PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

dokumen-dokumen yang mirip
PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

J A K A R T A, M E I

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

DATA PENDUKUNG PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ASSALAMU ALAIKUM WR.WB

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG


BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

A IO N BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL. RENSTRA BNN [reviu]

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Antinarkoba Internasional, Tgl. 24 Juni 2013, Istana Negara Senin, 24 Juni 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

2013, No.96 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari ta

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

REHABILITASI PENYALAH GUNA NARKOBA UNTUK PEMULIHAN MENTAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA TAHUN 2014

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BIO DATA KOTA TANGERANG

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

RENCANA STRATEGIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Paralegal, dan diciptakan dengan tujuan menyiapkan

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: PJ 23 Tahun 2017 Nomor: NK/43/X/2017/BNN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Stop Narkoba: Suatu Upaya Penanggulangan Darurat Narkoba Melalui Reformasi Regulasi Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan Sosialisasi Anti Narkoba

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

Tanjung Balai Karimun, 8 September 2017

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

Transkripsi:

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA Jakarta, 27 Desember 2017 Perang besar terhadap Narkoba yang diserukan pemimpin bangsa ini menuntut seluruh elemen bangsa untuk bergerak melawan kejahatan terorganisir yang bersifat lintas negara tersebut. Merespon situasi bangsa yang berada dalam status darurat Narkoba, para pemangku kepentingan dan kebijakan di negeri ini pun tak dapat berdiam diri melihat Narkoba menghancurkan bangsa dan negara. Bahkan rakyat pun dituntut mengambil langkah sekecil apapun untuk membantu menyerang kejahatan Narkoba yang secara perlahan menggerogoti bangsa Indonesia. Pemerintah dan masyarakat akhirnya sadar bahwa kejahatan ini adalah bentuk perang modern yang tengah digencarkan oleh siapapun yang berniat menguasai Indonesia tanpa 'mengotori' tangannya sendiri. Untuk menghadapi ancaman ini, semua harus bersatu, khususnya aparat penegak hukum yang terang-terangan dibekali senjata untuk melindungi bangsa dan negara. Tidak boleh ada lagi ego sektoral demi kepentingan terlihat berjasa di mata rakyat karena aparat penegak hukum memiliki kewajiban melindungi rakyat. Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga negara yang memiliki kewajiban penuh dalam penanganan permasalahan Narkoba di Indonesia, menjadi garda terdepan dalam memutuskan langkah dan kebijakan yang diambil guna mengatasi peredaran gelap Narkoba dan menekan laju angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba. Dalam mengatasi permasalahan Narkoba, diperlukan strategi khusus, yaitu keseimbangan penanganan antara supply reduction dan demand reduction. Supply reduction bertujuan memutus mata rantai pemasok Narkoba mulai dari produsen sampai pada jaringan pengedarnya, sedangkan demand reduction adalah memutus mata rantai para pengguna Narkoba. SUPPLY REDUCTION Pada pendekatan supply reduction BNN, Polri, serta Bea dan Cukai telah bekerja sama melakukan penindakan terhadap segala bentuk kejahatan Narkoba. 1

