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PLANT INDUSTRI SEMEN Mohamad Taufan¹ dan Kohar Sulistiyadi¹ Alumni Teknik Industri ITI, Serpong Guru Besar Prodi Teknik Industri Universitas Sahid Abstact The cement industry in overall activity involves human labor potential for accidents. Efforts to prevent the accidents of work needs to be done in the suggestions formulation proposed work as an early warning system in the prevention of occupational accidents. Identification of the need for workers to consider are: 1) The imbalance between the engine speed and the ability to work so that operators get tired faster, 2) lack of balance between workload and energy intake workers, 3) labor work movement uneconomical cause fatigue and pain in a limb, 4) environmental conditions that are not appropriate factory requirements would have a negative impact on the health and performance of the operators. Methods and principles used need to set up a working system components consisting of: 1) human beings with all the properties and limitations, 2) material, 3) Supplies and Equipment work, 4) working environment so that the achieved level of efficiency and productivity high and prevent accidents employment. The conclusions are based on studies that work accidents is a psychological fatigue caused by physical environmental factors is not supported, such as heat, a lot of dust, and the high noise, and physiological fatigue occurs due to imbalance between the engine speed with the speed of the operator's work, how to work and conditions of work stations is not ergonomic. Keywords : Ergonomics, Early Warning, Work Accident

167 Abstrak Industri semen dalam aktivitasnya secara keseluruhan melibatkan tenaga kerja manusia yang berpotensi terhadap kecelakaan kerja Upaya untuk mencegah terjadinya kecelakkan kerja perlu dilakukan perumusan saran berupa usulan sistem kerja sebagai peringatan dini dalam pencegahan kecelakaan kerja Identifikasi terhadap kebutuhan pekerja yang perlu diperhatikan adalah : 1) Ketidakseimbangan antara kecepatan mesin dan kemampuan kerja sehingga operator merasakan kelelahan lebih cepat; 2) ketidak imbangan antara energi beban kerja dan asupan makanan pekerja, 3) Gerakan kerja yang tidak ekonomis menyebabkan kelelahan dan rasa sakit/nyeri pada anggota tubuh; 4) Kondisi lingkungan pabrik yang tidak sersuai persyaratan akan berdampak negatif terhadap kesehatan maupun kinerja operator. Metode dan prinsip yang digunakan perlu mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari : 1) manusia dengan segala sifat dan keterbatasannya, 2) Bahan, 3) Perlengkapan dan Peralatan kerja, 4) Lingkungan kerja sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Simpulan berdasarkan penelitian terdapat kelelahan kerja yang merupakan kelelahan psikologis disebabkan faktor lingkungan fisik yang sangat tidak mendukung seperti panas, banyak debu, dan tingginya polusi bunyi, dan kelelahan fisiologis terjadi karena ketidakseimbangnya antara kecepatan mesin dengan kecepatan operator dalam bekerja, cara kerja dan kondisi stasiun kerja yang tidak ergonomis. Kata kunci : Ergonomi, Peringatan Dini, Kecelakaan Kerja

168 PENDAHULUAN Faktor penting dalam keberhasilan suatu sistem produksi, terdiri atas : 1) Manusia, 2) Mesin, 3) Bahan 4) Lingkungan, dan 5) Metode kerja yang digunakan. Peranan manusia sebagai perencana, pelaksana, sekaligus pengontrol dari sistem kerja menentukan keberhasilan serta kegagalan sistem produksi. Posisi manusia biasa dikesampingkan perusahaan dalam upaya meningkatkan produktivitas, sehingga pengamanan atas kecelakaan kerja sering diabaikan sehingga menimbulkan resiko kecelakaan kerja, yang berakibat kecacatan fisik. Kecelakaan kerja menjadikan legitimasi penurunan kualitas kerja, tingginya angka ketidakhadiran, dan menurunkan produktivitas. Ergonomi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari human engineering yang memanfaatkan berbagai informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam bekerja. Perbaikan secara terus menerus dilakukan berdasarkan rancangan sistem kerja yang nyaman, aman, dan kondusif. Penerapan ergonomi pada industri saat ini semakin dibutuhkan, karena mampu mengintegrasikan kebutuhan manusia dan produktivitas kerja untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Sulistyadi (2009) dalam orasi ilmiahnya menyatakan bahwa industri Semen dalam operasi kerjanya melibatkan berbagai kegiatan kerja manusia, mesin produksi dan berbagai peralatan manual yang digunakan, Pengamatan lapangan menunjukkan kondisi fisik pabrik dirasakan masih sangat riskan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, sehingga riset ini difokuskan untuk memberikan informasi peringatan dini kecelakaan yang terjadi pada manusia yang bekerja di bagian Plant Industri Semen. Beberapa kajian untuk mengetahui beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia dalam bekerja

