EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

dokumen-dokumen yang mirip
EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

PENERAPAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA

CARUT MARUT KURIKULUM DI INDONESIA BERSUMBER DARI DISTORSI LANDASAN PENDIDIKAN. Oleh : I Made Bagus Andi Purnomo NIM :

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

LANDASAN PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA NI WAYAN RIA LESTARI NIM :

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62

STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MELAKSANAKAN TRI SANDYA PADA ANAK DI TK. HINDU CANANG SARI TEGALCANGKRIG KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

(Perspektif Teologi Hindu)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

Implikasi Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Oleh:

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Pendidikan Anak Usia Dini (Kesenjangan Kurikulum dan Penyelenggaraan) (Kadek Widiastuti/ )

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

MUTU PENDIDIKAN DAN UPAYA PENINGKATANNYA

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

GaneÇ Swara Vol. 6 No.1 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

EKSISTENSI PURA LUHUR TAMBAWARAS DI DESA SANGKETAN KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Transkripsi:

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Komang Samiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Kawitan yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul merupakan Pura yang unik karena nama Pura tersebut adalah Pura Kawitan, namun pada kenyataannya pura kawitan tersebut berfungsi sebagai pura umum.siapa saja masyarakat yang ingin melakukan persembahyangan saat ritual Puja Wali bisa bersembahyang di Pura Kawitan terlepas dari status sosial atau kasta yang di anutnya. Oleh sebab itu sebagai umat Hindu yang berkecimpung di dalam pendidikan agama Hindu perlu bagi saya untuk meneliti Pura tersebut guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai Pura Kawitan yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Dan masyarakat yang berada di Desa Yehsumbul dapat menyebutkan dengan benar tentang keberadaan Pura Kawitan di Desa Yehsumbul. Penelitian ini mengangkat tiga pokok permasalahan yaitu: (1) Bagaimanakah Eksistensi Pura Kawitan yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana?, (2) Apakah fungsi Pura Kawitan yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana?, (3) Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu apa saja yang terdapat pada Pura Kawitan di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kabupaten Jembrana? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti umat Hindu khususnya yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul serta untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai keberadaan Pura Kawitan di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang berada di Desa Yehsumbul pada khususnya masyarakatluas pada umumnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Eksistensi Pura Kawitan yang berada di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul, untuk mengetahui tentang fungsi Pura Kawitan di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul, dan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang ada di Pura Kawitan Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dibantu tiga teori yaitu teori Eksistensialisme, teori Fungsional struktural, dan teori nilai. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Dan hasil penelitian ini diketahui bahwa Pura Kawitan merupakan sebuah pura yang di dirikan oleh para leluhur yang terdahulu, yang terletak di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul. Pura Kawitan memiliki 3 Mandala yaitu Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala5.1.2 Fungsi yang terdapat pada Pura Kawitan dalam penelitian ini meliputi : (1) Fungsi Sosial (2) Fungsi Religius (3) Fungsi Pemersatu Umat. (4) Fungsi Pendidikan (5) Fungsi Religius Estetis. Nilainilai pendidikan agama Hindu yang terkandung di Pura Kawitan adalah : (1) Nilai pendididkan tattva (2) Nilai Pendidikan Etika/Susila (3) Nilai Pendidikan Estetika (4) Nilai Pendidikan Sosial Budaya (5) Nilai Pendidikan kearah keharmonisan. Kata Kunci : Eksistensi Pura Kawitan di Desa Pakraman Yehsumbul.

