BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

Nilai Konstruksi DIY (juta rupiah)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER 2015

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

No. 31/06/94/Th.XVII, 15 Juni 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2016

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

ANALISIS MENGENAI UPAYA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599 (Afrianti, 2010:78).

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah dan salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

STUDI PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA KUPANG

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN APRIL 2017*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2017*

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN AGUSTUS 2016*

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015

PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI PEKERJAAN BETON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2017*

Sumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1

Green Building Concepts

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016*

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JUNI 2017*

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN MEI 2017

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI MALUKU UTARA, BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

1. MENGAPA PENGETAHUAN BAHAN DIPERLUKAN. Tergantung dari penugasan yang diterima, tapi seorang sarjana teknik industri

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tak pernah berhenti melakukan pembangunan proyek konstruksi terutama bangunan gedung, walaupun sudah terdapat banyak bangunan gedung yang mendukung kegiatan perindustrian. Namun semakin bertambahnya proyek konstruksi di Indonesia, tidak banyak yang memiliki keinginan untuk membangun gedung yang bersifat ramah lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan bahwa suatu gedung dapat di katakan ramah lingkungan apabila memenuhi hal berikut, yaitu: tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan lingkungan ruangan, serta manajemen lingkungan bangunan. Salah satu konsep utama dalam menerapkan konsep ramah lingkungan pada proyek kontruksi adalah penggunaan material yang bersifat ramah lingkungan. Material dalam proyek konstruksi dapat berasal dari pabrik, dan material yang berasal dari alam. Dari kedua macam sumber material tersebut, terdapat golongan material yang tak terbarukan (non renewable materials) dan material terbarukan (renewable materials). Menurut artikel yang di muat oleh Garvin pada tahun 2015, material terbarukan adalah material yang dapat diproduksi atau dihasilkan cukup cepat untuk mengimbangi seberapa cepat material tersebut habis. Sedangkan material tak terbarukan ialah material yang memakan waktu lama untuk 1

2 memperbaharui dan umumnya digunakan lebih cepat daripada material tersebut dapat di regenerasi. Menurut United Nations Centre for Human Settlements (1993), terdapat dua material yang tergolong material tak terbarukan, yaitu kayu keras serta logam. Kayu merupakan material yang dapat terbarukan, namun membutuhkan waktu yang lama dalam meregenerasi material tersebut. Menurut International Green Invesment System (I-GIST), seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia, kebutuhan akan kayu terus berkembang. Sementara itu suplai kayu sendiri membutuhkan waktu dan ketersediaannya tidak sebanding dengan laju kebutuhannya. Berdasarkan data Kementrian Kehutanan menunjukkan kebutuhan kayu nasional rata-rata mencapai 43 juta m 3 per tahun. Adapun 9,1 juta m 3 dari jumlah tersebut dipasok dari hutan alam sehingga terdapat kekurangan 34 juta m 3. Dengan data kekurangan tersebut maka I-GIST melakukan budidaya terhadap jenis kayu keras terutama kayu Jabon. Sedangkan jenis material logam (besi, baja, seng, alumunium, timbal, timah, tembaga, nikel, dll) dikatakan sebagai material tak terbarukan karena ketersediaannya yang terbatas. Menurut jurnal yang dibuat oleh Usman (2010), mengatakan bahwa pada tahun 2007, impor baja ke Amerika Serikat diperkirakan mencapai 42 juta ton per tahun. Negara eksportir utama baja ke Amerika Serikat adalah Kanada (9,1 juta ton), Brazil (7,2 juta ton), Mexico (4,2 juta ton), RRC (3,1 juta ton), dan Rusia (2,6 juta ton). Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-46 sebagai eksportir baja ke Amerika Serikat dengan volume ekspor hanya 17.900 ton. Sebaliknya impor baja Indonesia pada tahun 2007 mencapai US$ 5,04 miliar atau

3 naik 34,4% dibandingkan nilai impor tahun 2006 yang mencapai US$ 3,75 miliar. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan bawah sebagai pengekspor sehingga ketersediaan baja di Indonesia lebih rendah dibanding negara lain. Sedangkan kebutuhan terhadap baja semakin meningkat sehingga perlu dilakukan impor terhadap negara lain. Penerapan konsep ramah lingkungan terhadap pemakaian material, mengandung konsep 3R yaitu reuse (pemakaian kembali material yang sudah di gunakan), recycle (pemanfaatan sisa material menjadi barang baru), dan reduce (pengurangan terhadap limbah konstruksi). Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai identifikasi sisa material konstruksi, ditemukan bahwa kayu dan logam merupakan material tak terbarukan yang termasuk dalam golongan sisa material konstruksi dominan yang timbul di proyek konstruksi. Maka, demi mengurangi dampak ketidaktersediaan material akibat kebutuhan material tak terbarukan yang semakin meningkat, perlu dilakukan pengelolaan terhadap pemanfaatan sisa material tak terbarukan yang dihasilkan oleh proses kontruksi. Pemanfaatan sisa material dapat didasari oleh konsep 3R. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data mengenai material tak terbarukan diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap material tak terbarukan terus meningkat sedangkan ketersediaan terhadap material tersebut semakin menipis. Maka berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada penelitian ini ialah mengetahui sumber penyebab serta pengelolaan dari sisa material tak terbarukan.

4 1.3 Batasan Masalah Agar arah penelitian ini terfokus sesuai rumusan masalah yang ada, maka di berikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan terhadap proyek yang sedang dilaksanakan di Yogyakarta. 2. Responden penelitian adalah pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi, terutama pihak yang turut ambil bagian dalam pendistribusian sisa material pada proyek konstruksi yang sedang berlangsung di Yogyakarta. 3. Material yang di studi adalah kelompok material yang tergolong material tak terbarukan. 1.4 Keaslian Tugas Akhir Berdasarkan pengamatan penulis terhadap referensi tugas akhir yang terdapat di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, tugas akhir maupun tulisan yang berjudul studi pengelolaan sisa material tak terbarukan (non-renewable materials) pada royek konstruksi di Yogyakarta belum pernah dibuat. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui sisa material tak terbarukan yang digunakan pada setiap pekerjaan proyek di Yogyakarta. 2. Mengetahui sumber dan pengelolaan sisa material tak terbarukan.

5 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Memberikan pengalaman belajar dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat selama pembelajaran pada bangku kuliah. Serta ilmu baru yang didapat selama proses penelitian. 2. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pelajaran mengenai pemanfaatan sisa material dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan materi tersebut. 3. Bagi Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa Diharapkan dapat menjadi referensi dalam menerapkan pengelolaan terhadap sisa material tak terbarukan. Sehingga dapat mengurangi resiko ketidaktersediaan sumber material.