169 seperti pengaruh yang datang dari alat dan mesin, metode kerja, atau lingkungan fisik yang berdampak kepada aspek keselamatan dan kesehatan pekerja. Penelitian difokuskan pada Bag Plant, yang memproduksi kantung semen yang berpotensi besar terhadap kecelakaaan. Bagian Plant ini memeiliki resiko tinggi akan kecelakaan kerja dengan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) Pada Bagian ini diidentifikasikan bahwa sistem kerja yang ada kurang memperhatikan aspek kebutuhan pekerja. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah : 1) Ketidakseimbangan antara kecepatan kerja mesin dan kemampuan kerja operator sehingga operator merasakan kelelahan lebih cepat; 2) Beban kerja yang besar tanpa diiringi oleh support energi yang baik, dapat menyebabkan kondisi fisik tubuh menurun dan beresiko tinggi terhadap kecelakaan kerja; 3) Gerakan kerja yang tidak ekonomis dan bentuk stasiun kerja setempat yang tidak memperhatikan bentuk fisik tubuh operator menyebabkan rasa sakit/nyeri pada anggota tubuh; 4) Kondisi lingkungan pabrik yang panas, bising, dan berdebu akan berdampak negatif terhadap kesehatan maupun kinerja operator. Sutalaksana et.al (1979) Teknik Tata Cara Kerja (Methods Engineering) adalah suatu ilmu yang terdiri dari beberapa teknik dan prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Teknik dan prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari : 1) manusia dengan segala sifat dan keterbatasannya, 2) Bahan, 3) Perlengkapan dan Peralatan kerja, 4) Lingkungan kerja sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi. Secara rinci ditunjukkan pada Gambar 1. Teknik Tata Cara Kerja Pekerja Bahan Mesin/peralatan Sistem Kerja Beberapa Alternatif Alternatif Terbaik Sistem Gambar 1. Bagan Keseluruhan Teknik Tata Cara Kerja

170 Pada teknik tata cara kerja pengertian efisiensi diterapkan dalam bentuk penghematan masukan untuk mendapatkan hasil (performance) yang maksimal. Masukan tersebut dapat dinyatakan dengan : 1) Waktu yang digunakan, 2) Tenaga yang dikeluarkan, 3) Akibat psikologis yang ditimbulkan, dan 4) Akibat sosiologis dari pekerjaan yang bersangkutan. Ruang lingkup ilmu teknik tata cara kerja lebih lanjut dibagi ke dalam dua bagian, yaitu : (1) Pengaturan kerja dan (2) Pengukuran kerja. Wignjosoebroto (1995) mengarahkan pengaturan kerja untuk mendapatkan alternatif terbaik dari beberapa alternatif dalam memperbaiki sistem kerja, melalui : 1) Ergonomi, 2) Studi gerakan, dan 3) Ekonomi gerakan. Teknik pengukuran kerja menggunakan empat kriteria sebagai alat ukur, yaitu : (1) Waktu,, (2) Tenaga, (3) Psikologis, dan (4) Sosiologis. Sulistyadi., dan Susanty, (2003), menyampaikan bahwa teknik ini telah dikembangkan secara multidisiplin, dengan menggunakan dan memadukan berbagai ilmu seperti : 1) Statistik, 2) Fisiologi, 3) Psikologi, 4) Sosiologi, dan. 5) Kedokteran. Pengaturan dan pengukuran kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk medapatkan suatu sistem kerja yang terbaik. Manusia dan Pekerjaannya Keberhasilan Operator dalam bekerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : 1)kelompok faktor diri (individual), dan 2)kelompok faktor situasional. Kelompok faktor yang datang dari diri pekerja itu sendiri, seperti : pendidikan dan pengalaman merupakan faktor yang dapat merubah diri seseorang berdasarkan proses penalaran yang dapat diterima. Kelompok faktor situasional terbagi ke dalam dua sub kelompok yaitu terdiri dari faktor sosial keorganisasiannya, dan faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.

