Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

dokumen-dokumen yang mirip
Pendahuluan. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

41 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Dalam Unit)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar I. 1Air Brake System Tipe KE-G-12

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Universitas Sumatera Utara

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. Gambar I. 1 Desain Kantong Pasted. Sumber : Biro Pabrik Kantong PT. Semen Padang

BAB I PENDAHULUAN. Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat

MINIMASI WASTE MOTION PADA PROSES PRODUKSI DISTRIBUTOR VALVE DI PT PINDAD DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

BAB III METODOLOGI.

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri

USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KEMEJA UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION DI PT. PRONESIA DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KEMEJA UNTUK MEMINIMASI WASTE DEFECT DI PT. PRONESIA DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

Pada Proyek Single Aisle lebih memfokuskan pada pembuatan komponen pesawat A320. Komponen pesawat A320 terbagi menjadi 3 komponen yaitu Leading Edge

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI METODE LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMASI WASTE PADA PT. PRIME LINE INTERNATIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN PERFORMANSI PROSES INTI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PIPA DENGAN PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PT. INVILON SAGITA. TUGAS SARJANA

PENDAHULUAN. Pada masa sekarang inisudah banyak sekali industri manufaktur yang

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pendistribusian bahan baku oleh bagian logistic ke bagian cutting, pemotongan bahan baku sesuai pola pada bagian cutting, penjahitan seluruh bagian tas pada bagian sewing, pengepakan tas pada bagian packaging dan bagian pemeriksaan yang terdapat pada masing-masing bagian produksi yaitu QC biprocess, QC support, QC webbing, QC line harian, QC line borongan, QC sewing, dan QC finishing. Berikut adalah skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry. Inspeksi Cutting Sewing Packaging Fabric Distributor QC Finishing Logistic Pon Biproccess Support Harian Borongan QC Line Harian Qc Line Borongan Pack Webbing QC Sewing Bagian inspeksi Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry PT. EMPI memproduksi tiga merek tas yaitu Exsport, Neosack dan Extreme. Namun dari ketiga merek tas tersebut hanya dua merek tas yang diproduksi secara continue yaitu merek Exsport dan Neosack. Jumlah dan target produksi dari kedua produk tas ditampilkan pada Tabel I.1 dan Gambar I.2 1

Tabel I.1 Target produksi, jumlah produksi dan pencapaian produksi tas Exsport dan Neosack untuk bulan Januari Desember periode tahun 2012 Exsport Neosack Bulan Target Jumlah Pencapaian Target Jumlah Pencapaian Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi (pcs tas) (pcs tas) (%) (pcs tas) (pcs tas) (%) Jan-12 11000 8738 79% 4000 4452 111% Feb-12 11000 11308 103% 5000 5043 101% Mar-12 16000 17631 110% 5000 7874 157% Apr-12 16000 15395 96% 7500 6863 92% Mei-12 16000 18547 116% 7500 7652 102% Jun-12 12000 11869 99% 2000 2844 142% Jul-12 12000 12187 102% 1000 3567 357% Agu-12 7000 4731 68% 1000 1293 129% Sep-12 9500 7876 83% 2000 1956 98% Okt-12 15000 9923 66% 2000 1908 95% Nov-12 12500 13861 111% 2000 2158 108% Des-12 12500 12410 99% 2000 2224 111% Sumber : Data PT. Eksonindo Multi Process Industry 20000 15000 10000 5000 Jumlah Produksi Tas Export dan Neosack Periode Januari - Desember 2012 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Export Neosack Gambar I.2 Jumlah produksi tas Export dan Neosack Januari Desember 2012 Sumber : Data PT. Eksonindo Multi Process Industry 2

Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nop-10 Jan-11 Mar-11 Mei-11 Jul-11 Sep-11 Nop-11 Jan-12 Mar-12 Mei-12 Jul-12 Sep-12 Nop-12 Berdasarkan Tabel I.1 diketahui bahwa target produksi tas dengan merek Exsport tidak tercapai pada bulan Januari, April, Juni, Agustus, September, Oktober, dan Desember, sedangkan target produksi tas dengan merek Neosack tidak tercapai pada bulan April, September, dan Oktober. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi target produksi tas yang tidak tercapai untuk merek Export lebih tinggi dibandingkan dengan merek Neosack. Selain itu dapat dilihat pada Gambar I.2, jumlah produksi tas merek Exsport lebih besar dibandingkan jumlah produksi tas merek Neosack. Faktor tersebut menjadi alasan peneliti memilih produk tas merek Exsport sebagai objek penelitian, karena tas merek Exsport akan memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan tas merek Neosack. Tas merek Exsport memiliki target produksi per bulan yang berbeda-beda (dapat dilihat pada lampiran A). Beberapa periode menunjukkan target produksi yang meningkat, yaitu pada periode back to school (Juni dan Juli) dan akhir tahun. Kurva target dan jumlah produksi tas Export bulan Januari Desember periode tahun 2010 2012 ditampilkan pada Gambar I.3 Kurva Target dan Jumlah Produksi Tas Exsport Bulan Januari - Desember Periode Tahun 2010-2012 20000 15000 10000 5000 0 Target Produksi Jumlah Produksi Gambar I.3 Kurva Target dan Jumlah Produksi Tas Export Periode Januari Desember Tahun 2010 2012 Sumber : Data PT. Eksonindo Multi Process Industry Berdasarkan Gambar I.3 dapat dilihat bahwa tidak semua target produksi per bulan dapat tercapai. Menurut perusahaan, target produksi per bulan yang belum 3

tercapai disebabkan karena banyak produk yang defect (lihat Tabel I.2). Produk yang defect tergolong sebagai produk rework, sehingga dibutuhkan waktu tambahan untuk memperbaiki produk tersebut. Penambahan waktu untuk melakukan rework akan berdampak pada waktu produksi yang semakin lama. Tabel I. 2 Data defect WS Sewing PT EMPI pada bulan Januari - Desember 2012 Bulan Jumlah produksi Jumlah Defect Defect Rate (pcs tas) (pcs tas) (%) Jan 7859 703 8.95 Feb 8913 980 11.0 Mar 16772 1969 11.74 Apr 17084 2190 12.82 Mei 10457 1030 9.85 Jun 11993 1294 10.79 Jul 16061 1812 11.28 Agu 11724 1055 9.00 Sep 3470 263 7.58 Okt 11485 1244 10.83 Nov 13134 1454 11.07 Des 10089 997 9.88 Sumber : Data PT. Eksonindo Multi Process Industry PT. EMPI telah melakukan beberapa usaha dalam menangani produk defect seperti yang ditampilkan pada Tabel I.3. Namun, usaha yang dilakukan perusahaan masih belum berhasil meningkatkan pencapaian target produksi perusahaan. Hal ini disebabkan karena usaha yang dilakukan perusahaan belum maksimal atau belum tepat sasaran sesuai dengan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap target produksi perusahaan yang belum tercapai. 4

Tabel I.3 Penyebab target produksi yang tidak tercapai di PT.EMPI dan usaha yang telah dilakukan perusahaan. No Faktor Penyebab Target Tidak Tercapai 1 Faktor Operator (Man) Penyebab Target Tidak Tercapai -Operator tidak mengetahui standar kualitas jahit yang baik -Operator tidak teliti dalam melakukan proses penjahitan Usaha yang Telah Dilakukan Perusahaan Memberikan wawasan standar kualitas jahit dan bahan pada operator sewing Memberikan training khusus kepada leader dan QC untuk setiap line pada ws sewing dan cutting Memberikan pelatihan jahit bagi operator jahit yang bermasalah yang diberikan langsung oleh leader masing-masing line produksi -Membangun environment yang mendukung bagi pekerja di pabrik 2 Faktor Mesin Mesin cutting dan Regenerasi dan maintenance (Machine) sewing mengalami mesin secara berkala kerusakan 3 Faktor Supplier Terdapat material Menetapkan standar kualitas yang cacat material kepada supplier Sumber : Wawancara dengan manajer produksi PT. EMPI Dalam proses produksi pembuatan tas, ditemukan waste yang diduga berpengaruh terhadap target produksi yang tidak tercapai. Waste merupakan segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream (Gaspersz, 2011, p.5). Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi waste yang ada di perusahaan. Hasil observasi awal dalam mengidentifikasi waste dengan 5