Periode Januari s.d. Desember 2017, telah diungkap 46.537 kasus Narkoba dan 27 kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang bersumber dari kejahatan Narkoba. Dari kasus-kasus tersebut telah diamankan 58.365 orang tersangka kasus Narkoba, 34 tersangka TPPU, dan 79 orang tersangka lainnya yang terpaksa mendapatkan hadiah berupa timah panas dari petugas hingga tewas akibat melakukan perlawanan saat dilakukan penindakan. Hal ini merupakan bukti keseriusan aparat penegak hukum dalam melawan kejahatan Narkoba, bahwa tembak di tempat bagi para pelaku kejahatan Narkoba bukanlah gertak sambal semata melainkan komitmen hukum di Indonesia yang tegas dan keras kepada jaringan sindikat Narkoba. Dari kasus-kasus yang berhasil diungkap aparat penegak hukum dalam kejahatan Narkoba, barang bukti yang disita adalah sebagai berikut : SHABU GANJA EKSTASI 4,71 TON 151,22 TON 2.940.748 BUTIR 627,84 KILOGRAM Sumber : Data Gabungan BNN, POLRI, BEA dan CUKAI Periode Januari Desember 2017 Sedangkan dalam kasus TPPU terkait kejahatan Narkoba, barang bukti berupa aset dalam bentuk kendaraan bermotor, properti, tanah, perhiasan, uang tunai, dan uang dalam rekening yang berhasil disita BNN mencapai nilai Rp 105.017.000.000 (SERATUS LIMA MILIAR TUJUH BELAS JUTA RUPIAH). Aset-aset jaringan sindikat Narkoba yang disita oleh negara ini nantinya akan dimanfaatkan untuk mendukung kinerja aparat dalam hal penegakan hukum tindak pidana Narkoba. Sebelumnya, pada 20 Februari 2017, BNN telah menerima barang rampasan negara yang berasal dari pengungkapan kasus Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) hasil Kejahatan Narkoba senilai Rp 27.282.130.000,- (DUA PULUH TUJUH MILIAR DUA RATUS DELAPAN PULUH DUA JUTA SERATUS TIGA PULUH RIBU RUPIAH) yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan pemberantasan Narkoba. Dalam setiap pengungkapan kasus tindak kejahatan Narkoba, aparat tidak hanya dibekali dengan senjata yang mumpuni tetapi juga dibantu oleh pasukan anjing pelacak (K9). Untuk menghadapi tantangan ancaman kejahatan Narkoba dengan modus operandi yang kian beragam, BNN membangun Pusat Unit Deteksi K9 yang difungsikan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan K9 dalam mengungkap kejahatan Narkoba. 2

Selain melakukan pemberantasan peredaran gelap Narkoba, perkembangan narkotika jenis baru juga menjadi perhatian yang sangat serius bagi pemerintah. Pasalnya dari 739 zat narkotika jenis baru atau New Psychoactive Substances (NPS) yang dilaporkan oleh 106 negara dan teritorial sudah beredar di dunia (World Drug Report UNODC 2017), kerap menjadi modus operandi jaringan sindikat Narkoba untuk menyelundupkan Narkoba dalam bentuk lain dengan efek yang bahkan lebih dahsyat dari Narkoba pada jenis umumnya. Dari peredaran NPS di dunia, telah didentifikasi sebanyak 68 zat NPS yang telah masuk dan beredar luas di Indonesia. Sebanyak 60 (enam puluh) zat diantaranya telah berhasil mendapatkan ketetapan hukum melalui Permenkes No. 41 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika dengan ancaman hukuman yang diberlakukan sesuai dengan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Berkaitan dengan hal tersebut, BNN pada tahun ini tengah membangun Pusat Laboratorium Uji Narkoba di Lido, Bogor, yang diharapkan mampu menjadi rujukan dan pusat penelitian tentang Narkoba di Indonesia. DEMAND REDUCTION Dalam pendekatan demand reduction, langkah-langkah preventif ditempuh sebagai upaya untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap Narkoba. Program dan kegiatan yang dilakukan dalam hal menekan angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba menyasar kaum muda (anak-anak, remaja, pelajar, dan mahasiswa) yang merupakan target pasar jaringan sindikat Narkoba. Untuk itu pada tahun 2017, BNN telah menyusun Modul Pendidikan Anti Narkoba untuk 5 (lima) sasaran, yaitu pelajar, mahasiswa, pekerja, keluarga, dan masyarakat. Modul Pendidikan Anti Narkoba ini merupakan program prioritas nasional yang sejalan dengan kebijakan nasional tentang revolusi mental. Modul tersebut telah diluncurkan di 4 wilayah, yaitu, Maluku Utara, Bali, Surabaya, dan Kalimantan Timur. Selain dalam bidang pendidikan, guna menarik minat anak-anak, BNN bekerja sama dengan MD Entertainment menyosialisasikan bahaya penyalahgunaan Narkoba melalui program televisi animasi Adit Sopo Jarwo. Program dengan 50 juta penonton ini dinilai sangat strategis dalam meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan anak Indonesia terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba. Sebagai bentuk lainnya dalam penyebarluasan informasi tentang Narkoba dan bahaya penyalahgunaannya serta antisipasi terhadap gencarnya perkembangan Narkoba di dunia maya, BNN telah mendistribusikan mobil sosialisasi Narkoba yang dilengkapi dengan media sosial center yang dikelola oleh BNN Kabupaten/Kota di 22 provinsi, dengan harapan mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di wilayah Indonesia. 3 \