171 Ergonomi Dalam perkembangan selanjutnya ergonomi merupakan suatu istilah yang dikenal dengan Human engineering atau Human factors. Ergonomi digunakan untuk menggambarkan suatu rancangan yang sesuai dengan yang diharapkan manusia atau manusia dapat menggunakan rancangan secara efektif sesuai kebutuhannya. Sulistyadi., dan Susanty, (2003), menyampaikan peran ergonomi dalam peringatan dini atas pencegahan kecelakaan kerja ditekankan pada empat bidang, yaitu : 1) Penyelidikan display, 2) Penyelidikan dimensi tubuh manusia, 3) Penyelidikan kekuatan manusia dalam bekerja, dan 4) Penyelidikan terhadap lingkungan kerja. a) Display Display adalah bagian dari lingkungan yang memberikan informasi kepada pekerja untuk memudahkan pekerjaannya. Informasi yang dimaksud adalah informasi dalam arti luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung ataupun tak langsung. Informasi ini bisa berbentuk energi, seperti : 1) Panas, 2) Suara, 3) Cahaya, 4) Tekanan, 5) Gelombang dan lain-lain yang direperesentasikan dalam bentuk panel peralatan, monitor dll. b) Antropometri Antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Antropometri berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Sulistyadi. dan Susanty (2006) menjelaskan bahwa penerapan antropometri secara luas dapat digunakan untuk : 1) Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain), 2) Perancangan peralatan kerja dan fasilitas, 3) Perancangan produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dan lain-lain),

172 serta 4) Perancangan lingkungan kerja fisik. Faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia adalah: 1) Umur, 2) Jenis kelamin, 3) Jenis pekerjaan, dan 4) Suku/ bangsa. c) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolak Ukur Perbaikan Kerja Studi ergonomi bertujuan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar bisa memberikan peningkatan efektivitas dan efisiensi, kenyamanan, dan keamanan pekerja. Pengukuran energi merupakan salah satu tolok ukur yang dipakai untuk mengevaluasi keseimbangan energi kebutuhan fisik dan pengeluaran tenaga dalam bekerja. Beratnya pekerjaan seseorang bisa ditentukan berdasarkan gejala perubahan yang dapat diukur melalui pengukuran anggota tubuh, seperti : 1) Laju detak jantung, 2) Tekanan darah, 3) Temperatur badan, 4) Laju pengeluaran keringat, 5) Konsumsi oksigen yang dihirup, dan 6) Kandungan kimiawi dalam darah. Pengukuran laju detak jantung merupakan pengukuran yang paling sering digunakan mengingat kemudahannya. Pengukuran energi selain untuk perancangan tata cara kerja juga dapat digunakan untuk : 1) Peningkatan keselamatan kerja, 2) Pengaturan jadual periode istirahat, 3) Spesifikasi jabatan dan seleksi personil, 4) Evaluasi jabatan, 5) Perancangan faktor lingkungan kerja. Kelelahan akibat kerja selalu diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, kemampuan kerja, dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik. Beberapa jenis kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang berbeda seperti : 1) Lelah otot, terlihat dari munculnya gejala sakit pada saat otot menerima beban berat, 2) Lelah visual, diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ mata yang terkonsentrasi terus menerus pada obyek atau layar monitor, 3) Lelah mental atau lelah otak, kelelahan yang muncul karena aktivitas kerja mental (psikologis), dan 4) Lelah monotonis, disebabkan

