BAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan sistim outsourcing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat

BAB I PENDAHULUAN. cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (Alih Daya) PADAA PT. SUCOFINDO CABANG PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memenuhi. langsung atau uang untuk membeli kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan pelaksanaan

ANALISIS PERMASALAHAN OUTSOURCING (ALIH DAYA ) DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN PENERAPANNYA

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh jaminan sosial untuk

Bab III PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja alih daya (outsourcing) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Salah satunya UU No.

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa outsourcing atau penyedia tenaga kerja. 1. Meningkatkan konsentrasi bisnis. Kegiatan operasional telah

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING. A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PERLINDUNGAN HAK-HAK BURUH PADA PRAKTIK SISTEM OUTSOURCING: SEBUAH KESENJANGAN PENERIMAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu dasa warsa lalu, jumlah. laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir,

DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan. Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1

BAB I PENDAHULULAN. lain melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah da rah Indonesia,

PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN. abstract

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada pembangunan dalam bidang ekonomi dan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang giat dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

BAB I KETENTUAN U M U M

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai ketenagakerjaan. 1 Ruang lingkup dari ketenagakerjaan adalah mengatur hubungan perburuhan secara keseluruhan yang di dalamnya diatur hubungan dari tiga pihak yaitu pemerintah, pengusaha, dan buruh yang sepanjang berhubungan dengan hubungan industrial yang disebut dengan tripartit. 2 Hukum ketenagakerjaan yang diakomodir dalam Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 berfungsi untuk mengatur hubungan yang serasi antara semua pihak yang berhubungan dengan segala aspek di bidang ketenagakerjaan yaitu antara lain: penempatan, keselamatan dan kesehatan kerja, kesejahteraan dan jaminan sosial, dan pelaksanaan sistem jaminan sosial. Seiring dengan perkembangannya, hukum Ketenagakerjaan mengalami perubahan dalam mengakomodir segala aspek yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Hubungan antara hukum ketenagakerjaan dengan tujuan pembangunan dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh dalam bentuk kerja sama dari hubungan tripartit. Pembangunan dalam bidang Ketenagakerjaan melahirkan kebijakan dan sistem yang mempertimbangkan tujuan-tujuan guna perluasan kesempatan kerja serta kegiatan 1 Rachmat Trijono, 2014, Pengantar Hukum ketenagakerjaan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, hlm. 13. 2 Muchtar Pakpahan, Ruth Damaihati Pakpahan, 2010, Konflik Kepentingan Outsourcing dan Kontrak Dalam UU No. 13 Tahun 2003, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, hlm. 2.

2 usaha yang banyak menyerap tenaga kerja demi tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat. Upaya untuk mewujudkan keadaan yang sejahtera maka fungsi dan tujuan hukum di Indonesia tidak hanya sebatas memelihara ketertiban, keamanan, dan stabilitas masyarakat, tetapi terlebih pada cita-cita untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik dalam arti masyarakat sebagai kesatuan, maupun untuk mencapai kesejahteraan bagi setiap warga Negara Indonesia. 3 Permasalahan terberat yang dihadapi oleh pemerintah yaitu dalam bidang ekonomi yaitu terjadinya krisis ekonomi secara global dan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi domestik. Kondisi ekonomi yang demikian mengakibatkan banyak perusahaan yang menekan biaya produksi dengan melakukan pengurangan jumlah pekerja demi menjaga keberlangsungan kegiatan usahanya. Data jumlah penduduk pencari kerja pada bulan Agustus tahun 2013 tercatat sebanyak 118,19 juta orang dan 7,39 juta orang termasuk dalam kategori pengangguran dan bertambah sebanyak 150 ribu orang dari bulan agustus tahun 2012. 4 Guna menyikapi permasalahan tersebut pemerintah diharapkan mampu membuat arah kebijakan dengan memberikan peluang dan segala kemudahan bagi para pihak baik pemerintah, pengusaha maupun para pencari kerja guna meningkatkan kembali dunia usaha demi menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran. 3 Sunaryati Hartono, 1982 Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Binacipta, Bandung, hlm.17. 4 Jumlah angkatan kerja,penduduk kerja,pengangguran,1986-2013, www.sensuspendudukindonesia2013.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 19.05

