JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

JURNAL OLEH : IKA SAPUTRI DEWI AGRIBISNIS

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

PENDAHULUAN Latar Belakang

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y*

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN NON BERAS DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Habitat Volume XXV, No. 1, Bulan April 2014 ISSN:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Retno Ediwiyati 1, Djoko Koestiono 1, Budi Setiawan 1 1 Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Jl.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

ANALISIS KONSUMSI PANGAN KOTA PONTIANAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI KARET DI DESA PULAU JAMBU KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

SOCIAL-ECONOMIC FACTORS EFFECTING THE DIVERSITY OF DIETARY CONSUMPTION IN THE SELF SUFFICIENT DIETARY VILLAGE OF KUBU RAYA DISTRICT

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN OPERASIONAL KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

ABSTRACT

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 17. (1) 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Oleh FEBRlYANTl A

Oleh FEBRlYANTl A

ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

Kata kunci: kualitas sumberdaya manusia, skor PPH, ketahanan pangan, kedaulatan pangan

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN KLATEN

KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PADA RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola diet di negara maju dan berkembang (The State of Food and

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

III. METODE PENELITIAN

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

Transkripsi:

POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung Regency) Nadia Ariandika Arlin, Bustanul Arifin, Ani Suryani Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp. 081377637304, e-mail: nadiariandika@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the household of farmers' level of poverty, the food consumption pattern of farmer s household according to the score of Desirable Dietary Pattern (DDP), and the factors that affect the score of DDP of the farmers' household in Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung Regency. The research was conducted in Ruguk Village, Ketapang Sub District of South Lampung Regency. Sixty seven respondents were obtained by simple random sampling method. In this study, to determine food consumption pattern used a score of Desirable Dietary Pattern (DDP) in farmers' household and to know the factors that affect the score of DDP used multiple linear regression analysis. The food consumptin pattern of farmers' household in Ruguk Village, South Lampung with score size of Desirable Dietary Patternwas good enough (88,5) and still under the recommended score of Desirable Dietary Pattern (DDP) and the variables that significantly affected PPH farmers' household were expenditure and the number of members of family. Key words: poverty, food consumption patterns, desirable dietary pattern PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara seseorang atau kelompok memilih dan mengonsumsi pangan sebagai tanggapan terhadap faktor fisiologi, psikologi, sosial, dan budaya. Pola makan adalah susunan beragam pangan dan hasil olahannya yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam jumlah, jenis, frekuensi, dan sumber bahan makanan (Khomsan, 005). Kabupaten Lampung Selatan adalah kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Keadaan ini bertolak belakang dengan kenyataan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten yang menjadi sentra komoditas jagung tertinggi di Provinsi Lampung. Selain itu, petani juga dihadapkan pada keterbatasan kepemilikan berbagai sumber daya, seperti sumber daya alam (tanah, lahan, air, dan lain-lain), sumber daya manusia (pendidikan, keterampilan), dan sumber daya ekonomi (pendapatan, modal, dan lain-lain). Kecamatan Ketapang memiliki luas panen jagung sebesar 16.45 ha terbesar dibanding kecamatan lainnya di Kabupaten Lampung Selatan dan produksi jagung sebesar 83.197 ton di Kabupaten Lampung Selatan (BPS Provinsi Lampung 014). Menurut Suyastiri (008), tingkat sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi kuantitas dan kualitas (mutu) pangan yang dikonsumi. Pendapatan rumah tangga merupakan indikator utama yang menentukan pola konsumsi pangan dan diversifikasi pangan. Konsumsi pangan pokok berbeda antar rumah tangga tergantung tinggi rendahnya tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga umumnya konsumsi akan semakin meningkat akan tetapi besarnya peningkatan pendapatan tidak selalu sama dengan peningkatan konsumsi. Menurut Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Selatan (013), konsumsi pangan di Kabupaten Lampung Selatan masih didominasi oleh besarnya konsumsi padi-padian terutama beras, disusul kemudian konsumsi pangan hewani dan kacang-kacangan. Angka Kecukupan Energi (AKE) aktual di Kabupaten Lampung Selatan ratarata sebesar.08,5 kkal/kap/hari dan angka kecukupan protein aktual 5,9 gram/kap/hari. Masalah kemiskinan dan masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor ekonomi 06