173 oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang menjemukan. Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress). Untuk menghindari itu diperlukan adanya keseimbangan antara masukan dengan jumlah keluaran yang bisa diperoleh melalui istirahat. Istirahat memberi kesempatan tubuh untuk lepas dari beban yang menghimpitnya. d) Kondisi Lingkungan Fisik Kerja yang Mempengaruhi Aktifitas Kerja Manusia Lingkungan fisik adalah salah satu faktor yang datang dari luar diri manusia yang mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Beberapa kondisi fisik lingkungan yang mempengaruhi kerja manusia, yaitu : Temperatur, Kelembaban, Siklus udara, pencahayaan, kebisingan., bau-bauan, getaran mekanis dan warna Klasifikasi Postur Tubuh dalam Bekerja Berdasarkan Metode OWAS Pemikiran tentang kepentingan postur tubuh sehubungan dengan kegiatan penanganan material sudah disadari sejak dini. Sebuah prosedur mengenai kualitas postur dibahas dalam OVAKO Work Analysis System, OWAS (1992). Prosedur ini mudah untuk dipahami dan dapat digunakan secara luas baik dari kegiatan kerja yang menggunakan tenaga ringan sampai berat. Postur tubuh dianalisa dan kemudian diberi nilai untuk diklasifikasikan. OWAS bertujuan untuk mengidentifikasi pekerjaan bagaimanakah yang bisa mendatangkan bahaya. Metoda OWAS memiliki penilaian terhadap beberapa poin yaitu : 1) Punggung, 2) Lengan, 3) Kaki, 4) Beban Kerja, dan 5) Fasa Kerja.

174 Peta Kerja Untuk Menganalisa Aktifitas Peta kerja merupakan alat yang sistematis dan jelas untuk menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Beberapa informasi yang akan didapat melalui peta-peta kerja adalah : 1) Deskripsi benda kerja berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi ukuran pekerjaan, 2)Berbagai macam proses yang dilakukan, 3) Jenis dan spesifikasi mesin atau peralatan, 4) Waktu operasi untuk setiap proses; 5) Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lain yang digunakan. Keuntungan yang didapat dari peta-peta kerja adalah: 1) Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien, 2) Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja, 3) Mengurangi waktu-waktu yang tidak produktif (delay), 4) Mengatur langkah-langkah operasi kerja yang lebih efektif dan efisien, 5) Penggabungan beberapa operasi kerja bila memungkinkan, 6) Mengetahui mesin atau failitas produksi yang mampu bekerja lebih produktif, 7) Menunjukkan aktivitas inspeksi yang berlebihan. Jenis peta kerja ada 2, yaitu : 1) Peta kerja keseluruhan, dan 2) Peta kerja setempat. Peta kerja keseluruhan digunakan apabila pekerjaan yang dilakukan melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan produk yang dimaksudkan. Sedangkan peta kerja setempat digunakan apabila kegiatan tersebut terjadi dalam satu stasiun kerja. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data a) Uji Keseragaman Data Uji keseragaman merupakan suatu perlakuan terhadap data sehingga didapatkan kumpulan data yang seragam. Uji keseragaman perlu dilakukan karena data pada sistem kerja akan selalu mengalami perubahan, perubahan tersebut masih dapat diterima asal berada dalam batas kewajaran.

175 b) Uji Kecukupan Data Uji kecukupan untuk mengetahui apakah data yang telah dilakukan uji keseragaman jumlahnya telah mencukupi atau mewakili dari sistem yang sebenarnya. Untuk itu perlu diggunakan tingkat ketelitian 10 % dan tingkat keyakinan 95 %. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum yang dibolehkan dari nilai rata-rata, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan peneliti bahwa hasil yang diperoleh memenuhi tingkat ketelitian tersebut. Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran a) Faktor Penyesuaian Pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator dalam bekerja. Kewajaran yang dimaksud berhubungan dengan kecepatan kerjanya. Ketidakwajaran dapat terjadi karena berbagai hal, seperti bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan karena kondisi ruangan yang buruk. Beberapa kejadian tersebut bisa berpengaruh terhadap kecepatan kerja sehingga menjadi cepat atau terlalu lama waktu penyelesaiannya. Ada beberapa macam cara penyesuaian, yaitu : 1) Persentase, 2) Shumard, 3) Westinghouse, dan 4) Obyektif. Pada penelitian ini penghitungan waktu menggunakan faktor penyesuaian cara Westinghouse. b) Faktor Kelonggaran Setelah data seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian telah dilakukan maka selanjutnya perlu ditambahkan kelonggaran. Kelonggaran berfungsi untuk 3 hal, yaitu: 1) Kebutuhan pribadi, 2) Menghilangkan rasa fatique (lelah), dan 3) Hambatan tak terhindarkan. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja berguna untuk mengetahui waktu penyelesaian dari suatu pekerjaan. Pengukuran kerja dibagi ke dalam