3 Pada prinsipnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan merupakan landasan pembangunan dalam bidang Ketenagakerjaan yaitu dengan menetapkan bidang-bidang hukum yang baru dan menetapkan bidang-bidang hukum yang harus dipertahankan, maupun merubah bidang-bidang hukum yang dinilai sudah tidak berlaku. 5 Salah satu upaya dalam menghadapi permasalahan yang timbul di bidang ketenagakerjaan yaitu dengan diberlakukannya sistem outsourcing. Pelaksanaan sistem outsourcing memberikan dampak yang positif bagi para pihak yaitu: pemerintah, pengusaha, dan pekerja dalam menghadapi iklim persaingan usaha yang semakin ketat. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mengatur tentang istilah outsourcing secara jelas tetapi dalam Pasal 64 undang-undang tersebut mengatur tentang dasar diberlakukannya outsourcing. Outsourcing dapat diartikan sebagai pengalihan sebagian atau seluruh pekerjaan dan atau wewenang kepada pihak lain guna mendukung strategi pemakai jasa outsourcing baik pribadi, perusahaan, divisi, ataupun sebuah unit dalam perusahaan. 6 Sistem outsourcing membantu perusahaan untuk dapat melakukan efisiensi biaya produksi dan efektivitas dalam pembagian resiko kerja guna mendukung kegiatan usahanya dalam menghadapi pasar kerja yang fleksibel terutama dalam era perdagangan bebas. Bagi pemerintah sistim outsourcing juga merupakan salah satu alternatif pemecahan untuk menyediakan lapangan pekerjaan guna memperluas kesempatan kerja, sehingga mengurangi angka 5 Mochtar Kusumaatmadja, 2006, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, PT. Alumni, Bandung, hlm. 23. 6 Komang Priambada dan Agus Maharta, 2008, Outsourcing Versus Serikat Pekerja; An Introduction to Outsourcing, Alihdaya publishing, Jakarta, hlm. 12.

4 pengangguran. Bagi pekerja, outsourcing juga memberikan kesempatan kerja dan lapangan kerja lebih luas bagi masyarakat sehingga mampu mencegah terjadinya urbanisasi yang juga menjadi salah satu permasalahan dalam bidang kependudukan. Pelaksanaan outsourcing pada umumnya didasari atas suatu perjanjian kerja waktu tertentu. Ada dua macam jenis perjanjian yang diatur dalam perjanjian outsourcing yaitu: perjanjian pemborongan pekerjaan secara penuh atau Full Outsource atau Business Process Outsourcing dan perjanjian penyediaan jasa pekerja atau buruh atau Labor Contract Supplier. 7 Proses bisnis yang cepat, efisien, dan efektif harus didukung oleh tingkat kesejahteraan pekerja agar tidak menimbulkan pro kontra dari beberapa pihak dalam pelaksanaannya. Kesejahteraan pekerja menurut Pasal 1 angka 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Salah satu upaya mencapai kesejahteraan bagi pekerja diperlukan jaminan sosial yang merupakan misi pemerintah sebagai bentuk perlindungan sosial bagi pekerja. Dalam Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan juga mengatur setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial. Penerapan jaminan sosial Jakarta, hlm. 5. 7 Iftida Yasar, 2010, Menjadi Karyawan Outsourcing, PT.Gramedia Pustaka Utama,

5 bertujuan dalam rangka membangun kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik dan menjadi tugas pemerintah sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. 8 Penerapan jaminan sosial diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Definisi jaminan sosial terkandung dalam Pasal 1 undang-undang tersebut yaitu salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jenis-jenis program jaminan sosial dalam pasal 18 undang-undang tersebut antara lain meliputi: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Untuk merealisasikan pelaksanaan program jaminan sosial maka dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Seiring dengan perubahannya, selain memberikan kontribusi yang positif bagi permasalahan di bidang ketenagakerjaan, praktek outsourcing juga dinilai telah menimbulkan permasalahan baru. Masih banyaknya praktek outsourcing yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga menimbulkan kerugian bagi para pekerja outsource yang kedudukannya lebih rendah khususnya dalam memperoleh perlindungan hak atas jaminan sosial. Dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur bahwa perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat- Jakarta, hlm. 2. 8 Muhammad Aditya Warman, 2014, Social Security In Indonesia, PT. Pusat Studi Apindo,

6 syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Dalam prakteknya, masih banyak pekerja yang tidak memperoleh perlindungan hak jaminan sosial dengan diikutsertakannya dalam program jaminan sosial oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Hal tersebut dikarenakan adanya indikasi orientasi keuntungan dan tujuan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa pekerja dengan mengurangi hak pekerja. Dalam menyikapi permasalahan tersebut maka Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan peraturan baru yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 yang mengatur tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 ini merupakan transformasi dari peraturan yang lama dan yang telah dicabut yaitu Kepmenakertrans Republik Indonesia Nomor: KEP.101/MEN/VI/2004 Tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja dan Kepmenakertrans Republik Indonesia Nomor: KEP.220/MEN/X/2004 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 tahun 2012 pekerja memperoleh kepastian terhadap perlindungan atas haknya. Melalui perjanjian kerja penyedia jasa pekerja/buruh perusahaan harus menanggung biaya lebih besar demi menjamin terpenuhinya hak para pekerja dalam hubungan kerja, yang salah satunya yaitu hak atas jaminan sosial sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan yang diperjanjikan.

