1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang memiliki komposisi seperti halnya bumi. Hampir 71% permukaan terdiri dari air. Wujudnya dapat berupa cair, es (padat), dan gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). Semua makhluk hidup termasuk pula manusia sangat membutuhkan air demi kelangsungan hidupnya. Secara tidak langsung setiap makhluk hidup di dunia ini tidak dapat terlepas dari air. Hal itu dikarenakan air adalah suatu zat kehidupan, dimana air merupakan kebutuhan utama dalam proses kehidupan di bumi (Supirin, 2002). Menurut para ahli kesehatan, manusia wajib minum air putih minimal 8 gelas atau sekitar 2 liter per hari dan maksimal 7% kali berat badan. Tidak hanya manusia, hewan juga membutuhkan air untuk kelangsungan kehidupan mereka, baik organisme terkecilpun membutukan air untuk proses metabolisme tubuhnya. Hal serupa juga di berlaku bagi tanaman, sebagian besar tubuh tanaman disusun oleh air. Tumbuhan akan sulit berkembang jika kekurangan air seperti pada musim kemarau namun, masih dapat bertahan jika kelebihan air seperti pada musim hujan bahkan banjir. Bahkan (Fetter; 1988) mengatakan, water is the exilir of life; without it life is not possible. Maka 1
dari itu, wajar saja jika air dikatakan sebagai sesuai material yang mutlak, yang menjadi salah satu penopang kehidupan setiap yang ada di bumi. Air juga merupakan bagian dari sumberdaya alam terpenting yang memiliki karakteristik unik jika dibandingkan dengan sumber daya lainnya yang ada di bumi. Sejalan dengan itu, berdasarkan Undang-undang Air No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menyebutkan bahwa air beserta sumbersumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai manfaat serba guna dan dibutuhkan manusia sepanjang masa, baik dibidang ekonomi sosial maupun budaya. Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan hendaknya dapat menjaga ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas. Seiring dengan melajunya waktu, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan teknologi, mengakibatkan bertambah pula jenis dan volume limbah. Setiap hari kita tidak dapat lepas dari sampah, karena kita membuangnya baik di rumah atau di kantor dan dimanapun kita berada sehingga akan menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara. Maka dari itu dibutuhkan tata kelola sampah yang efektif dan sesuai standar. Jika tata kelola sampah kurang baik dan tidak sesuai dengan yang seharusnya dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan bahkan kesehatan makhluk hidup di dalamnya. 2
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang tahun 2015, Kota Padang memiliki jumlah penduduk sebanyak 899.000 jiwa. Namun itu belum temasuk jumlah pendatang yang tinggal di Kota Padang sekitar 20.000-30.000 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk serta meningkatnya aktifitas manusia secara otomatis akan meningkatkan jumlah sampah. Hal serupa juga terjadi di Kota Padang, terbukti dengan banyaknya jumlah sampah Kota Padang, yakni sekitar dari 600 sampai 800 ton per hari (grup KataSumbar.com). Maka dari itu, untuk menampung sampah domestik, sejak tahun 1989 Pemerintah Kota Padang menjadikan sebuah lahan di Kelurahan Air Dingin, kecamatan Koto Tangah sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dengan luas areal tempat penampungan sampah 18 ha. Adapun waktu pengoperasian TPA ini adalah 24 jam sehari. Tempat Pembuangan Akhir Sampah Air Dingin merupakan tempat pembuangan sampah utama bagi penduduk di Kota Padang yang terletak di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. TPA ini dioperasikan dengan sistem Open Dumping, yang artinya belum adanya Instalasi khusus Pengolahan untuk lindi yang dihasilkan. Sampah ditimbun dan dibiarkan terbuka dan tidak ditutup secara harian dengan tanah. Sehingga sangat berpotensi terhadap pencemaran khususnya pencemaran airtanah. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan sampah dan dicirikan oleh bau yang sangat menyengat. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur dengan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Jika tidak diolah secara khusus, lindi dapat 3