176 dua kelompok, yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung (sintesa). Pada pengukuran langsung pengukur harus berada di tempat yang akan diamati, sedangkan secara tidak langsung peneliti dapat mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan tanpa harus berada di tempat pengamatan tetapi melalui data waktu baku dan data gerakan. METODE Langkah Pemecahan masalah pada peringatan dini kecelakaan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu 1) identifikasi lingkungan fisik bekerja, Pengamatan stasiun kerja setempat, Perancangan keseimbangan kerja sistem manusia mesin, Pengukuran denyut jantung, Penjadualan waktu istirahat, dan evaluasi konsumsi energi operator. Data Lingkungan Fisik Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya apabila ditunjang oleh kondisi lingkungan yang baik. Kondisi lingkungan dikatakan baik apabila manusia mampu melaksanakan kegiatannya dengan optimal, produktif, aman, nyaman dan selamat. Keadaan lingkungan yang kurang baik secara psikologis dapat membuat tenaga mudah lelah dan waktu penuyelesaian kerja menjadi lama sehingga tidak mendukung rancangan sistem kerja yang efisien dan efektif. Berdasarkan data lingkungan yang didapat dari pengamatan diketahui bahwa pengaruh lingkungan fisik terhadap operator dirasakan cukup besar, seperti: 1) Panas suhu udara (28-32 0 C), 2) Tingkat kebisingan yang tinggi berasal dari mesin Tubing 645 dan mesin Bottomer 712 B, 3)adanya polusi debu yang dirasakan cukup berbahaya. Data Stasiun Kerja Setempat Data yang diambil adalah ukuran fisik (dimensi) dari bagian mesin yang berhubungan dengan operator dalam bekerja. Selain itu juga diukur dimensi dari meja dan

177 kursi kerja jika operator memang menggunakannya. Mesin yang diukur adalah mesin Bottomer 712 B dan Tubing 645, karena hanya kedua mesin yang digunakan dalam proses pembuatan kantung semen saat ini. Pengambilan dimensi mesin, meja, dan kursi kerja untuk mengetahui apakah telah sesuai dengan dimensi tubuh operator, sehingga dapat dirancang kondisi tempat kerja yang ergonomis. Metode OWAS menunjukkan bahwa kondisi postur tubuh operator pada saat bekerja perlu adanya perbaikan. Untuk itu stasiun kerja setempat yang lama akan diperbaharui dengan melakukan beberapa perubahan yang dapat mendukung perbaikan kondisi kerja operator. Hasil pengukuran terhadap meja dan kursi kerja yang lama dapat diketahui bahwa sarana tersebut tidak mampu memberikan kenyamanan yang maksimum kepada operator. Oleh karena itu telah dirancang meja dan kursi kerja ergonomis dengan menggunakan data antropometri. Rancangan yang baru ini diharapkan dapat menunjang kerja operator menjadi baik. Meja dan kursi kerja baru akan dipergunakan oleh operator mesin Bottomer bagian akhir, sedangkan operator Bottomer bagian awal dan Tubing bagian akhir hanya menggunakan kursi kerjanya. Kursi ini akan digunakan untuk beristirahat sebentar apabila operator merasa lelah. Cara kerja operator pada sistem kerja yang lama, dirasakan adanya cara kerja yang tidak ergonomis. Hal ini terlihat dari meja dan kursi kerja, serta posisi mesin yang tidak sesuai dengan dimensi tubuh manusia. Di samping itu diketahui bahwa operator sering mengalami sakit pada pinggangnya. Hal ini terjadi karena operator harus memindahkan tumpukan kantung semen dari meja ke palet yang diletakan di atas lantai, atau sebaliknya. Pekerjaan ini dilakukan terus menerus tanpa memperhatikan akibatnya.