1. PENDAHULUAN Pulau Bali adalah salah satu pulau yang ada di negara Indonesia. Bali juga merupakan pulau yang kaya akan seni, budaya, dan adat istiadat. Setiap harinya pulau Bali selalu diwarnai dengan berbagai macam kesenian yang indah dan menarik yang menjadikan pulau Bali merupakan pulau yang sangat terkenal diseluruh dunia. Bali juga memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata yang indah dan menarik. Setiap tempat memiliki ciri dan keunikan yang khas tanpa menghilangkan corak dan budaya pulau Bali itu sendiri. Agama Hindu dalam perkembangannya selalu berpedoman pada konsep dasar yang sangat diyakini yaitu Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yang meliputi Tattwa (Filsafat), Etika (Susila ), Ritual (Upacara). Ketiga konsep dasar inilah yang dijadikan patokan dan petunjuk oleh masyarakat Hindu di Bali dalam melaksanakan setiap kegiatan keagamaan. Tattwa adalah suatu filsafat tentang pengetahuan mengenai hakekat dan kebenaran adanya Tuhan Yang Maha Kuasa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), yang Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Penyayang sebagai sumber segalanya.etika agama Hindu yang sering disebut dengan Tata Susila yang berarti suatu peraturan tingkah laku yang baik dan mulia, yang dijadikan pedoman hidup manusia dalam membina hubungan yang selaras antara semua mahluk hidup. Ritual (Upacara) ini merupakan suatu sarana yang pada umumnya selalu dilengkapi dan diiringi dengan adanya Upakara atau Banten. Inilah yang menjadi ciri khas perkembangan agama Hindu di daerah Bali. Hal ini sebagai tanda bahwa kegiatan keagamaan tersebut sudah dilaksanakan dan diterima oleh masyarakat Hindu pada umumnya. Dalam hal ini yang dimaksud upacara adalah merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari suatu Yajna atau korban suci. Sedangkan Upakara itu merupakan suatu sarana, alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan upacara keagamaan. Upakara ini sering diistilahkan dengan Banten yaitu beberapa jenis bahan atau perlengkapan upacara yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dilihat dan memepunyai arti simbolis keagamaan sesuai dengan fungsinya. Ketiga Kerangka Dasar Agama Hindu itu semestinya dipahami dengan sebaik-baiknya demi keselarasan dan keseimbangan pelaksanaan kegiatan keagamaan. Pura merupakan tempat suci bagi umat Hindu. Pura dibangun memakai konsep Tri Mandala yaitu Utama Mandala (halaman utama), Madya Mandala (halaman tengah), dan Nista Mandala (halaman luar). Pura juga memakai konsep Tri Hita Karana yakni hubungan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam bawah / Bhuta Kala. Ketiga hubungan ini saling berkaitan karena satu sama lain saling melengkapi. Rasa Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa oleh umat Hindu yang ada di Bali dapat diwujudkan serta dilaksanakan dengan berbagai cara. Seperti misalnya dengan persembahyangan dengan korban suci, menyediakan atau membangun tempat-tenpat persembahyangan untuk melaksanakan Upacara Yajna yang didasari oleh ajaran-ajaran yang didapat dalam Pustaka Suci Veda. Umat Hindu khususnya di Desa Yehsumbul, mewujudkan rasa bhakti mereka terhadap Tuhan-Nya dengan cara membangun sebuah Pura yang diberi nama Pura Kawitan. Dilihat dari namanya Pura tersebut merupakan Pura Kawitan atau Pura keluarga yang biasanya di empon oleh satu garis keturunan atau satu Purusa. Namun dalam kenyataannya Pura tersebut berfungsi seperti Pura umum, sebab orang darimana saja terlepas dari status sosial masyarakat (kelompok) diperkenankan mengadakan kegiatan keagamaan, seperti persembahyangan pada saat Puja Wali. Dengan demikian status Pura tersebut sampai saat ini belum terungkap. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Pura Kawitan tersebut, dengan judul Eksistensi Pura Kawitan Di Desa

Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) bagaimanakah eksistensi Pura Kawitan yang berada di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana? (2) apakah fungsi Pura Kawitan di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana? (3) Nilai-nilai pendidikan agama Hindu apa saja yang terdapat di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana? Dalam suatu penelitian sudah tentu mempunyai tujuan yang pasti, begitu pula dengan penelitian yang peneliti lakukan. Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sradha dan bhakti masyarakat Desa Yehsumbul kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dan untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai Pura Kawitan. Dan secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk dapat mengetahui tentang eksistensi Pura Kawitan di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 2) Untuk mengetahui tentang fungsi Pura Kawitan di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 3) Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat di Pura Kawitan Di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Manfaat penelitian adalah nilai guna dari suatu kegiatan penelitian. Melalui suatu pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penetian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada yaitu : 1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam merumuskan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan terhadap permasalahan yang serupa yang dihadapi dikemudian hari. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan ilmiah juga sebagai refrensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan yang sama. Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada yaitu : Bagi Mahasiswa sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan. Bagi masyarakat nantinya dapat dipakai sebagai bahan acuan guna menambah wawasan dan melaksanakan pelestarian budaya, khususnya Pura dan sistem ritualnya. Bagi lembaga sebagai bahan perbendaharaan perpustakaan sehingga dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dan kajian selanjutnya bagi yang memerlukan. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Berhasil tidaknya suatu karya ilmiah sebagian besar ditentukan oleh ketetapan metode yang digunakan, sehingga nantinya diharapkan hasil yang hendak dicapai dalam penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Metode tersebut selain digunakan sebagai alat untuk mengambil kesimpulan, menjelaskan dan menganalisa masalah, namun juga digunakan untuk memecahkan masalah. Teori yamg digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut : teori eksistensialisme, teori fungsional struktural, dan teori nilai. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif kualitatif. 3. PENYAJIAN DAN HASIL PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Terkait dengan gambaran umum lokasi penelitian berikut akan diuraikan beberapa hal yaitu Sejarah Desa Yehsumbul, latak geografis, penduduk dan mata pencahariannya, dan Agama serta sistem kekerabatannya. 3.1 Eksistensi Pura Kawitan Di Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Sejarah Desa Yehsumbul, Desa Yehsumbul ini dibuka oleh seorang Panglingsir yang bernama Pekak Ribut sebagai ketua, Pekak Beris sebagai wakil, dan Bapak Nengah Rantia sebagai Penasehat, serta diikuti oleh beberapa orang anggotanya yaitu Kiang Gading (Pan Windo), Pan Natih (Pan Gendi), Pan Regeg (Pan Kenyer), Pan Sender (Tut Kandra), Kiang Geduh (Kak Ker), Komang Westi. Yang kemudian berselang beberapa bulannya diikuti oleh Ngurah Gading, Kak Supir (Aji Sadia), Kak Regawa (Ngr Bagi), Kiang Milis (Ngurah Kormo), Kiang Udik, Kiang Remeng, dan Kiang Mesning. Adapun yang memberikan restu pada waktu pembukaan Desa Yehsumbul Banjar Pangkung Jelati adalah Prebekel atau Kepala Desa Yehembang yang bernama Gusti Aji Jambul yang disertai oleh Kelian Banjar, Banjar Yehsumbul yang bernama Pekak Kanis (Kak Lampung). Letak GeografisDesa Yehsumbul adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak pada jalan lalu lintas Denpasar- Gilimanuk. Batas-batas desa Yehsumbul adalah : di sebelah utara adalah hutan Negara, di sebelah timur adalah desa Medewi, di sebelah selatan adalah Samudra Indonesia dan di sebelah barat adalah desa Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo.Wilayah desa YehSumbul luasnya 924,340 hekto meter persegi, yang terdiri atas 6 Banjar atau Dusun yakni : 1) Banjar/Dusun Yehsumbul, 2). Banjar/Dusun Samblong, 3). Banjar/Dusun Yeh Satang, 4). Banjar/Dusun Pangkung Jelati, 5). Banjar/Dusun Pangkung Languan dan 6). Banjar/Dusun Pangkung Languan Mekar. Penduduk dan Mata Pencaharian. Desa Yehsumbul yang mempunyai wilayah cukup luas, jumlah penduduknya secara keseluruhan sebanyak 6.915 jiwa, yang terdiri dari pria sebanyak 3.435 jiwa dan wanita sebanyak 3.480 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 2014 KK. Usia penduduk tingkat remaja antara 04-18 tahun lebih banyak dibandingkan dengan orang tua. Hal ini menandakan pimpinan Desa harus banyak mencurahkan perhatian pada penyediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, tenaga pendidikan dan peralatan lainnya Mata Pencaharian penduduk. Mata pencaharian merupakan sumber pokok penghidupan masingmasing keluarga. Setiap penduduk (manusia) mempunyai tingkat penghidupan yang berbedabeda tergantung tingkat penghasilannya. Mengingat Desa Yehsumbul adalah Desa yang memiliki tanah pertanian yang luas maka penduduknya sebagian besar hidup dari hasil pertanian baik itu persawahan maupun perkebunan. Agama dan Sistem Kekerabatan Kehidupan beragama di Desa Yehsumbul sudah kondusif walaupun terdapat berbagai umat lain yang tinggal di Desa Yehsumbul, namun kehidupan beragama disana telah berjalan dengan baik. Tri kondisi kehidupan beragama, yaitu : kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat dengan pemerintah telah berjalan dengan baik. Pura Kawitan merupakan sebuah Pura yang di dirikan oleh para Leluhur yang terdahulu, yaitu pada masa perabasan hutan sebagai tanda mulainya bercocok tanam. Pura Kawitan berdiri pada tahun 1946 yang diawali dengan satu buah Palinggih Turus Lumbung sebagai tempat berstananya adalah Ida Betara Sangkare sebagai Dewa pemelihara kebun dari para petani yang berada di Yehsumbul. Pura Kawitan merupakan salah satu Pura Kawitan Banjar yang ada di Desa Yehsumbul. Dan yang menyungsung Pura Kawitan ini adalah semua masyarakat yang

