BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya. resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

SUSI RACHMAWATI F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebuah keluarga dapat menjadi tidak utuh, baik diakibatkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. sifatnya androgini, yakni baik ayah maupun ibu memiliki peran dengan fungsi

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah. Ibu adalah tokoh yang mendidik anakanaknya, dan juga mempengaruhi aktivitas-aktivitas anak di luar rumah. Hal ini dapat terlaksana jika ibu memainkan peranannya dengan hangat dan akrab, malalui hubungan yang berkesinambungan dengan anak (Rudyanto dalam Gunarsa, 2006). Dari pernyataan, disimpulkan melalui kutipan wawancara dari seorang ibu yang memiliki anak tiri: Saya sudah menikah dengan suami saya selama 2 tahun ini dan kami menjalanin hubungan dengan harmonis, begitu juga hubungan saya dan anak tiri saya. Saya cukup dekat dengan mereka, dan saya sangat mengerti keadaan mereka, tetapi terkadang ya jika anak saya tidak mau menuruti perintah atau nasehat ketika saya suruh, ya saya marah terkadang. Contohnya saat anak tiri saya yang perempuan lagi dekat dengan seorang laki-laki dia curhat sama saya. Kata anak saya ma, kakak lagi dekat dengan cowoklah. Kemudian saya memberikan pengetahuan dengan cara saya seperti ini, kakak harus mengutamakan belajar dulu ya, boleh kalok menjalin hubungan dengan cowok tapi kakak harus pandai mengatur waktu ya kak (sambil tersenyum). (Kutipan wawancara bagaimana keadaan ibu dengan suami dan anak? tanggal 10/10/2015 pukul 16.45) Menurut Adler (dalam Indrawati, 2012) percaya bahwa pernikahan dan menjadi orang tua adalah tugas untuk dua orang tua. Akan tetapi, kedua orang tua mungkin mempengaruhi seorang anak dengan cara yang berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan seorang anak dan membantu berkembangnya minat dari dalam diri anak tersebut. Idealnya 1

2 seorang ibu harus memiliki kasih sayang yang sejati dan mendalam untuk anakanaknya di mana kasih sayang yang terpusat pada kesejahteraan si anak, bukan pada kebutuhan atau keinginan sang ibu. Hubungan kasih sayang yang sehat ini berkembang dari perhatian yang tulus untuk anaknya, suaminya, dan orang tua. Jika seorang ibu telah belajar untuk memberi dan menerima cinta dari orang lain, maka ibu tidak akan mendapatkan kesulitan yang berarti untuk memperbesar perkembangan anak-anaknya. Akan tetapi, jika ibu lebih mendahulukan anak daripada ayah maka anak-anak akan menjadi manja. Sebaliknya, jika ibu lebih mendahulukan suami dan orang lain di dalam masyarakat, anak akan merasa diabaikan dan tidak dicintai. Ibu tiri adalah seorang perempuan yang dinikahi oleh ayah kandung setelah ayah kandung tidak memiliki ikatan pernikahan dengan ibu kandung baik perpisahan maupun kematian dari anaknya (Beer dalam Zanden, 1993). Anak biasanya menghadapi remarriage yang dilakukan orang tua dengan perasaan cemas daripada perasaan senang (Zanden, 1993). Berkaitan dengan ibu yang memiliki anak tiri terlebih dahulu harus mampu menyesuaikan diri terhadap anak yang di bawa oleh suami, di mana ibu tersebut harus memiliki kecakapan secara kelekatan untuk dapat mengkontrol emosi terhadap anak tiri yang dimiliki. Selanjutnya hubungan antara ibu dan anak menurut Haditono (2006) merupakan suatu hal mendasar yang sangat penting untuk diperhatikan oleh segenap orang tua, terutama dengan anak yang remaja akan berpengaruh kepada perkembangan emosi anak di masa yang akan datang.

3 Ibu yang kurang mampu berhubungan dengan anak akan berdampak buruk kepada ketidakmatangan emosi anak.. Anggapan tentang jahatnya seorang ibu tiri memang diyakini oleh sebagian besar masyarakat kita. Ibu tiri identik dengan kesan yang jahat, kejam, tidak berperasaan, tidak adil, dan penuh kedengkian. Anggapan yang negatif ini membuat ibu tiri merasa didesak untuk menjadi ibu yang sangat baik serta dengan mudah dan secara alamiah mencintai anak-anak tirinya dalam waktu yang singkat (http://ohioline.osu.edu/flm01/fs04.htm1). Hal ini membuat ibu tiri menjadi tertekan dan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga barunya. Namun sesungguhnya tidak semua keluarga mempunyai masalah dengan ibu tiri. Ibu tiri yang mempunyai ego yang cukup dan mendapat dukungan dari suami akan memiliki hubungan yang baik dengan anak tirinya. Sebaliknya, ibu tiri yang memiliki harga diri yang labil, selalu butuh dukungan, lebih perhatian pada suami dibanding pada anak, dan punya pengalaman buruk dengan ibunya biasanya akan kesulitan menjalankan peranannya sebagai ibu tiri. Terlebih jika suami kurang memberi dukungan padanya. Selain itu, posisi sebagai ibu tiri cukup sulit karena harus lebih baik dari ibu kandung sehingga anak harus terus diyakinkan bahwa ibu tirinya mencintainya. Kedatangan orang tua tiri seringkali dipandang sebagai hal negatif, namun sebenarnya orang tua tiri dapat menyediakan dukungan dan keamanan bagi keluarga dan orang tua tunggal. Keberadaan orang tua tiri dapat memberikan tambahan waktu, tenaga, dan bahkan uang yang mungkin saja sangat dibutuhkan oleh keluarga yang dimasukinya (dalam Papalia, 2002). Hubungan antara orang

