BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK & KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah peningkatan status gizi masyarakat (Depkes RI, 1993). Kelompok anak usia sekolah merupakan kelompok yang tidak dapat diabaikan dalam pembangunan nasional karena anak usia sekolah, khususnya anak sekolah dasar adalah sumber daya pembangunan. Sumber daya manusia yang memiliki kualitas fisik, intelektual, dan keterampilan yang baik menentukan keberhasilan Bangsa Indonesia dalam mewujudkan sebagai bangsa yang mandiri. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena anak usia tersebut merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik. Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2012). Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat meningkatkan kecerdasan anak juga dapat menunjang pertumbuhan secara fisik dan mental. Guna mendukung keadaan tersebut anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal diperoleh dari konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. 1

2 Kenyataan yang terjadi saat ini, tidak sedikit dari anak Indonesia justru memiliki pertumbuhan fisik yang tidak optimal. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Hasil South East Asia Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2013 menunjukkan anak Indonesia masih terancam sangat pendek (stunting) dan kekurangan vitamin D. Anak laki-laki lebih banyak mengalami tubuh pendek dibanding anak perempuan dengan perbedaan sekitar 2,2%. Pada anak usia 5-12 tahun, stunting juga lebih banyak dialami anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbedaan sekitar 1% (Fadjar, 2013). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi anak usia 5-12 tahun yang memiliki tubuh pendek adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Bila dibandingkan dengan prevalensi sangat pendek tahun 2010 mengalami penurunan dari 18,5% menjadi 12,3%, namun prevalensi pendek justru mengalami peningkatan dari 17,1% menjadi 18,4%. Masih terdapat sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi kependekan di atas prevalensi nasional, salah satunya ialah Sumatera Utara. Pertumbuhan anak akan dipengaruhi oleh intake (masukan) zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor terpenting dalam membantu pertumbuhan fisik anak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh masukan zat gizi dari makanan yang dimakan setiap harinya, yaitu menu makanan seimbang yang terdiri atas makanan pokok (nasi, roti, umbi umbian, dan jagung), lauk (sumber hewani dan nabati), sayur, buah dan ditambah susu (Sjahmien, 2003).

3 Pola makan yang baik akan membantu terpenuhinya asupan gizi seimbang bagi anak. Hal itu dapat terjadi bila asupan makanan yang dikonsumsi memiliki gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Makanan yang dibutuhkan anak usia sekolah hendaknya memiliki sumber energi yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu zat gizi mikro seperti mineral dan vitamin juga diperlukan tubuh. Pola makan yang baik diharapkan dapat menyumbangkan kecukupan energi, protein, dan mineral seperti kalsium. Ketiga zat gizi tersebut dapat membantu proses pertumbuhan badan anak. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi (Hardinsyah dan Martianto, 1992). Maka hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tinggi badan anak sehingga anak memiliki tubuh yang cenderung pendek. Asupan zat gizi tidak hanya diperoleh dari makanan pokok saja, melainkan juga ditambah dengan asupan pangan lainnya yang bernilai zat gizi tinggi seperti susu. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Susu merupakan salah satu sumber zat gizi yang paling lengkap dan diperlukan oleh semua kelompok umur, terutama balita, anak-anak, dan remaja. Susu memiliki manfaat dalam proses pertumbuhan anak. Salah satu manfaat susu bagi pertumbuhan anak ialah untuk pertumbuhan tulang dan menjaga tulang

4 tetap padat. Susu salah satu sumber protein terbaik bagi anak. Kalsium yang terdapat dalam susu selain untuk pertumbuhan tulang juga membantu dalam pertumbuhan gigi anak. Susu mempunyai peranan penting untuk mencegah osteoporosis (keropos tulang). Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia mengalami pembentukan dan peluruhan secara berkesinambungan. Pada saat usia muda khususnya anak-anak, pembentukan tulang berlangsung lebih cepat dibandingkan peluruhannya. Sementara pada usia tua peluruhannya berlangsung lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi apa yang disebut gradual lose of bone (proses kehilangan masa tulang) (Roberts, 2000). Susu tidak hanya bermanfaat untuk pertumbuhan tulang, melainkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa susu berperan dalam pertumbuhan tinggi badan. Penelitian dengan studi prospektif yang dilakukan oleh Okada, et al (2004) mengenai Effect of cow milk consumption on longitudinal height gain in children, menjelaskan bahwa ada pengaruh positif antara mengkonsumsi susu sapi dengan jumlah yang banyak dengan tinggi badan anak. Beberapa studi juga menyebutkan adanya hubungan antara konsumsi susu dengan tinggi badan. Pada tahun 1984, Takahashi melaporkan bahwa terjadi peningkatan tinggi anak-anak di Jepang pada tahun 1950-an. Hal ini karena pada waktu sebelumnya diharuskan konsumsi susu pada anak-anak. Selain itu Black, dkk (2002) dalam studinya menyebutkan bahwa anak-anak pada usia pra-pubertas yang