berada Di Desa Yehsumbul terlepas dari status sosial atau kasta yang dimilikinya. Krama Desa Yehsumbul dalam menyambut Pujawali/Piodalan Pura Kawitan adalah dengan mengumpulkan uang iuran yang besarnya sesuai dengan tingkat upacara yang akan dilaksanakan. Piodalan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada Sukra Umanis Wuku Tolu. Pura Kawitan terletak di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Struktur Pura Kawitan sama dengan Pura-pura yang ada di Bali, seperti: (a) Jeroan (utama mandala) yang terdapat 7 buah bangunan Palinggih yang meliputi : Palinggih Taksu, Dewa Sangkara, Rambut Sedana, Padmasana, Gedong, Sapta Petala, Pangrurah, Bale Paselang, dan Pyasan.. (b) Jabe Tengah (Madya Mandala) terdapat beberapa buah bangunan antara lain Bale Gong/Angklung, Palinggih Apit Lawang Kanan dan Palinggih Apit Lawang Kiri, (c) Jabesisi (nista mandala) yang berupa akses jalan dari Pura Kawitan yang diberikan oleh Krama Subak Abian Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul. Berdirinya Pura Kawitan ini memberikan anugrah yang melimpah dan keunikannya lagi adalah semenjak berdirinya Pura Kawitan ini masyarakat Desa Yehsumbul tidak pernah gagal panen. 3.2 Fungsi Pura Kawitan Fungsi Pura adalah sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta segala manifestasinya juga memiliki fungsi-fungsi yang lainnya terkait dengan agama Hindu. Fungsi Sosial Pura Kawitan di Desa Yehsumbul, juga berpengaruh terhadap proses adaptasi umat Hindu dari berbagai daerah yang datang untuk mengikuti upacara di Pura Kawitan yang memiliki adat dan budaya yang tidak sama, kidung pengiring upacara dan pengucapan mantra juga berbeda. Dengan berkumpul dalam suatu upacara, maka terjadi proses adaptasi atau penyesuaian sehingga umat dari berbagai daerah akan menumbuhkan semangat rasa persaudaraan sesama umat Hindu, khususnya di daerah Jembrana. Fungsi Religius Pura Kawitan sebagai tempat dimana Pura tersebut digunakan untuk mendamaikan hati dan pikiran manusia dalam menghadapi segala macam cobaan di dunia. Fungsi pemersatu umat dimana pada saat pelaksanaan ngayah di Pura Kawitan terjadi rasa kebersamaan yang dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan sebagai umat Hindu sedarma. Fungsi penyucian dimana Pura Kawitan digunakan sebagai tempat untuk menyucikan Tri Kaya Parisudha manusia. Fungsi pendidikan dimana di Pura Kawitan digunakan sebagai tempat untuk mendidik remaja di Desa Yehsumbul seperti adanya latihan mekidung,menari dan mejejahitan. 3.3 Nilai Pendidikan di Pura Kawitan Nilai Pendidikan Tattwa penting karena dengan bertattwa serta berfilsafat manusia mampu menimbang dan memutuskan apa yang harus dilaksanakan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Nilai Pendidikan Etika/Susila keinginan yang mendalam untuk berhubungan dengan Hyang Widhi akan menimbulkan kesedihan untuk rela berkorban dalam bentuk apapun untuk dipersembahkan. Nilai Pendidikan Estetika yaitu ider-ider yang dipakai menghiasi tempat pemujaan di Pura Kawitan yang berupa kain dan disertai tedung. Di samping itu juga dilihat dari mantra-mantra yang dilontarkan oleh Jero Mangku yang memiliki keiindahan tersendiri bagi penikmatnya. Nilai Pendidikan Sosial masyarakat dalam rangka persiapan menyambut Pujawali dan hari raya suci keagamaan lainnya, masyarakat sangat antusias bekerja bhakti/ngayah dengan bersama-sama dan saling tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan/pamrih. Nilai Pendidikan Sosial Masyarakat dimana masyarakat dalam melaksanakan pendidikan di Pura Kawitan respon masyarakat antusias, masyarakat Desa Yehsumbul dalam melakukan aktivitas upacara sudah membentuk sebuah organisasi. Nilai Pendidikan Kearah Keharmonisan kegiatan yang dilaksanakan di Pura Kawitan tidak diberikan secara khusus kepada masyarakat

