BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIDANG SEKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga obat tersebut mampu memberikan efek terapi yang diharapkan.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIDANG SEKSI KEFARMASIAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR JL

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

PERIODE XXXVIII DISUSUN OLEH: MAHASISWA APOTEKER PERIODE XXXVIII

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6. Dalam Praktek Kerja Profesi di apotek pro-tha Farma sebaiknya diwajibkan calon apoteker melakukan Home Care yaitu kunjungan terkait pelayanan

resep, memberikan label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien. 4. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek Kimia

samping, waktu kadaluarsa (obat racikan), dan cara penyimpanan obat. f. Penyediaan tempat khusus untuk konseling sangat menberikan keuntungan bagi

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jalur Distribusi Obat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

4. Praktek kerja profesi apoteker memberi kesempatan bagi para calon apoteker untuk dapat terjun langsung ke dunia kerja dan menerapkan segala ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan

d. Mahasiswa calon Apoteker memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek, seperti masih sulitnya untuk berkomunikasi

5. PKPA di Apotek memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan praktis bagi calon apoteker mengenai sistem managerial obat (pengadaan,

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL SURAT IJIN APOTIK (SIA)

BAB I PENDAHULUAN. penyedia obat bagi kebutuhan kesehatan masyarakat (Bogadenta, A ; 17-18). Selanjutnya

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGORGANISASIAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

8. Pelayanan pasien harus disertai dengan KIE untuk memastikan bahwa setiap perbekalan farmasi dan alat kesehatan dapat digunakan dengan maksimal

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 243 JL. RAYA ARJUNA NO. 151 SURABAYA 10 OKTOBER 12 NOVEMBER 2016

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lemb

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

DAFTAR PUSTAKA , , MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi ed. 3 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

Penguatan Regulasi di Bidang Kefarmasian dan Alkes

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

supaya wawasan dan pengetahuan yang didapatkan lebih banyak.

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang pemerintahan khususnya bidang kefarmasian dan perbekalan kesehatan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Para calon Apoteker menjadi mengerti mengenai tujuan, fungsi, tugas pokok, kedudukan dan wewenang dari Seksi Faralkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, mahasiswa juga mengenal program-program Seksi Faralkes (Farkomnik, Oblik dan POR, NAPZA, Alkes dan PKRT, OT-Kos, MakMin, Ketenagaan dan YanMas, dan SIKER). 2. Kunjungan ke Gudang Farmasi Kabupaten Malang memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi pendistribusian sediaan farmasi di tingkat Kabupaten/Kota. 3. Kunjungan ke Puskesmas Pakisaji, di Kabupaten/Kota Malang memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan obat yang meliputi perencanaan, pengadaan dan pelaporan penggunaan sediaan farmasi, program Puskesmas untuk kesehatan masyarakat sekitar, pelayanan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian tingkat dasar. 231

232 5.2. Saran Dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi di Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi JawaTimur, saran yang diberikan sebagai berikut : 1. Bagi Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan. Bila memungkinkan adanya tambahan waktu untuk melakukan kunjungan singkat yaitu mengamati kegiatan seksi perbekalan farmasi dan alkes sehari-hari, dalam mengelola perbekalan farmasi serta bagaimana peran apoteker dalam memastikan bahwa perbekalan obat dan alkes sudah sesuai kebutuhan. Selain itu diharapkan dengan adanya kunjungan singkat tersebut, mahasiswa profesi dapat melihat kenyataan dilapangan, sehingga dapat membayangkan gambaran kegiatan seksi perbekalan farmasi dan alkes terlepas dari teori yang diperoleh. 2. Bagi Kunjungan Puskesmas Apabila memungkinkan adanya kunjungan juga di puskesmas dan gudang farmasi di daerah Surabaya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat melihat atau membandingkan antara puskesmas yang berada di daerah (misalnya puskesmas di Malang dan di Surabaya). 3. Bagi Mahasiswa Diharapkan lebih berkonsentrasi dan lebih aktif dalam menggali informasi selama proses PKPA di seksi Faralkes berlangsung sehingga bisa memperoleh banyak pengetahuan yang baru.

233 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan di Rumah Sakit, 2005, Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Anonim, Pedoman Pertolongan Keracunan Untuk Puskesmas, Bahan Kimia, 2005, Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : HK. 03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik, Departemen Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 280 Tahun 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek, Departemen Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MenKes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departtemen Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197 Tahun 2004 tentang Standart Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun

234 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Departemen Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga, Departemen Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No. HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Pendistribusian Obat yang Baik, Departemen Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pengawasan pemasukan obat dan makanan ke wilayah Indonesia, Departemen Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922 Tahun 1993 tentang, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189 tahun 2006 mengenai Kebijakan Obat Nasional (KONAS), Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Departemen

235 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1190 Tahun 2010 Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1191 Tahun 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pengawasan pemasukan obat dan makanan ke wilayah Indonesia, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pedagang Besar Farmasi, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75/MENKES/SK/III/2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan,

236 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi, Departemen Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan, jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Pasal 53 Tentang Label dan Iklan Pangan, Departemen Peraturan Pemerintah Republik Inndonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, Departemen Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan, Undang-Undang RI nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Departemen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Departemen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Departemen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen

237 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Departemen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, Departemen