menggunakan waste checklist berdasarkan waste E-DOWNTIME dapat dilihat pada Tabel I.4. Tabel I.4 Identifikasi Waste E-DOWNTIME di PT. Eksonindo Multi Product Industry Waste Total Magnitude Persentase Ranking Waste Waste Defect Waste (D) 13.3 23.62% 1 Transportation Waste (T) 12 21.31% 2 Inventory Waste 11 19.54% 3 Motion Waste (M) 10 17.76% 4 Excess Processing Waste (E) 7 12.43% 5 E-H-S Waste (E) 2 3.55% 6 Waiting Waste (W) 1 1.78% 7 Not Utilizing Employees knowledge, 0 0.00% 8 skills, and attitude (N) Over Production Waste (O) 0 0.00% 9 Sumber : Data Pengolahan Hasil Identifikasi waste pada PT.Eksonindo Multi Product Industry Berdasarkan Tabel I.4 dapat dilihat persentase dari masing-masing waste yang terjadi di PT. Eksonindo Multi Product Industry. Hasil persentase setiap waste pada tabel I.4 diperoleh dari waste checklist yang dapat dilihat pada lampiran B. Waste terpilih yang akan diteliti lebih lanjut adalah 4 waste yang memiliki persentase tertinggi, yaitu waste defect dengan persentase 23,62%, waste transportation dengan persentase 21,31%, waste inventory dengan persentase 19,54% dan waste motion dengan persentase 17,76%. Waste defect dapat meningkatkan defect rate yang menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan di PT Eksonindo Multi Product Industry menurun, sedangkan waste transportation, inventory dan motion dapat meningkatkan cycle time yang menyebabkan waktu produksi menjadi lebih panjang. 6

Penelitian ini dilakukan bersama tim, sehingga akan dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap masing-masing waste terbesar. Pada penelitian ini dilakukan minimasi waste transportation dengan melakukan penurunan jarak perpindahan material dan work in process selama proses produksi tas. Berikut adalah penjelasan waste transportation yang terjadi di PT.Eksonindo Multi Product Industry. a) Waste Transportation Waste transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. Berdasarkan Tabel I.4 diketahui bahwa waste transportation mempunyai persentase terbesar kedua, yaitu 21,31%. Waste transportation yang terjadi di PT Eksonindo Multi Product Industry diduga disebabkan oleh tata letak yang kurang baik. Tata letak yang kurang baik dapat dilihat dari susunan meja kerja yang tidak sesuai dengan urutan proses produksi tas sehingga terjadi perpindahan dengan jarak yang jauh. Spaghetti diagram existing layout WS Sewing ditampilkan pada Gambar I.4 Berdasarkan Gambar I.4 dapat dilihat bahwa dalam proses produksi tas di line workstation sewing terjadi backtracking sebanyak 5 kali, yaitu pada perpindahan dari meja 1 ke meja 20, perpindahan dari meja 11 ke meja 13, perpindahan dari meja 12 ke meja 15, perpindahan dari meja 12 ke meja 21, dan perpindahan dari meja 18 ke meja 19. Selain itu, dalam satu kali proses produksi diketahui total jumlah perpindahan meja di line work station sewing adalah sebanyak 88 meja. Hal ini disebabkan karena susunan meja sewing tidak disesuaikan dengan alur proses produksi dalam pembuatan tas. Perpindahan sebanyak 88 meja akan menimbulkan jarak perpindahan material maupun work in process selama proses produksi tas menjadi lebih panjang. 7