Desa Yehsumbul, namun pendidikan akan diperoleh masyarakat pada saat masyarakat datang ke Pura Kawitan untuk melaksanakan persembahyangan. 4. SIMPULAN Berdasarkan dari uraian pada pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut : Eksistensi Pura Kawitan. Pura Kawitan merupakan sebuah Pura yang di dirikan oleh para Leluhur yang terdahulu, yaitu pada masa perabasan hutan sebagai tanda mulainya bercocok tanam. Pura Kawitan berdiri pada tahun 1946 yang diawali dengan satu buah Palinggih Turus Lumbung sebagai tempat berstananya adalah Ida Betara Sangkare sebagai Dewa pemelihara kebun dari para petani yang berada di Yehsumbul. Pura Kawitan merupakan salah satu Pura Kawitan Banjar yang ada di Desa Yehsumbul. Dan yang menyungsung Pura Kawitan ini adalah semua masyarakat yang berada Di Desa Yehsumbul terlepas dari status sosial atau kasta yang dimilikinya. Cara Krama Desa Yehsumbul dalam menyambut Pujawali/Piodalan Pura Kawitan adalah dengan mengumpulkan uang iuran yang besarnya sesuai dengan tingkat upacara yang akan dilaksanakan. Piodalan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada Sukra Umanis Wuku Tolu. Pura Kawitan terletak di Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Pada umumnya struktur Pura Kawitan sama dengan Pura-pura yang ada di Bali, seperti: (a) Jeroan (utama mandala) yang terdapat 7 buah bangunan Palinggih yang meliputi : Palinggih Taksu, Dewa Sangkara, Rambut Sedana, Padmasana, Gedong, Sapta Petala, Pangrurah, Bale Paselang, dan Pyasan.. (b) Jabe Tengah (Madya Mandala) terdapat beberapa buah bangunan antara lain Bale Gong/Angklung, Palinggih Apit Lawang Kanan dan Palinggih Apit Lawang Kiri, (c) Jabesisi (nista mandala) yang berupa akses jalan dari Pura Kawitan yang diberikan oleh Krama Subak Abian Banjar Pangkung Jelati Desa Yehsumbul. Berdirinya Pura Kawitan ini memberikan anugrah yang melimpah dan keunikannya lagi adalah semenjak berdirinya Pura Kawitan ini masyarakat Desa Yehsumbul tidak pernah gagal panen. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktis. Edisi Revisi V. Jakarta: Renika Cipta. Ardana. 2009. Eksistensi Pura Watu Klotok sebagai linggih penyucian Ida Bhatara Besakih di Desa Tojan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi IHDN Denpasar.Jakarta: Rineka Cipta. Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif.Surabaya: Airlangga University Press. Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia. Hasan, Iqbl. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indo Press. Mantra, I.B. 1997. Bhagawadgita, Alih Bahasa dan Penjelasan Milik Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama. Mardiyanta. 2008. Pura Grombong di Desa Pakraman Baturinggit Kecamatan Kubu Kabupaten Karang Asem. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi IHDN Denpasar. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, 1992. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Parisadha Hindu Dharma, 1995. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu X-XV. Poerwadarminta, W.J.S 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Redana. 2006. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Rise Diklat Penulisan Karya Ilmiah IHDN Denpasar. Sudarsana, I. K. (2014). Pengembangan Model Pelatihan Upakara Berbasis Nilai Pendidikan Agama Hindu Untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar. Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran Tokoh Pendidikan Dalam Buku Lifelong Learning: Policies, Practices, And Programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53. Sudarsana, I. K. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14. Sudarsana, I. K. (2016). Development Model Of Pasraman Kilat Learning To Improve The Spiritual Values Of Hindu Youth. JIP, 4(2). Sudarsana, I. K. (2016). Model Pembelajaran Pasraman Kilat: Meningkatkan Nilai-Nilai Spiritual Remaja Hindu. Sukmadinata, 2004. Teori Sosiologi Klasik Modern. Jakarta : Pen. PT. Gramedia. Suprayoga, Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :Prenada Media. Suprayoga, Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Tabrani R, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Grafindo. Tim, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka Indonesia. Tim Penyusun, 2005. Kamus Istilah agama Hindu Denpasar. Tim Penyusun, 2003. Kamus Istilah Agama Hindu Denpasar. Titib, I Made. 2003. Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya:Paramita. Titib, I Made. 1996. Veda, Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita. Tulisawan 2009. Pura Rambut Siwi sosiologi skematik Jakarta :Bumi Aksara. Wiana, 2007. Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya : Paramita. Wiana, 2009. Pura Penataran Agung Besakih. Surabaya : Paramita.