178 Untuk alat bantu telah dirancang suatu meja per, yaitu suatu meja yang digunakan untuk meletakkan kantung semen. Meja ini menggunakan per pada setiap tiangnya untuk memberikan posisi pemindahan kantung semen yang optimal. Meja per ini digunakan oleh operator mesin Tubing bagian akhir dan mesin Bottomer bagian awal dan akhir. Keseimbangan Kerja Mesin dan Operator Waktu kerja operator diperlukan untuk mengetahui konsistensi dalam bekerja serta faktor apa saja yang berpengaruh. Data ini diambil sebanyak 40 data kemudian dilakukan uji keseragaman dan kecukupan. Berdasarkan hasil perhitungan waktu kerja operator didapati ketidakseimbangan antara kecepatan mesin dengan kecepatan operator. Pada mesin Tubing 645 diketahui bahwa operator masih bisa mengikuti kecepatan mesin dalam berproduksi, tetapi untuk operator mesin Bottomer 712 B terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan operator untuk bekerja dengan baik memindahkan kantung semen membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada waktu produksi mesin. Operator akan cepat merasa lelah bekerja dengan cepat mengikuti mesin. Untuk itu perlu pengaturan ulang terhadap kecepatan mesin Bottomer 712 B dari 170 kantung semen/menit menjadi 100 kantung semen/menit, atau sekitar 20 kantung semen /8 detik. Waktu Siklus menunjukkan waktu kerja aktual yang terjadi di lapangan. dimana operator bekerja mengikuti kecepatan mesin tanpa memperhatikan keterbatasan dirinya. Penambahan faktor penyesuaian dan kelonggaran menghasilkan data kecepatan operator yang optimal dibutuhkan operator yang bekerja dalam keadaan nyaman, aman dan produktif. Pengukuran Denyut Jantung Pengukuran denyut jantung tidak dilakukan pada semua bagian pekerjaan pada Bag Plant. Pengukuran ini dilakukan pada operator mesin Tubing 645 untuk

179 bagian awal dan operator mesin Bottomer 712 B untuk bagian awal dan akhir. Operator yang memindahkan kantung semen dari mesin ke palet atau sebaliknya memindahkan kantung semen dari palet ke mesin dilakukan tanpa alat bantu (manual). Pengukuran denyut jantung dilakukan untuk mengetahui beban kerja yang diterima oleh operator, apakah beban tersebut sudah sesuai dengan kemampuannya atau melewati batas kemampuan. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa denyut jantung setiap orang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, postur tubuh, beban kerja, lamanya waktu kerja, dan pengaruh lingkungan. Denyut jantung operator pada pagi hari rata-rata lebih kecil dibandingkan pada saat siang atau sore hari, ini menunjukkan denyut jantung operator dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Tingginya suhu tempat kerja pada siang dan sore hari sekitar 28 0-32 0 Celsius. Denyut jantung operator juga dipengaruhi oleh cara kerja dan jenis pekerjaannya dibuktikan pada operator 1 mesin Bottomer 712B (Suyati) yang bekerja dalam keadaan duduk dan menggunakan meja kerja, denyut jantungnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan operator lain yang bekerja dalam keadaan berdiri terus menerus. Pengaturan Waktu Istirahat Tambahan Melalui denyut jantung juga dapat diketahui lamanya waktu istirahat yang dibutuhkan oleh operator. Berdasarkan perhitungan, didapat bahwa semua operator pada saat pagi hari (08.00-11.30 WIBB) belum membutuhkan istirahat tambahan. Istirahat tambahan baru diperlukan pada saat siang dan sore hari, yaitu sekitar pukul 11.30-16.30 WIBB. Lama istirahat tambahan yang dibutuhkan adalah antara 3 sampai dengan 10 menit untuk setiap jamnya. Kebutuhan operator akan waktu istirahat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1)