4 tua tiri dan anak tiri kadang lebih lemah dibandingkan dengan anak kandungnya. Semakin tua usia anak, dan semakin muda remarriage maka peran sebagai orang tua tiri akan lebih sulit (Macdonald & Demaris dalam Papalia, 2002). Menurut Mills (dalam Rice, 1996) untuk mengatasi masalah dan membangun hubungan anak dengan orang tua tiri memang dibutuhkan waktu dan usaha yang sungguh-sungguh. Kehadiran ibu tiri dan kematian ibu kandung yang melatarbelakangi sebelumnya mempunyai kemungkinan akan minimbulkan tekanan atau tuntutan-tuntutan tertentu yang harus diatasi oleh anak agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Dalam kenyataannya, banyak sekali anak yang diasuh oleh ibu tiri mereka mengalami masalah terhadap bentuk kasih sayang dari seorang ibu tiri. Penelitian di Amerika memprediksikan bahwa 60% pernikahan yang terjadi hingga tahun 2000 akan mengalami perceraian 75% dari pasangan yang bercerai tersebut akan menikah lagi. Sejalan dengan itu, data yang diperoleh dari pemerintah Australia menyebutkan bahwa 33% pernikahan masyarakat Australia pada tahun 1997 adalah pernikahan kedua dan 12% diantaranya adalah orang yang sebelumnya bercerai dengan pasangannya (http://www.abs.cov.au/ausstats/onsf/94713). Tingginya tingkat pernikahan kembali mengakibatkan semakin tingginya kemungkinan anak untuk tinggal bersama ayahnya yang kemudian menikah lagi. Konsekuensinya, anak tersebut harus tinggal dengan ibu tiri. Disebutkan bahwa kurang lebih satu juta orang anak di Amerika hidup denga ibu tiri mereka. Dan 40% anak yang dilahirkan pada tahun 1980-an tinggal dengan orang tua tiri mereka (http://www.findarticles.com). Di Indonesia sendiri, penelitian belum

5 menemukan data penelitian mengenai tingkat pernikahan kembali namun berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar, media cetak dan elektronik, peneliti menyimpulkan bahwa cukup banyak pasangan yang menikah di mana salah seorangnya telah pernah menikah sebelumnya dan membawa serta anaknya. Hal ini memungkinkan cukup banyaknya anak-anak di Indonesia yang harus tinggal dengan ibu tiri. Dari hasil penelitian yang dilakukan (Lubis, 2006) subjek penelitian, diperoleh gambaran bahwa untuk peran pemberi kasih sayang, ibu berusaha membangun hubungan yang dekat dengan anak tiri. Selain itu, ibu menghargai pendapat anak, menyediakan waktu untuk mendengarkan anak dan memberi motivasi untuk sukses kepada anak tiri. Peran sebagai figur identifikasi diberikan ibu dengan memberi contoh keterbukaan dan ekspresi emosi, mendorong anak menyampaikan fikirannya, dan menampilkan diri sebagai pribadi mandiri, kuat, dan dapat menempatkan diri. Ibu mendorong semua anak-anaknya untuk menyiapkan diri agar bisa sukses dan mampu menghadapi kesulitan hidup, melatih asertif, dan mengajarkan cara memecahkan masalah. Gaya kelekatan pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya. Orang tua yang dimaksudkan adalah ibu dari anak. Kelekatan adalah ikatan kasih sayang dari seseorang terhadap pribadi lain yang khusus (dalam Helmi, 1999). Pada usia yang sangat dini, ikatan antara bayi dan orangtuanya, dan sebagian besar antara bayi dan ibunya. Ikatan antara bayi dan