A C B N D O E F P G Q H I 25 R S J T K U L V Y M W X Gambar I.4 Spaghetti Diagram Existing Layout WS Sewing 8

Tabel I. 5 Proses Produksi Tas di PT Eksonindo Multi Product Industry Fasilitas A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Keterangan di Bagian Sewing Area QC Finishing Area QC1 Line Area jahit pegangan+gendongan Kosong Loket Bagian Support Area jahit tutup depan Area jahit saku laptop Area jahit logo export Area jahit keliling saku badan depan Area jahit rangkai saku organizer Area tempel gendongan Area jahit buntut resleting+pasang komponen resleting Area jahit cincin tali kur Area jahit lapisan dalam Area jahit setel pompok bawah+lapis badan+jahit penyatuan bagian luar Area gabung organizer+samping+depan Area jahit tutup+plat+badan belakang Area bungkus bagian dalam Area jahit organizer dalam Area jahit atas tali gendongan Area jahit bagian belakang tas Area gabung bagian belakang dengan gendongan Area aksesoris gendongan Area pola mata domba Area pemasangan mata domba Sumber : Data PT Eksonindo Multi Product Industry 9

Selain waste transportation, terdapat tiga waste lainnya dengan persentase tertinggi yaitu waste defect, inventory dan motion. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai ketiga waste tersebut: a) Waste Defect Waste defect adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan dan kegagalan produk. Berdasarkan Tabel I.4 diketahui bahwa waste defect mempunyai persentase terbesar pertama, yaitu sebesar 23,62%. Waste defect disebabkan karena selama proses produksi berlangsung, tidak semua produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi tas yang berkualitas (defect), sehingga harus dilakukan rework. Bagi perusahaan, tas yang dikatakan berkualitas adalah tas yang kuat, nyaman digunakan, aman dan memiliki design yang menarik. Upaya untuk meminimasi waste defect akan dibahas lebih lanjut pada penelitian oleh Benny Yanuarsih (1102100174). b) Waste Inventory Waste inventory adalah jenis pemborosan yang terjadi karena inventory yang berlebihan. Berdasarkan tabel I.4 diketahui bahwa waste inventory mempunyai persentase terbesar ketiga yaitu sebesar 19,54%. Waste inventory sebagian besar disebabkan oleh penumpukan work in process. PT. EMPI mempunyai dua bagian utama di lantai produksi, yaitu bagian cutting dan bagian sewing. Bagian cutting mempunyai fungsi untuk memotong semua komponen raw material yang akan digunakan untuk membuat tas, sedangkan bagian sewing berfungsi untuk menjahit semua komponen tas dan memasang aksesoris. Setelah identifikasi waste, ditemukan penumpukan work in process pada kedua workstation tersebut. Upaya yang dilakukan untuk meminimasi waste inventory akan dibahas lebih lanjut pada penelitian oleh Herliani Saputri (1102100160). c) Waste Motion Waste motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream. Berdasarkan 10