180 Tidak mendukungnya kondisi kerja operator sehingga operator cepat merasa lelah, 2) Panas suhu ruangan antara 28 0-32 0 Celsius pada siang dan sore hari menyebabkan operator tidak konsentrasi dan menimbulkan kelelahan psikologis, 3)tidak mencukupinya kandungan energi dari makanan yang diterima operator pada saat makan siang. Operator mesin Tubing 645 bagian akhir terdiri dari dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, kedua operator ini tidak perlu diberikan istirahat tambahan. Pergantian kerja yang teratur dapat mengurangi kebutuhan istirahat ini. Sebaiknya operator bergantian setiap 15 menit, sehingga tidak terlalu lelah dan tidak menyebabkan terjadinya waktu menganggur yang lama akibat istirahat. Kondisi yang sama terjadi pada operator Bottomer 712 B bagian akhir yang terdiri dari 4 orang yang melakukan 2 jenis pekerjaan yang sama. Dua orang melakukan seleksi terhadap setiap kantung semen yang ke luar dari mesin, dan dua orang lagi mengangkat kantung semen dari meja kerja ke palet. Pengaturan pergantian kerja yang baik dapat menghilangkan penambahan waktu istirahat. Untuk operator mesin Bottomer 712 B bagian awal membutuhkan seorang operator tambahan untuk menggantikan operator yang bertugas memindahkan kantung semen dari palet ke meja kerja, ataupun untuk menggantikan operator yang bekerja memindahkan kantung semen dari meja kerja ke mesin Bottomer Konsumsi Energi Data makanan digunakan untuk mengetahui kandungan gizi yang ada dalam makanan tersebut. Makanan yang dimakan operator diambil contoh makanan yang diberikan perusahaan selama 1 minggu dan kemudian dihitung nilai gizinya. Perbandingan konsumsi energi pada saat sebelum bekerja, lebih kecil dari pada keadaan sedang atau setelah melakukan pekerjaan. Ketidakberimbang antara tenaga yang dikeluarkan dengan energi yang

181 diterima menunjukkan operator kekurangan energi jika dibiarkan dalam jangka lama Operator kerja dapat mengalami kecelakaan karena kelelahan, tidak dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan, stamina turun dan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Keadaan ini jika dibiarkan dapat menimbulkan resiko kecelakaan pada operator. Kelelahan operator dapat diketahui dari kencangnya denyut jantung, sehingga konsumsi yang dibutuhkan besar. Kejadian ini dapat diamati terutama pada saat siang hari atau sore hari, dimana pekerja cepat lelah dan sering istirahat. Istirahat dibutuhkan untuk menghilangkan rasa lelah setelah bekerja. Berdasarkan perhitungan didapatkan pasokan makanan yang diberikan tidak mampu mencukupi kebutuhan energi tenaga yang dikeluarkan.. Kebutuhan makanan sebagai sumber tenaga dalam bekerja harus dipenuhi, karena dapat menjadikan awal dari kecelakaan kerja SIMPULAN Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik simpulan sebagai peringatan dini terhadap kecelakaan kerja, yaitu : 1) Kelelahan yang terjadi pada Bag Plant merupakan kelelahan psikologis dan fisiologis. a) Kelelahan psikologis muncul akibat faktor lingkungan fisik yang sangat tidak mendukung seperti panas, banyak debu, dan tingginya polusi bunyi. b) kelelahan fisiologis terjadi karena ketidakseimbangan antara kecepatan mesin dengan kecepatan operator dalam bekerja, serta cara kerja dan kondisi stasiun kerja yang tidak ergonomis. 2) Perumusan saran perbaikan lingkungan kerja diantaranya mengatur suhu

182 ruangan, sirkulasi udara, mengurangi kebisingan, mengatur pembuangan debu serta menjadwalkan kesesuaian istirahat kerja dengan beban kerja serta mengatur jumlah energi asupan makanan sesuai kebutuhan kerja DAFTAR RUJUKAN Sulistyadi. K, dan S. L. Susanty, 2003, Analisa Perancangan Kerja, DP2M DIKTI, Jakarta Sulistyadi. K, dan S. L. Susanty, 2006, Rancangan Kursi dan Meja Operator Garment Wanita Yang Ergonomis, Seminar Nasional Ergonomi dan K3, ITS, Surabaya. Sulistyadi. K, 2009, Perencanaan Proses Produksi Dalam Menghadapi Kelangkaan Sumberdaya Pada Manajemen Industri, Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar TI Usahid Jakarta Sutalaksana, I.Z; Ruhana Anggawisastra; Jan H. Tjakraatmadja, 1979, Teknik Tata Cara Kerja; Bandung, Dept. Teknik Industri ITB Wignjosoebroto, Sritomo, 1995.; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Jakarta, Penerbit Guna Widya.