BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar Pengertian Hukum Adat, Waris dan Kedewasaan dalam Hukum Adat

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari 5 ( lima ) pulau besar, pulau-pulau kecil 1, 366 suku 2, 5 agama

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan

TUGAS MATA KULIAH HUKUM WARIS ADAT PERBEDAAN IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ADAT DI BERBAGAI SUKU SUKU ADAT DI INDONESIA. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 1 Undang- perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB IV HUKUM DAN SISTEM PE WARISAN ADAT

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

PARENTAL SISTEM WARIS ADAT PARENTAL. Perhitungan sistem Parental 06/10/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

dalam pembagian harta warisan apabila ada anak kandung menurut hukum waris adat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sejalan dengan kebudayaan masyarakat masing-masing. 1 Banyak faktor yang

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

Hukum Waris Adat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum maupun selama perkawinan berlangsung.perkawinan adalah masa

PERBANDINGAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT DAN MENURUT BW DI INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terdiri dari masyarakat yang beraneka ragam suku, budaya, agama serta mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda. Namun mereka tetap bersatu di dalam kebhinekaannya menjadi satu kesatuan dalam wadah Negara Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika adalah pencerminan kepribadian bangsa dari masyarakat hukum adat Indonesia yang berazaskan kekeluargaan dan gotongroyong. Kepentingan hidup yang rukun dan damai dalam masyarakat lebih diutamakan dari pada sifat-sifat kebendaan dan mementingkan diri sendiri. Sistem kewarisan adat yang berbeda antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lain merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai dan patut dipertahankan sebagai bagian dari sistem budaya nasional. Ketaatan suatu suku, termasuk ketaatannya untuk tetap menjunjung tinggi sistem kewarisan adat, merupakan nilai-nilai luhur yang dapat membendung pengaruh budaya luar yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan budaya nasional. Setiap anggota keluarga akan terikat kepada sistem kekeluargaannya sendirisendiri. Hubungan kekeluargaan itu mengatur segala aspek kehidupan yang terjadi 1

2 pada masyarakat adat tersebut semenjak seseorang dilahirkan sampai dengan meninggal dunia. Ia akan berinteraksi dengan lingkungan adatnya yang mengatur tentang Hukum Perkawinan, Hukum Keluarga dan Hukum Pewarisan. Apabila dilakukan pengkajian secara lebih mendalam mengenai hukum waris adat, maka akan terjadi proses penerusan atau beralihnya suatu harta kekayaan dari generasi ke generasi selanjutnya. Proses ini akan mengakibatkan adanya norma-norma sebagai pengatur akan kelancaran proses pewarisan tersebut. Bentuk dan sistem hukum waris erat kaitannya dengan bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan yang berpangkal tolak dari sistem garis keturunan yaitu : 1. Matrilineal yaitu sistem yang menarik garis keturunan ibu, di mana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan pria di dalam pewarisan. 2. Patrilineal yaitu sistem yang menarik garis keturunan bapak, di mana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita di dalam pewarisan. 3. Bilateral atau parental yaitu sistem yang menarik garis keturunan orang tua di mana kedudukan wanita dan pria tidak dibedakan dalam pewarisan. 1 Hukum waris adat banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan, cara menarik garis keturunan, bentuk perkawinan yang masing-masing berpengaruh kepada siapa yang termasuk sebagai ahli waris dan hak waris. Kondisi ini yang menjadi penentu ahli waris dan hak waris bagi masing-masing anggota keluarga, 1 1 Wirjono Prajodikoro, 1991, Hukum Warisan di Indonesia, Sumur, Bandung, hlm. 5