5 pada masa lampau tidak mengkonsumsi susu ditemukan memiliki tubuh yang cenderung pendek. Penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah, dkk (2008) mengenai hubungan konsumsi susu dan kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja menghasilkan hubungan yang positif antara tinggi badan dan konsumsi susu. Penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Bogor ini menunjukkan bahwa tinggi badan siswa memiliki hubungan positif dengan frekuensi minum susu dan tinggi badan siswa juga memiliki hubungan positif dengan jumlah ml susu yang dikonsumsi. Konsumsi susu orang Indonesia masih sangat rendah. Saat ini konsumsi susu di Indonesia hanya 12 liter/kapita per tahun atau kurang lebih hanya lima tetes sehari. Indonesia masih kalah dari Vietnam yang rata-rata angka konsumsi susunya sudah mencapai 13 ltr/kapita per tahun, serta jauh di bawah Malaysia yang telah mencapai 36 liter per kapita per tahun. Oleh karena itu, Indonesia merupakan negara yang angka konsumsi susunya terendah di ASEAN. (Kuswan, 2014 dalam Surat Kabar Priangan) Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain pola pikir masyarakat, masih rendahnya produk susu nasional, rendahnya daya beli, budaya minum susu di masyarakat masih kurang, dan kurangnya pemahaman masyarakat akan manfaat susu. Rendahnya konsumsi susu di Indonesia dapat berdampak juga pertumbuhan tinggi badan anak. Konsumsi makanan dan susu berperan penting dalam pertumbuhan tinggi badan anak karena memberikan asupan energi, protein, dan kalsium. Namun di sisi

6 lain rendahnya konsumsi susu dan prevalensi anak yang memiliki tubuh pendek di Indonesia khususnya Sumatera Utara cukup tinggi. Berangkat dari keadaan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan pada anak 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. Hasil survei awal penelitian didapatkan gambaran anak SDN 173538 Balige memiliki karakteristik yang heterogen baik dari suku, pendidikan, agama, dan status ekonomi. Dari pengukuran tinggi badan dan z_score, didapat beberapa murid SDN 173538 Balige memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya. Dari 15 orang anak yang diukur tinggi badannya, 2 orang (13,33%) sangat pendek, 6 orang (40,00%) pendek, dan 7 orang (46,67%) tinggi badan normal. Pola konsumsi susu anak sekolah di SDN 173538 Balige juga berbeda-beda. Sebagian anak biasanya mengkonsumsi susu kental manis. Bila dalam sehari anakanak mengkonsumsi susu kental manis sebanyak 100 ml maka akan memberikan asupan 336 kkal, 8,20 gr protein, dan 275 mg kalsium. Hal tersebut dapat menambah asupan zat gizi sekitar 20% dari angka kecukupan energi, protein, dan kalsium pada anak. Sehubungan dengan gambaran awal tersebut peneliti tertarik memilih lokasi tersebut untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige.

7 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui kecukupan energi yang berasal dari makanan dan susu yang dikonsumsi anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 2. Mengetahui kecukupan protein yang berasal dari makanan dan susu yang dikonsumsi anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 3. Mengetahui kecukupan kalsium yang berasal dari makanan dan susu anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 4. Mengetahui status gizi berdasarkan TB/U pada anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 5. Mengetahui hubungan antara kecukupan energi, protein, kalsium dari makanan dan susu dengan TB/U pada anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah mengenai hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige.

8 2. Sebagai bahan informasi bagi orang tua murid di SDN 173538 mengenai pentingnya menjaga pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dan pemantauan tinggi badan anak. 3. Sebagai bahan informasi mengenai pola konsumsi makanan, konsumsi susu dan tinggi badan anak sekolah bagi pihak Puskesmas Balige dalam kegiatan UKS di SDN 173538 Balige.