7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 diharapkan mampu memberikan jaminan bagi para pihak dalam pelaksanaan pemenuhan perjanjian penyediaan jasa pekerja, khususnya jaminan bagi para pekerja outsource demi terpenuhinya kesejahteraan bagi para pekerja. CV. Caritas merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa yang bergerak di bidang penyediaan jasa pekerja kepada perusahaan lain guna mendukung strategi bisnis, oleh karena itu penulis tertarik menganalisa dan mengkaji melalui laporan tugas akhir yang berjudul Pelaksanaan Pemenuhan Hak Atas Jaminan Sosial Bagi Pekerja Outsource Oleh Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja Pasca Putusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Pada CV. Caritas Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas dan dikembangkan lebih lanjut dalam peneltian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana ketentuan terhadap pelaksanaan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja sesuai peraturan yang berlaku pasca diberlakukannya Permenakertrans No. 19 Tahun 2012? 2. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja outsource oleh CV. Caritas Jaya Yogyakarta pasca Permenakertrans No. 19 Tahun 2012?

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis ketentuan pelaksanaan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja sesuai peraturan yang berlaku pasca diberlakukannya Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. 2. Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja outsource oleh CV. Caritas Jaya Yogyakarta pasca Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Subyektif : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penyusun dalam rangka penyusunan tesis sebagai tahap akhir jenjang studi strata 2 (dua) dibidang hukum bisnis. 2. Manfaat Obyektif : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu hukum Ketenagakerjaan.

9 b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja dalam perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh pasca putusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 di CV. Caritas Yogyakarta c. Secara Teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam bentuk sumbang saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya serta bidang Ketenagakerjaan terkait dengan kesejahteraan pekerja. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta maupun Universitas Negeri Semarang, terdapat beberapa karya tulis atau penelitian hukum yang peneliti temukan dengan pokok bahasan yang meneliti tentang perlindungan hak bagi pekerja yang pertama yaitu diteliti oleh: 1. Adri Wahyuning dengan judul penelitian Tinjauan Atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Dalam Hubungan Kerja Waktu Tertentu Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. penelitian tersebut mengkaji mengenai sistem jaminan sosial yang seperti apakah yang dianut oleh Indonesia dilihat dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan mengetahui apakah Undang-Undang

10 tersebut sudah memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja dalam hubungan kerja waktu tertentu. 9 2. Hans Bernardi dengan judul Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Di Perusahaan Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/2011. Penelitian tersebut mengkaji mengenai bagaimana perlindungan hukum dan dampak bagi tenaga kerja outsourcing setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011 dan bagaimana kesesuaian aturan hukum bagi perusahaan outsourcing dikaitkan dengan standar penghargaan terhadap tenaga kerja yang diatur oleh International Labour Organization atau ILO pada Equal Remperation Convention Nomor 100 Tahun 1951. 10 3. Arif Darmawan, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang dengan judul Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja Di PT. Poliplas Makmur Santosa Ungaran. Adapun penelitian tersebut mengkaji mengenai bagaimana pelaksanaan program jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap kecelakaan kerja di PT. Polipas Makmur Santosa Ungaran dan kendala yang dihadapi serta mengetahui upaya apa saja yang ditempuh dalam mengatasi kendala 9 Adri Wahyuning, 2015, Tinjauan Atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Dalam Hubungan kerja Waktu Tertentu Dari Perspektif Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Tesis, Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 10 Hans Bernardi, 2013, Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Di Perusahaan Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/2011, Tesis, Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

11 pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja terhadap kecelakaan kerja di PT. Polipas Makmur Santosa. 11 Pada penelitian hukum yang pertama menganalisis tentang tinjauan jaminan sosial bagi pekerja sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan pada penelitian yang kedua menganalisis tentang pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja di perusahaan outsourcing pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011 sedangkan penelitian yang ketiga menitikberatkan pada pelaksanaan program kecelakaan kerja. Oleh karena itu pada ketiga penelitian tersebut berbeda dengan penelitian dari peneliti yang terkait dengan pelaksanaan pemenuhan hak atas jaminan sosial bagi pekerja oleh perusahaan penyedia jasa pekerja pasca Putusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor 19 Tahun 2012. Dengan demikian maka dapat dikatakan penelitian ini telah memenuhi kaedah keaslian penelitian dan belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain, sehingga merupakan hasil karya asli dan bukan hasil duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya ilmiah yang lainnya. Apabila dikemudian hari ditemukan penelitian yang sejenis dengan penulisan hukum ini maka penulisan ini merupakan pelengkap atau pembaharuan dari hasil penelitian terdahulu. 11 Arif Darmawan, 2013, Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja Di PT. Poliplas Makmur Santosa Ungaran, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Semarang.