Tabel I.4 diketahui bahwa waste motion mempunyai persentase terbesar keempat yaitu sebesar 17,76%. Waste motion diduga disebabkan karena ketidakteraturan tempat kerja, ketidakrapian tempat kerja, dan kondisi layout kerja operator. Berdasarkan identifikasi waste yang dilakukan di perusahaan, terdapat waste motion pada WS cutting dengan mesin pon dan WS sewing. Pada WS cutting dengan mesin pon, terdapat cetakan untuk mesin pon yang tidak tertata rapi, sehingga menyulitkan operator ketika ingin menggunakan cetakan tersebut. Waste motion juga terjadi pada workstation sewing. Pada WS sewing, terjadi gerakan berlebih yang disebabkan karena kondisi layout kerja operator yang tidak teratur dan kondisi lingkungan kerja yang tidak rapi. Upaya yang dilakukan untuk meminimasi waste motion akan dibahas lebih lanjut pada penelitian oleh Febrina Indri Rumondang (1102100155). Beberapa jenis waste yang tidak terpilih dalam 4 jenis waste terbesar dapat dijadikan bahan penelitian bagi penelitian selanjutnya. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya waste transportation pada proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry? 2. Usulan perbaikan apa saja yang dapat digunakan untuk meminimasi waste transportation pada proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry? I.3 Tujuan Penelitian Uraian tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya waste transportation di PT. Eksonindo Multi Product Industry pada periode Januari-Desember 2012. 2. Memberikan usulan perbaikan yang dapat digunakan untuk meminimasi waste transportation yang berpengaruh pada proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry. 11

I.4 Batasan Penelitian Pada penelitian ini ditetapkan batasan untuk memfokuskan pembahasan masalah agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Batasan yang ditetapkan antara lain: 1. Data historis yang digunakan adalah data bulan Januari sampai Desember periode 2010-2012. 2. Penelitian ini tidak sampai pada tahap implementasi, hanya sampai usulan perbaikan. 3. Usulan perbaikan yang diberikan tidak merubah sistem produksi yang ada dan tidak merubah urutan proses produksi. 4. Usulan perbaikan yang diberikan mempertimbangkan usulan yang dibuat untuk meminimasi waste defect, inventory, dan motion. I.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Perusahaan dapat mengendalikan waste transportation yang terjadi di lantai produksi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi PT. Eksonindo Multi Product Industry untuk melakukan continuous improvement. 2. Perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk dengan menurunkan waktu siklus proses produksi dan meningkatkan efektivitas proses produksi 3. Perusahaan dapat meningkatkan pencapaian target produksi per bulan I.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian latar belakang permasalahan yang menjadi dasar untuk meminimasi waste dalam proses produksi tas di workstation cutting dan sewing pada PT. Eksonindo Multi Product Industry, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, batasan yang digunakan dalam penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. 12

Bab II Bab III Bab IV Landasan Teori Pada bab ini berisi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu teori pendekatan lean six sigma dengan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) beserta tools yang digunakan untuk usulan perbaikan masalah. Sumber teori atau literatur yang digunakan diambil dari referensi bukubuku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan topik tersebut dan disertakan pada daftar pustaka. Selain itu, dibahas pula hasilhasil penelitian terdahulu. Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci dengan menggunakan pendekatan Lean Six igma. Metode DMAIC, yang dimulai dari persiapan penelitian, pengambilan data waktu proses dan kualitas produksi, pengolahan data, analisis pemecahan masalah hingga kesimpulan dan saran yang diberikan kepada pihak perusahaan. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini memuat segala data yang diperlukan untuk penelitian beserta pengolahannya, serta hasil pengolahan data yang nantinya akan dianalisis di bab berikutnya. Pengolahan data meliputi tahap define yang mendefinisikan permasalahan waste transportasi yang terjadi, tahap measure yang melakukan pengukuran kinerja perusahaan saat ini dalam menghasilkan produk tas Export, tahap analyze yang menganalisis akar penyebab dari permasalahan yang terjadi, tahap improve yang memberikan usulan perbaikan dari setiap akar penyebab yang didapat. 13

Bab V Analisis Pada bab ini berisi analisis dari tahapan define, measure, analyze, hingga improve. Selain itu terdapat analisis kelebihan dan kekurangan dari masing-masing usulan, dan perhitungan factor rating untuk membantu perusahaan memilih usulan terbaik yang akan diimplementasi di di PT Eksonindo Multi Product Industry. Bab VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data dan rancangan usulan perbaikan yang menjelaskan tujuan penelitian ini. Bab ini juga berisi saran bagi PT. Adetex Filament I.I & II.I dan penelitian selanjutnya. 14