6 orang tuanya ini merupakan ikatan yang primer, dan ikatan dengan pribadi yang bersifat sekunder. Menurut Bartholomew dan Horowitz (1991), gaya kelekatan merupakan kecenderungan individu dalam berelasi dengan individu lain yang memiliki arti tertentu yang tidak bersifat emosional atau afektif. Bowbly (1978) menyebutkan bahwa gaya kelekatan pada remaja awalnya dibentuk dari ikatan yang dibuat oleh anak dengan pengasuh pada awal kanak-kanak dan akan terus berkembang sejalan dengan interaksi sosial seseorang. Kelekatan akan mengalami perkembangan pada setiap fase kehidupan. Pola kelekatan yang digunakan oleh orangtua akan terinternalisasi pada anak hingga remaja bahkan ketika dewasa. Teori kelekatan dari Bowlby menyatakan bahwa ikatan afeksi yang terjalin antara balita dengan orangtua, yang negatif maupun positif, akan terbawa hingga dewasa, berpengaruh pada hubungan dengan pasangan (dalam Reeve, 2001). Seperti ketertarikan remaja dengan seseorang dari jenis yang berbeda sehingga terjalin sebuah hubungan percintaan. Hubungan tersebut hampir sama seperti kelekatan antara anak dengan seseorang yang menjadi figur lekatnya. Sesuai dengan hasil penelitian Hazan dan Shaver (dalam Pietromonaco & Barret, 2000) yang menyatakan interaksi dalam hubungan percintaan orang dewasa mirip dengan interaksi antara anak dengan figur lekat. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Fenomena yang terjadi inilah yang melatarbelakangi penelitian mengkaji hal ini. Berdasarkan wacana di atas pula, bahwa tampak reaksi dan sikap dalam

7 membangun kelekatan terhadap anak tiri oleh ibu bisa berbeda-beda. Penelitian juga ingin memahami penyebab munculnya perbedaan respon ini. Oleh karena itu, untuk melihat adanya gaya kelekatan seperti apa yang dimiliki seorang ibu berdasarkan macam-macam gaya kelekatan untuk membangun suatu ikatan emosional antara ibu dan anak tirinya. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang peramasalahan di atas, yaitu untuk mengetahui makna suatu gaya kelekatan pada ibu dengan anak tirinya, maka permasalahan ini dapat dirumuskan dengan grand our questions, yaitu bagaimana makna gaya kelekatan sebenarnya? Untuk memperkaya (memperkuat) grand our questions dapat dibuat seperti berikut ini: 1. Bagaimana proses berkembangnya gaya kelekatan yang dimiliki ibu? 2. Apa macam-macam gaya kelekatan yang dimiliki seorang ibu? 3. Bagaimana gaya kelekatan ibu terhadap kondisi psikologis anak tiri? C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian Penilitian ini dilakukan karena ingin mengatuhi bagaimana bentuk dari gaya kelekatan seorang ibu itu terhadap anak tirinya. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah. Ibu adalah tokoh yang mendidik anakanaknya, dan juga mempengaruhi aktivitas-aktivitas anak di luar rumah. Hal ini dapat terlaksana jika ibu memainkan peranannya dengan hangat dan akrab, malalui hubungan yang berkesinambungan dengan anak (Rudyanto dalam

8 Gunarsa, 2006). Dari hasil penilitian yang dilakukan (Lubis, 2006) subjek penelitian, diperoleh gambaran bahwa untuk peran pemberi kasih sayang, ibu berusaha membangun hubungan yang dekat dengan anak tiri. Selain itu, ibu menghargai pendapat anak, menyediakan waktu untuk mendengarkan anak dan memberi motivasi untuk sukses kepada anak tiri. Peran sebagai figur identifikasi diberikan ibu dengan memberi contoh keterbukaan dan ekspresi emosi, mendorong anak menyampaikan fikirannya, dan menampilkan diri sebagai pribadi mandiri, kuat, dan dapat menempatkan diri. Ibu mendorong semua anak-anaknya untuk menyiapkan diri agar bisa sukses dan mampu menghadapi kesulitan hidup, melatif asertif, dan mengajarkan cara memecahkan masalah. Penelitian ini juga belum pernah ada sebelumnya, di mana penelitian yang sudah pernah ada yaitu hasil penelitian Hazan dan Shaver (dalam Pietromonaco & Barret, 2000) yang menyatakan interaksi dalam hubungan percintaan orang dewasa mirip dengan interaksi antara anak dengan figur lekat. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Tetapi tidak mendalam pada macam gaya kelekatan yang dimiliki seorang ibu khususnya ibu tiri. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui proses berkembangnya gaya kelekatan ibu yang memiliki anak tiri serta secara mendalam macam-macam gaya kelekatan yang dimiliki oleh ibu yang memiliki anak tiri, serta gaya kelekatan yang dimiliki ibu tiri terhadap perkembangan psikolgis anak.

9 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan mafaat yang berguna antara lain : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan penambahan wawasan keilmuan bagi diri dibidang Psikologi pada umumnya, khususnya Psikologi Perkembangan yang berkaitan dengan gaya kelekatan pada ibu yang memiliki anak tiri serta dapat diterapkan menjadi suatu informasi dan diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan manfaat bagi ibu yang memiliki anak tiri agar dapat memiliki hubungan positif khususnya terhadap gaya kelekatan seperti apa yang dibentuk kepada anak-anak tirinya.