3 karena adanya pembedaan dan pengaruh sistem kekeluargaan, cara menarik garis keturunan dan bentuk perkawinan, sehingga dalam hukum waris adat akan timbul bermacam-macam hukum waris adat. Lazimnya di lingkungan masyarakat adat yang patrilineal bentuk perkawinan yang berlaku adalah perkawinan dengan pembayaran jujur. Bentuk perkawinan jujur adalah perkawinan yang dilakukan dengan pembayaran jujur dari pihak pria kepada pihak wanita sebagaimana terdapat di daerah Batak, Nias, Lampung, Bali, Sumbawa. Dengan diterimanya uang atau barang jujur oleh pihak wanita, maka berarti setelah perkawinan isteri melepaskan kewargaan adat dari kerabat bapaknya dan memasuki kewargaan adat kerabat suaminya. Dalam hal ini hak dan kedudukan suami lebih tinggi dari hak dan kedudukan isteri. Isteri adalah pendamping dan pembantu suami dalam menegakkan rumah tangga, dalam mempertahankan kedudukan suami, meneruskan keturunannya serta memelihara hubungan kekerabatan antara pihak suami dan isteri. Suami adalah kepala keluarga dalam kehidupan rumah tangga. Bertambah tua kedudukan suami dalam keturunan kerabatnya bertambah luas peranannya dalam hubungan kekerabatan. Di lingkungan masyarakat adat Lampung yang patrilineal kewenangan berhak dan bertindak isteri berada di bawah kekuasaan suami dan menurut kedudukan adat suami. Apabila isteri yang bukan orang Lampung dan belum diangkat menjadi orang Lampung dalam kewargaan adat kerabat Lampung tertentu, maka isteri itu tetap berkedudukan sebagai orang luar, yang tidak mempunyai kewenangan memiliki hak dan kewenangan bertindak sebagai warga adat yang

4 mendampingi suaminya. Ia tidak berhak atas gelar dan nama panggilan, tidak berhak atas pakaian perlengkapan adat dan tidak berwenang mengatur anggota keluarganya lebih-lebih apabila suaminya berkedudukan sebagai pemuka adat. Keluarga yang merupakan kesatuan hidup yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dipimpin oleh orang tua dan mempunyai harta kekayaan. Para anggota keluarga tidak saja bergaul dalam keluarga, tetapi juga bergaul dan berhubungan dengan kakek-nenek, anak-kemenakan, kemamakan, kebibian, kemertuaan, keiparan dan kebesanan. Dalam susunan kekerabatan patrilineal seperti di Lampung sistem pertalian kewangsaan lebih dititikberatkan menurut garis keturunan laki-laki, maka kedudukan anak laki-laki lebih di utamakan dari pada anak perempuan. Anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak asal. Dari uraian di atas tampak bahwa hak dan kedudukan suami dan isteri dalam bentuk perkawinan jujur tersebut ternyata berbeda dengan apa yang diatur di dalam Pasal 31 Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 yang memberi kedudukan sejajar antara suami dan isteri. Hal ini mencerminkan bentuk perkawinan mentas dalam hukum adat. Namun demikian apabila melihat Pasal 8 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menunjukkan tidak melarang adanya perkawinan jujur. Dengan demikian bentuk perkawinan jujur diperkirakan masih tetap dilakukan oleh masyarakat di Lampung dengan sistem kekeluargaan sebagaimana dimaksud di atas dan berkonsekuensi terhadap sistem pewarisan yang berlaku. Apalagi hingga saat ini belum terbentuk peraturan tentang pewarisan yang berlaku bagi

5 seluruh warga Indonesia, dalam bentuk Undang-undang. Menurut Wiryono Projodikoro, ada 3 (tiga) hukum waris yang berlaku di Indonesia, yaitu: 1. Hukum waris adat 2. Hukum waris Islam 3. Hukum waris yang diatur dalam KUHPerdata 2 Sejauh pengamatan penulis dalam perkembangan yang terjadi di Lampung, terlihat adanya keterlibatan Pengadilan Agama dan/atau Notaris dalam pelaksanaan pembagian warisan. Oleh karena itu, Penulis terdorong untuk meneliti pelaksanaan pewarisan yang khusus melibatkan peranan Notaris dengan judul: PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN DAN SENGKETA PEWARISAN ADAT LAMPUNG PEPADUN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hal-hal yang menjadi fokus dalam kegiatan penelitian dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembagian warisan dalam sistem mayorat pada masyarakat Lampung Pepadun? 2. Bagaimanakah peranan Notaris dalam pembagian pewarisan adat Lampung Pepadun? 2 Hilman Hadikusuma, 1996, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan Hukum Adat, Hukum Agama Hindu-Islam, Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm. 5-8.