Jumlah kegiatan pencegahan yang telah dilakukan oleh BNN, baik berupa advokasi, sosialisasi, dan kampanye STOP Narkoba pada tahun 2017 adalah sebanyak 10.939 kegiatan dengan melibatkan 2.525.131 orang dari berbagai kalangan, baik kelompok masyarakat, pekerja, maupun pelajar. Tidak melulu membekali masyarakat dengan sosialisasi dan kampanye, pencegahan peyalahgunaan Narkoba juga dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat. Pada tahun ini, BNN bekerja sama dengan pemerintah provinsi Aceh meluncurkan program unggulan, yaitu Alternative Development (AD) untuk mengganti tanaman narkotika dan mengubah profesi penanam ganja menjadi petani dalam produksi unggulan. Program ini diklaim telah berhasil di berbagai negara penghasil tanaman narkotika. Dalam jangka panjang, grand design AD diharapkan dapat mewujudkan Aceh yang bersih dari produksi ganja serta mampu mengubah kondisi permasalahan darurat Narkoba saat ini. Melalui AD, BNN, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan komponen bangsa diajak melakukan sinergi dalam pengembangan sosial budaya, menegakkan keamanan dan ketertiban, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan, serta meningkatkan ketahanan pangan dan menggagas terbangunnya agrowisata di provinsi Aceh. Kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya yang telah dilakukan oleh BNN antara lain, pelatihan penggiat anti Narkoba sebanyak 146 kegiatan dengan peserta sebanyak 3.733 orang, 719 kegiatan penyuluhan yang melibatkan 219.956 orang, dan pengembangan kapasitas sebanyak 150 kegiatan dengan peserta sebanyak 3.616 orang. Sebagai upaya deteksi dini penyalahgunaan Narkoba, pada tahun ini BNN memfasilitasi kegiatan tes urine yang diikuti oleh 158.351 orang, dengan hasil sebanyak 172 orang terindikasi positif mengonsumsi Narkoba. PENYELAMATAN PENYALAHGUNA MELALUI REHABILITASI Rehabilitasi Narkoba merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para pengguna dari belenggu Narkoba. Pada tahun 2017, BNN telah merehabilitasi 18.311 penyalahguna Narkoba, baik di balai rehabilitasi maupun di dalam lembaga pemasyarakatan, dan telah memberikan layanan pasca rehabilitasi kepada 7.829 mantan penyalahguna Narkoba. Penyalahguna yang telah melewati masa rehabilitasi primer kemudian mengikuti program rehabilitasi lanjutan yang ada di Rumah Damping dengan beberapa program yang dirancang untuk pemulihan mantan penyalahguna Narkoba agar tidak kambuh kembali (relapse). Rumah Dampingan dibangun dengan tujuan untuk membawa mantan penyalahguna hingga titik total abstinen (berhenti total menggunakan Narkoba) dan menurunkan angka kekambuhan yang biasa dialami mantan penyalahguna Narkoba. Di 4