saja yang berperan, tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan. Masalah gizi merupakan masalah yang paling penting dalam kesehatan masyarakat. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan pada rumah tangga petani menurut skor PPH di Desa Ruguk dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi skor PPH pada rumah tangga petani di Desa Ruguk. METODE PENELITIAN Menurut Mardikanto (011), metode survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani, sedangkan responden dalam penelitian ini yakni kepala keluarga dan istri. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dengan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dalam buku Sugiarto (003). Di Desa Ruguk terdapat 55 rumah tangga petani, sehingga sampel rumah tangga petani yang diteliti sebesar : 55.(1,96).(0,05).. (1) 55.(0,05) (1,96).(0,05) n n = 66,99 n = 67 responden Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus, maka diperoleh jumlah sampel di daerah penelitian sebanyak 67 rumah tangga. Rumah tangga di Desa Ruguk terdiri dari petani jagung dan padi. Pada penelitian ini untuk menghitung skor PPH digunakan tabel skor PPH. PPH yang disusun telah ditetapkan nilai bobot masing-masing golongan pangan. Nilai bobot tersebut dipergunakan untuk menentukan skor masingmasing golongan pangan dengan mengalikannya dengan persen konstribusi dari golongan pangan yang bersangkutan. Sebagai contoh untuk padipadian konstribusi dari padi-padian 50 persen, sedangkan nilai bobot untuk padi-padian 0,5 maka skor untuk golongan pangan padi-padian 5. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi skor PPH digunakan analisis regresi linier berganda. Komposisi PPH sebagai instrumen acuan konsumsi pangan dapat dilihat pada Tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Tangga Petani Menurut Mantra (004), sebaran umur petani berdasarkan umur produktif secara ekonomi dapat dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu kelompok umur 0-14 tahun merupakan kelompok usia belum produktif secara ekonomi, kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif, dan kelompok umur diatas 65 tahun merupakan kelompok usia tidak lagi produktif. Umur petani dan istri petani dalam penelitian ini berkisar antara 7 hingga 65 tahun. Mayoritas kepala keluarga berada pada golongan umur 40-50 tahun yaitu sebanyak 30 jiwa (44,78%), sedangkan istri terbanyak pada golongan umur 37-48 tahun yaitu sebanyak 3 jiwa (47,76%). Tabel 1. Komposisi PPH sebagai instrumen acuan konsumsi pangan Golongan Pangan Konsumsi Tahun 013 Gram Energi % AKG Bobot Skor PPH *) Padi-padian 75,00 1000,00 50,00 0,50 5,00 Umbi-umbian 100,00 10,00 6,00 0,50,50 Pangan hewani 150,00 40,00 1,00,00 4,00 Minyak dan lemak 0,00 00,00 10,00 0,50 5,00 Buah/biji berminyak 10,00 60,00 3,00 0,50 1,00 Kacang-kacangan 35,00 100,00 5,00,00 10,00 Gula 30,00 100,00 5,00 0,50,50 Sayur dan buah 50,00 10,00 6,00 5,00 30,00 Lain-lain 60,00 3,00 0,00 0,00 Total 000,00 100,00 Skor PPH 100 Sumber: Indriani, 015 07