6 C. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran yang Penulis lakukan di perpustakaan, penelitian mengenai sistem pewarisan telah banyak dilakukan termasuk mengenai sistem pewarisan pada masyarakat adat Lampung Pepadun yang pernah dilakukan oleh Disma Lidiawasti, pada Tahun 2001 dengan permasalahan tentang sistem pembagian dan pengambilan putusan pelaksanaan pewarisan pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun, sementara penelitian mengenai peranan notaris juga telah banyak dilakukan antara lain oleh Ika Widyaningrum dengan Tesisnya pada Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2010 berjudul Peranan Notaris Sebagai Pejabat Umum Didalam Pembuatan Akta Pendirian Badan Usaha Koperasi yang pada kesimpulannya menyatakan bahwa Peran notaris tidak hanya terkait dengan pembuatan akta pendirian koperasi saja, namun juga dalam kegiatan-kegiatan koperasi yang lainnya. Notaris diharapkan dapat membantu memberikan nasihat atau penjelasan kepada pendiri koperasi untuk perkembangan koperasi kedepannya. Notaris dapat membuat akta-akta koperasi secara utuh, sehingga para anggota koperasi merasa terarah dalam membangun koperasi tersebut. Oleh karena itu, akta koperasi yang dibuat oleh notaris dapat memberikan hal positif dalam pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Diharapkan dengan mengikuti pelatihan secara sungguh-sungguh, para notaris dapat memahami tentang sosok koperasi, sehingga pada saat berhubungan langsung dengan koperasi, notaris dapat dengan benar-benar memberikan pelajaran yang positif bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan.

7 Tesis lain yang membahas peranan notaris juga pernah dilakukan oleh Edwin Novalino pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang tahun 2008 dengan judul Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Kredit Pada Bank Di Kota Padang yang menghasilkan kesimpulan bahwa peranan notaris dalam pembuatan akta jaminan fidusia sebagai jaminan kredit pada bank di Kota Padang sangatlah menentukan sekalipun terdapat kendala-kendala yang dihadapi notaris dalam pembuatan akta jaminan fidusia tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah bahwa dalam penelitian ini menitikberatkan pada peranan Notaris selaku pejabat umum dalam pelaksanaan warisan masyarakat adat Lampung Pepadun, yaitu suatu masyarakat adat yang belum banyak bersentuhan dengan profesi notaris namun mengingat kompleksnya hukum pewarisan mereka akan sangat lebih baik jika pelaksanaan pewarisan tersebut dilakukan pembuatan akta melalui notaris untuk memperoleh jaminan kepastian hukum dan terciptanya tertib hukum dalam masyarakat. Dengan demikian, tesis ini berupaya mengeksplorasi prospek optimalisasi peran notaris dalam masyarakat adat yang berkembang dengan kendala-kendala yang dihadapinya. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi bangsa dan negara melalui ilmu pengetahuan khususnya hukum waris adat melalui pengembangan substansi bidang hukum waris adat dan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

8 pemikiran bagi masyarakat Lampung dalam hal penyelesaian sengketa waris. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan positif bagi pemerintah dalam memandang cara mempertahankan eksistensi hukum adat dalam rangka pembentukan format baru hukum nasional yang memiliki ciri khas Indonesia. 3. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi semua kalangan khususnya pada aparat hukum dalam merespon dinamika masyarakat adat yang perlu mendapat perhatian lebih dalam melindungi kekhasan budaya nilai dan norma-norma yang dianut masyarakat yang masih ada dan terus tumbuh dan berkembang. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembagian warisan dalam sistem mayorat pada masyarakat Lampung Pepadun. 2. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam pembagian pewarisan masyarakat adat Lampung Pepadun.