mencemari sumur/air tanah, air sungai, hingga air laut dan menyebabkan kematian biota (makhluk hidup). Terkontaminasinya sumber airtanah dangkal oleh zat-zat pencemar yang terkandung dalam lindi seperti misalnya Nitrit, Nitrat, Amoniak, Kalsium, Kalium, Magnesium, Kesadahan, Klorida, Sulfat, BOD, COD, ph, dan sebagainya (Maramis, 2008). Konsentrasi zat pencemar sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan masyarakat dan makhluk hidup disekitar TPA. Tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi, misalnya kadar Amonia dan Sulfat yang melebihi ambang batas memberikan buruk terhadap kesehatan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang, zat tersebut terutama berpengaruh organ dalam dan pencernaan karena bersifat korosif, berbahaya terhadap kulit dan mata (http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/ Amonia.pdf, diakses pada 18 Oktober 2016). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 / Menkes/ Per/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum mengamanatkan bahwa air minum yang di konsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan perlu di tetapak persyaratan kesehatan kualitas air minum. Jadi, apabila Baku Mutu ada nilai maksimal untuk kualitas air yang sudah ditentukan, berarti air tersebut tidak sesuai dengan standar Baku Mutu air bersih sehingga dianggap berbahaya. Apabila bahan-bahan kimia atau senyawa kimia yang ada dalam air jumlahnya berlebih atau di atas standar Baku mutu air bersih maka air tersebut perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. 4
Air yang telah tercemar menyebabkan penyimpangan dalam standar kualitas air. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kualitas air berubah sehingga tidak sesuai lagi dengan standar baku mutu yang dipersyaratkan oleh pemeritah dalam Permenkes RI No. 492 / MenKes/ Per/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Standar baku mutu tersebut digunakan sebagai penilaian terhadap air apakah air itu layak digunakan oleh manusia atau tidak (tidak berbahaya). Menurut Hasymi (KataSumbar.com, 2016), jumlah sampah di Kota Padang berkisar antara 600 hingga 800 ton perhari. Berdasarkan Study Environment Health Risk Assesment (ERHA) 2015, jumlah sampah yang terangkut ke TPA Air Dingin baru 54 persen dari jumlah tersebut, 39 persen lainnya dibakar oleh pemilik sampah, 1 persen ditimbun dalam tanah dan 6 persen tidak dikelola. Masalah yang paling signifikan yang timbul dari TPA adalah cairan lindi (leachate). Cairan air lindi dapat merembes ke dalam air tanah dan sungai, menurunkan kualitas air permukaan, sungai dan sumur penduduk. Airtanah merupakan alternatif utama bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih dengan mudah karena pembuatannya tergolong mudah. Penggunaan air tanah dengan sarana sumur bor atau sumur gali dilakukan juga oleh penduduk di sekitar TPA. Masyarakat di Kelurahan Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang sebagian besar memanfaatkan airtanah dari sumur untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Sementara tempat sumur yang dipergunakan berada dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir 5
(TPA). Dikhawatirkan adanya kontaminasi limbah TPA (air lindi) terhadap airtanah di sekitar areal tersebut. Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui kegiatan penelitian dengan judul Pengaruh Air Lindi Terhadap Airtanah di Sekitar Tempat Pembungan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kualitas air lindi dan airtanah di sekitar TPA Air Dingin Kota Padang? 2. Bagaimana pengaruh TPA terhadap kualitas airtanah di sekitar TPA Air Dingin Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji: 1. Menganalisis kualitas air lindi dan airtanah di sekitar TPA Air Dingin Kota Padang. 2. Menganalisis pengaruh TPA terhadap kualitas airtanah di sekitar TPA Air Dingin Kota Padang. 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian tentang dampak tempat pembuangan sampah telah pernah dilakukan sebelumnya oleh Sukyati (2005), penelitian yang berjudul Pengaruh Tempat Pembuangan akhir sampah Piyungan terhadap kualitas airtanah dan air permukaan di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Penelitian menggunakan metode analisis Deskriptif, grafik dan keruangan. Hasil penelitian ini 6