rumah ini, mantan penyalahguna Narkoba dibekali dengan keterampilan guna meningkatkan kualitas hidup dan membuka peluang baru bagi mereka agar bisa kembali produktif sehingga lebih mandiri dan siap kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada tahun ini tercatat sebanyak 1.178 mantan penyalahguna Narkoba telah mengikuti program di Rumah Dampingan. Selain memberikan layanan rehabilitasi bagi penyalahguna Narkoba, BNN juga tengah melakukan pengembangan terhadap Balai Besar Rehabilitasi di Lido, Bogor, sebagai pusat pengkajian, pusat layanan, dan pusat pelatihan (center of excellent) dalam bidang rehabilitasi penyalahguna Narkoba. Sebagai langkah awal, BNN melalu Deputi Bidang Rehabilitasi telah membuat road map pengembangan, analisa kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang akan dihadapi Balai sebagai Pusat Rehabilitasi Narkotika secara nasional. Selanjutnya di tahun mendatang akan dilakukan seluruh program pengembangan dimaksud. Dengan terbentuknya pusat layanan unggulan ini, BNN berharap mampu menjadi rujukan rehabilitasi Narkoba tidak hanya di Indonesia tetapi juga bagi mancanegara. BERSINERGI MENAMBAH ENERGI Menghadapi tugas yang berat dalam penanganan permasalahan Narkoba, BNN bersifat terbuka, membuka diri untuk menjalin kerja sama dan bersinergi dengan seluruh komponen bangsa guna memperkuat barisan menghadapi ancaman bahaya Narkoba. Pada tahun ini BNN telah menjalin 1 (satu) kerja sama luar negeri dengan Laos dan 33 kerja sama nasional yang terdiri dari pemerintah, swasta, lingkungan pendidikan, dan komunitas masyarakat yang telah mengukuhkan komitmennya dan melakukan aksi nyata dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Kerja sama yang sangat penting dibangun pada tahun ini adalah dengan perusahaan penerbangan Citilink, mengingat maraknya temuan pilot maskapai penerbangan yang terindikasi sebagai penyalahguna Narkoba dan membahayakan keselamatan penerbangan. Selain itu, kerja sama dengan ASPERINDO yang merupakan kumpulan perusahaan jasa ekspedisi juga tak kalah pentingnya bagi pengawasan pengiriman barang dari luar dan dalam negeri sebagai modus operandi yang kerap digunakan jaringan sindikat Narkoba untuk menyelundupkan Narkoba. Kerja sama serupa juga dijalin dengan PELINDO III (Persero) sebagai penyelenggara jasa pelabuhan yang juga merupakan pintu masuk Narkoba ke Indonesia. Kerja sama ini diharapkan dapat menginisiasi instansi dan lembaga lainnya untuk bersama-sama beraksi dan mendukung upaya penanganan permasalahan Narkoba. 5

MENAMBAH KEKUATAN LEMBAGA Selain bersinergi dengan seluruh elemen bangsa untuk menghadapi ancaman Narkoba, BNN juga mengaktualisasi diri dengan menambah kekuatan internal. Tahun ini merupakan sejarah bagi BNN dan TNI, karena pada tahun inilah secara hukum dan undangundang, sebanyak 4 (empat) Perwira Menengah TNI secara resmi menduduki jabatan dalam struktur organisasi BNN. Keterlibatan unsur TNI dalam penanganan permasalahan Narkoba merupakan bagian dari sinergitas dinamika organisasi. Hal ini merupakan bentuk keseriusan bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman Narkoba. Penambahan kekuatan internal juga dilakukan dengan penambahan 28 (dua puluh delapan) BNN Kabupaten/Kota guna memperluas jangkauan wilayah rawan peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkoba, sehingga saat ini BNN memiliki 34 BNN Provinsi dan 173 BNN Kabupaten/Kota. PERJUANGAN TANPA BATAS Narkoba merupakan permasalahan serius bagi bangsa Indonesia. Dibutuhkan komitmen, semangat, dan tekad yang kuat dalam mengatasi permasalahan yang tanpa batas ini. Memerangi Narkoba sampai tuntas menjadi prioritas BNN dan aparat penegak hukum lainnya. Oleh karena itu dukungan seluruh elemen bangsa sangat dibutuhkan dalam mengemban tugas dan amanah yang diberikan oleh masyarakat. Marilah berjuang Bersama, bekerja sekuat tenaga, menjadikan negara kita bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. #stopnarkoba 6