Sebagian besar petani di Desa Ruguk memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 38 orang (56,70%). Rata-rata jumlah tanggungan rumah tanggapetani di Desa Ruguk yaitu antara empat sampai lima orang (40,3%). Dalam hal pengalaman berusaha tani, petani di Desa Ruguk memiliki pengalaman berusaha tani terendah adalah lima tahun, sedangkan yang tertinggi adalah tiga puluh delapan tahun. Hal ini berarti bahwa petani di Desa Ruguk sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik dalam melakukan kegiatan usahatani. Petani di Desa Ruguk juga memiliki pekerjaan sampingan yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, diantaranya penyewaan traktor, buruh tani, peternak, dagang, dan kernet angkutan umum. Pola Konsumsi Pangan Konsumsi, AKE dan TKE Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 01 menetapkan standar kecukupan energi dan protein sebesar.150 kkal per kapita per haridan 57 gram per kapita per hari. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata konsumsi energi rumah tangga petani di Desa Ruguk sebesar 9.775,13 kkal per rumah tangga per hari dan rata-rata konsumsi protein sebesar 1,4 gram. Hasil perhitungan AKG pada protein diperoleh nilai 4,4 gram dan pada energi sebesar 9.19,14 kkal. Tingkat Kecukupan Energi (TKE) sebesar 111,86 persen dan protein sebesar 98,67 persen. Dalam hal ini TKE lebih dari 100 persen, yang artinya TKE rumah tangga petani dalam kategori baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indriani (011), TKE rumah tangga berada pada kriteria baik yaitu sebesar 81,36 persen. Pola Konsumsi Pangan dalam Skor PPH Pola Pangan Harapan adalah susunan jumlah pangan menurut sembilan golongan pangan yang didasarkan pada konstribusi energi yang memenuhi kebutuhan gizi secara kualitas, kuantitas maupun keragaman dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, dan cita rasa. Berdasarkan pada Tabel (terlampir) hasil penelitian skor PPH yang diperoleh pada rumah tangga petani di Desa Ruguk sebesar 88,5. Untuk menuju kepada skor PPH yang ideal terdapat beberapa jenis golongan pangan yang harus diperhatikan. Golongan pangan yang memiliki skor dibawah standar yakni umbi-umbian, minyak dan lemak, buah atau biji berminyak, kacangkacangan, gula, serta sayur dan buah. Golongan pangan padi-padian telah melebihi standar PPH yang artinya konsumsi padi-padian perlu dikurangi dan konsumsi pangan lainnya perlu ditingkatkan Untuk mendapatkan skor PPH yang lebih baik atau ideal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh rumah tangga petani, salah satunya dengan memperbaiki pola konsumsinya. Konsumsi pangan rumah tangga petani di Desa Ruguk mayoritas mengonsumsi jenis padi-padian dibandingkan jenis pangan lainnya. Oleh karena itu dianjurkan rumah tangga petani di Desa Ruguk meningkatkan konsumsi jenis pangan seperti umbi-umbian, minyak dan lemak serta sayur dan buah. Konsep ketahanan pangan bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan itu sendiri yakni Tingkat Kesejahteraan Manusia. Maka tidak mengherankan jika sasaran pertama dari Millenium Development Goals ( MDGs ) bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Skor PPH Faktor-faktor yang mempengaruhi skor PPH rumah tangga petani dianalisis dengan analisis regresi linier berganda. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap skor PPH pada penelitian ini adalah variabel pengeluaran (X1), jumlah anggota rumah tangga petani (X), usia suami (X3), usia istri (X4), pendidikan suami (X5), dan pendidikan istri (X6). Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, nilai adjusted R sebesar 0,6. Hal ini berarti variabel skor PPH sebesar 6 persen dijelaskan oleh variasi dari ke enam variabel pengeluaran, jumlah tanggungan rumah tangga, usia suami, usia istri, pendidikan suami dan pendidikan istri, sedangkan sisanya 38 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai uji F yang diperoleh dari analisis regresi linier berganda adalah 1,999 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Hasil uji F tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel pengeluaran (X1), jumlah anggota rumah tangga (X), usia suami (X3), usia istri (X4), pendidikan suami (X5), pendidikan istri (X6) berpengaruh nyata terhadap skor PPH dengan taraf kepercayaan sebesar 99 persen. Hasil perhitungan faktor-faktor yang mempengaruhi skor PPH dapat dilihat pada Tabel 3 (terlampir). 08