mengungkap bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kualitas airtanah di lokasi sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah sehingga hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan masalah kesehatan terhadap masyarakat sekitar. Mardhia (2011), penelitian ini berjudul Kajian Pencemaran Airtanah di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah Metode Survei dengan uji laboratorium, kuisioner, analisis, grafik, dan aspek sosial (kesehatan masyarakat). Pada penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas airtanah didesa penyaring, melebihi baku mutu air, sehingga air tersebut tidak dapat digunakan sebagai sumber air minum. Sumber pencemar airtanahnya adalah TPA dan kegiatan peternakan. Ermawati (2014), penelitian yang berjudul Zonasi Pencemaran Airtanah oleh Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banyuurip Magelang. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode LeGrand dan pengujian sampel menggunakan uji Laboratorium. Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan kualitas air lindi dan air tanah dengan menyandingkan dengan baku mutu. Dalam mengetahui tingkat pencemaran mengunakan metode Indeks Pencemaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TPA Banyuurip termasuk ke dalam kategori TPA yang sulit tercemar dan sangat sulit tercemar. Perhitungan menggunakan metode Indeks Pencemaranpun memberikan nila dengan kategori pencemaran ringan. Tidak ada dampak kesehatan secara langsung kepada penduduk, namun konsentrasi 7
kadar logam beram ditemukan melebihi batas baku muku dalam airtanahnya. Pengolahan air lindi yang disarankan dalam penelitian ini adalah metode Fitoremediasi. Selanjutnya, penelitian yang akan saya lakukan, dengan judul Pengaruh Air Lindi Terhadap Airtanah di Sekitar Tempat Pembungan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dan uji sampel laboratorium. Penentuan sampel berdasarkan arah aliran airtanah, dan jarak dari sumber pencemar. Analisis data dengan grafik, tabel, dan peta untuk analisis spasialnya. berikut. Lebih Jelas dan ringkasnya keaslian peneliatian, disajikan dalam tabel Tabel 1.1: Keaslian Penelitian No Nama Lokasi Judul Metode Hasil 1 Sukyati (2005) Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Pengaruh Tempat Pembuangan akhir sampah Piyungan terhadap kualitas airtanah dan air permukaan di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Analisis Deskriptif, grafik dan keruangan. Keberadaan TPA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap airtanah dan air permukaan. Selain itu keberadaan TPA juga berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, salah satunya gatal-gatal pada kulit. 8
No Nama Lokasi Judul Metode Hasil 2 Mardhia, Dwi (2011) 3 Ermawati, Ristie (2014) 4 Putri, Rahmi Novia (2016) Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa Banyuurip Magelang Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Kajian Pencemaran Airtanah Di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa Zonasi Pencemaran Airtanah oleh Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banyuurip Magelang Pengaruh Air Lindi Terhadap Airtanah Di Sekitar Tempat Pembungan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang Metode Survei dengan uji laboratorium, kuisioner, analisis, grafik, dan aspek sosial (kesehatan masyarakat). Metode LeGrand, Uji Laboratorium, Metode Indeks Pencemaran, Metode survei lapangan dan uji sampel laboratorium. Penentuan sampel berdasarkan arah aliran airtanah, dan jarak dari sumber pencemar. Analisis data dengan grafik, tabel, dan peta untuk analisis spasialnya. Penurunan kualitas airtanah didesa penyaring, melebihi baku mutu air, sehingga air tersebut tidak dapat digunakan sebagai sumber air minum. Sumber pencemar airtanahnya adalah TPA dan kegiatan peternakan. TPA Banyuurip termasuk kategori sulit tercemar dan sangat sulit tercemar. Tidak ada pengaruh kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Ditemukan logam berat pada sampel airtanah. Fitoremidia disarankan untuk pengelolaan air lindi. Air lindi pada sebagian parameternya melebihi baku. TPA Air Dingin berpengaruh terhadap kualitas airtanah di sekitar TPA yang searah dengan arah aliran airtanahnya, meskipun tidak semua parameter melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. 9
1.5 Manfaat Penelitian Atas dasar hasil-hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis. Secara teoretis hasil penelitian ini berfungsi sebagai tambahan pengetahuan terhadap masyarakat yang bermukim disekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Air Dingin Kota Padang. 2. Manfaat praktis. Secara praktis penelitian ini dapat di manfaatkan oleh bagi para penentu kebijaksanaan demi berhasilnya pengunaan air untuk kebutuhan hidup, dan sebagai bahan masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat setempat dalam menjaga dan melindungi kualitas air bersih. 10