Hasil uji masing-masing variabel atau uji t diperoleh hasil bahwa tidak semua variabel terhadap skor PPH. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap skor PPH yaitu variabel pengeluaran dan jumlah anggota rumah tangga dengan taraf kepercayaan 99 persen. Hal inisejalan dengan penelitian yang dilakuan Meliala (014), hasil penelitian didapat bahwa variabel pengeluaran baik pengeluaran pangan maupun nonpangam per kapita per bulan mempengaruhi keragaman konsumsi pangan. Banyaknya anggota rumah tangga mempengaruhi skor PPH karena semakin banyak jumlah anggota rumah tangga semakin beragam menu makanan yang disediakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Desfaryani (014), yang menyatakan bahwa jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan pada rumah tangga petani di Desa Ruguk dengan ukuran skor PPH menunjukkan skor PPH sebesar 88,5. Pengeluaran dan jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata terhadap PPH rumah tangga petani. DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Selatan. 013. Analisis Situasi Pola Konsumsi Pangan Provinsi Lampung Tahun Anggaran 013. BKP Provinsi Lampung. Lampung. BPS [Badan Pusat Statistik] Provinsi Lampung.014. Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka 014. BPS Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. Indriani Y. 015. Gizi dan Pangan. CV. AURA. Bandar Lampung.. 011. Ketahanan Pangan dan Konsumsi Gizi Keluarga Petani Padi Penerima Dana Bantuan Langsung Masyarakat Bergulir (blmb). Jurnal Sosio Ekonomika 15 (01). 60-71. http://journal. unila.ac.id/index.php/sosioekonomika/article/ view/478. [5 Januari 017]. Khomsan A. 005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI). 01. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta. Madiana. 014. Pendapatan dan kesejahteraan petani karet rakyat di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way Kanan. Jurnal Ilmi-Ilmu Agribisnis (3). 51-60. http://jurnal.fp. unila.ac.id/index.php/jia/article/view/806/73 6. [1Desember 016]. Mantra. 004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Mardikanto T. 011. Metode Penelitian dan Evaluasi Agribisnis. Surakarta. Sugiarto. 003. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suyastiri M. 008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Bernasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Pedesaan Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan 13(01). 51-60. http://journal.uii.ac.id/index.php/jep/article/vi ew/50. [10 Desember 016]. Tabel. Perhitungan skor PPH rumah tangga petani, tahun 016 Konsumsi Golongan Pangan Bobot % AKE x Energi % AKE Standar PPH Skor PPH bobot Padi-padian 9.10,8 75,80 0,50 37,90 5,00 5,00 Umbi-umbian 1,04,4 0,50 1,1,50 1,1 Pangan hewani 3.15,53 1,14,00 4,8 4,00 4,00 Minyak dan lemak 74,93 9,80 0,50 4,90 5,00 4,90 Buah/ biji berminyak 59,4 1,06 0,50 0,53 1,00 0,53 Kacang-kacangan 1,78,45,00 4,90 10,00 4,90 Gula 30,34,53 0,50 1,7,50 1,7 Sayur dan buah 54,38 5,9 5,00 6,45 30,00 6,45 Lain-lain 40,6 0,90 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 14.331,50 Skor PPH 100,00 88,5 09

Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi skor PPH Rumah tangga petani Variabel Koefisien regresi Sig. VIF Intercept 36,139 0,000 Pengeluaran(X1) 1,0106 0,000** 1,14 Jumlah Anggota Rumah Tangga(X) 4,60 0,000** 1,440 Usia Suami (X3) 0,18 0,103 1,573 Usia Istri (X4) -0,03 0,634 1,409 Pendidikan Suami (X5) -0,01 0,691 1,376 Pendidikan Istri (X6) -0,09 0,960 1,481 F-hitung 1,999 Sig. F-hitung 0,000 R-squared 0,67 Adjusted R-squared 0,75 10