melibatkan imajinasinya, pengetahuannya, pengalamannya, perasaannya pada saat mereka berinteraksi dengan teks sastra. Peluang ini harus diciptakan

dokumen-dokumen yang mirip
Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Menyediakan struktur dan penerapan

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

SILABUS MENULIS BUKU AJAR/ILMIAH (IN309) Dra. Yeti Mulyati, M.Pd

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB V PENGGUNAAN PUISI KARYA ANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

KOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan,

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Teks dalam pembelajaran sastra menjadi inti. Kesalahan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

7. C Pembahasan: Dalam konteks kutipan paragraf tersebut, istilah bersubsidi bermakna mendapat bantuan uang dari pemerintah.

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

Nama Mahaiswa :... Kelas :...

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

KISI-KISI SOAL. Tahun Pelajaran : 2014/ Menentukan persamaan isi berita.

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH SMP KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Transkripsi:

A. PENGANTAR Kegiatan bersastra berarti memperoleh pengalaman di bidang sastra. Pengalaman bersastra menunjukkan bagian aktivitas yang senantiasa melibatkan bagaimana proses pemahaman terus-menerus berlangsung pada saat berinteraksi dengan teks sastra. Teks sastra berkarakter menuntut untuk dibaca, diapresiasi, ditanggapi, didekati dengan pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. Teks sastra memberi peluang untuk dimasuki dengan cara yang berbeda dan dengan ragam pengalaman, ragam kepentingan karena ia bersifat terbuka dalam pemaknaan. Makna teks sastra tidak bermakna tunggal. Oleh karena itu, tidak ada orang atau pihak yang dapat menentukan makna teks dan yang lain tidak boleh memaknai. Penentuan makna teks secara tunggal akan melahirkan perselisihan yang tidak pernah berhenti. Makna teks sastra itu unik karena tidak dikenal betul atau salah. Namun juga, hal ini tidak menjadikan pemaknaan dapat dilakukan semaunya. Ada sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi. Teks sastra menyarankan pada kegiatan, melakukan sesuatu. Ia tidak akan berarti apa-apa sebelum digeluti pembaca. Oleh karena itu, ketika kita teringat pada pengajaran sastra, yang semestinya terpikir ialah bagaimana menggiatkan murid dalam berinteraksi dengan teks sastra. Pengarahan interaksi murid dengan teks sastra akan menceburkan mereka ke dalam pengalaman bersastra. Teks sastra kaya dengan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum dimiliki murid sebagai pembaca. Pertama-tama murid akan yang tidak mungkin diperoleh dengan berikhtiar sendiri karena keterbatasan waktu, usia, dan kesempatan. Bagaimana peluang kurikulum dalam memberi kesempatan pada murid untuk berinteraksi dengan teks sastra? Tampaknya kurikulum yang ada telah memberikan peluang yang cukup besar kepada murid untuk beroleh pengalaman bersastra yang pada akhirnya murid akan beroleh pengalaman hidup. Dalam kaitannya dengan sastra, kurikulum yang ada memberikan tempat pada kegiatan bersastra. 1. Karakteristik Pelajaran Sastra Sastra merupakan salah satu bentuk karya seni yang harus diperlakukan secara terbuka. Ia membuka peluang untuk diapresiasi, diekspresikan, ditelaah, juga diresendi, dan dikritik. Oleh karena itu, pengajaran sastra pertama-tama mesti apresiatif. Dalam pengajaran di kelas (pembelajaran) siswa diberikan peluang seluasluasnya untuk berinteraksi dan bertransasksi dengan teks sastra. Kesempatan disediakan oleh guru dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa

melibatkan imajinasinya, pengetahuannya, pengalamannya, perasaannya pada saat mereka berinteraksi dengan teks sastra. Peluang ini harus diciptakan oleh Guru. Siswa sangat bergantung pada ajakan guru. Ajakan guru akan mengarahkan kegiatan siswa. Dengan kata lain, siswa tidak akan bergerak manakala guru tidak berusaha untuk mengajaknya bergerak. Ajakan inilah yang seharusnya sering diciptakan guru agar pengajaran sastra menjadi pengajaran yang menyenangkan. Siswa dipaksa untuk menggunakan pikiran dan imajinasinya pada saat mengikuti pelajaran sastra. Penyediaan peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan teks secara bertahap dan bertujuan akan menjadikan siswa belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Tujuan tersebut akan tercapai bila pada setiap pembelajaran siswa diajak secara terus menerus bergaul dan bergelut dengan teks sastra yang menyediakan beragam pengalaman. Kegiatan bersastra menjadi bagian inti dalam pembelajaran sastra. Ia harus ada dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru seharusnya selalu berpikir bagaimana menggerakkan siswa agar bergelut dengan teks sastra. Hal ini dimaksudkan agar dalam berbagai kegiatan pembelajaran siswa beroleh pengalaman bersastra, bertambah bekal pengalaman hidup, beroleh pengetahuan secara fungsional (dapat digunakan untuk mendalami, mempermudah dalam berinteraksi dengan teks sastra). Dialog-dialog di kelas merupakan dialog tentang kehidupan sebagaimana yang termuat dalam teks sastra. Hal ini berguna untuk menjalani hidup dan kehidupan. Dalam hal bergaul, berkomunikasi, bersosialisasi, semuanya menjadi bagian dari kebutuhan dalam menjalani hidup. Manfaat tersebut dicatat sebagai bagian yang seharusnya diperoleh siswa pada saat mengikuti pelajaran sastra. Jadi, karakteristik pengajaran sastra itu merupakan kegiatan bersastra, yakni menjadikan teks sastra sebgai media perolehan pengalaman hidup, kesempatan bersimpati, pembangkitan imajinasi, kesempatan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan berestetik. Di samping itu, pengajaran sastra menuntut kesejalanan dengan teks sastra sebagai karya kreatif pengarangnya. Oleh karena itu, pengajaran sastra selalu didasarkan pada kreatifitas; kreatifitas guru dan kreatifitas murid. Guru juga jangan melupakan rambu-rambu yang telah digariskan dalam kurikulum sehubungan dengan pembelajaran sastra, yaitu

2. Kompetensi Siswa Mengapa pengajaran sastra diberikan pada siswa? Menurut kurikulum ada beberapa hal yang menjadi dasar. Dasar-dasar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran sastra, yakni: 1) 2) Berdasarkan tujuan tersebut disusunlah kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Kompetensi sastra dimaksud dapat dipetakan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. 3. Pengalaman Bersastra/Kegiatan Bersastra Apa yang dimaksud dengan pengalaman bersastra? Apakah kurikulum saat ini memberikan peluang kepada siswa untuk beroleh pengalaman bersastra? Kita dapat memperoleh gambaran tersebut dengan mengkaji indikator. Pada tulisan ini akan digambarkan indikator kelas XI dan XII SMA sebagai contoh kasus. Dengan contoh ini kita dapat melihat bagaimana pengalaman bersastra termuatkan dalam kurikulum sekarang ini. Contoh indikator di atas memberikan gambaran pada kita bahwa siswa harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan agar mereka beroleh pengalaman bersastra. Pelibatan itu tampak dengan jelas, dieksplisitkan dengan kata-kata kerja operasional, seperti menjelaskan, menyimpulkan, menentukan, menunjukkan, membacakan, mengidentifikasikan, mempublikasikan. Kata-kata kerja itu mensyaratkan proses yang harus dilalui siswa sebelum melakukan kegiatan seperti yang disarankan dalam indikator tersebut. Siswa dapat menyimpulkan nilai-nilai budaya dalam puisi, misalnya, jika mereka telah membaca puisi itu dengan seksama. Diharapkan mereka dapat memahami tanda-tanda budaya yang terdapat dalam puisi yang dibacanya. Jadi, pada intinya pengalaman bersastra itu adalah kegiatan bersastra. 4. Kedudukan Materi Pokok Kurikulum yang ada saat ini merupakan kerangka dasar kompetensi mata pelajaran sastra Indonesia. Kerangka ini disajikan dalam komponen utama, yakni (1) Standar kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, (3) Indikator, (4) materi pokok. Kedudukan materi pokok sangatlah penting karena ia merupakan media penyampaian kompetensi dasar melalui indikator yang disajikan. Pencapaiaan itu berjenjang.

Pemakaian materi pokok yang salah berakibat pada kemungkinan ketidaktercapaian kompetensi dasar. Secara umum materi sastra yang terdapat dalam kurikulum yang ada saat ini melingkupi. Secara keseluruhan materi pokok itu berfungsi sebagai media terlaksananya kegiatan bersastra/pengalaman bersastra yang dikesankan melalui indikator seperti yang digambarkan pada bagian sebelumnya. Di samping itu, target utama dalam materi pokok adalah hasil sastra. Siswa disarankan berinteraksi dengan sastra. Pada saat berinteraksi siswa diharapkan memiliki fokus tertentu, misalnya mengidentifikasi watak melalui dialog drama, atau mengungkapkan karakter tokoh dalam drama. Tujuan itu mensyaratkan adanya interaksi antara murid dan teks sastra. B. MODEL BUKU AJAR SASTRA 1. Peranan Buku Ajar Buku ajar menjadi kunci dalam pembelajaran sastra. Dalam berbagai situasi ia akan menjadi bagian penting dalam menggiatkan pembelajaran sastra di kelas atau diluar kelas. Buku ajar seyogianya dapat digunakan di kelas, manakala guru memandunya dan dimana kala siswa belajar sendiri. Jadi, buku ajar seharusnya bersifat mandiri. Ia dapat digunakan siswa tanpa bantuan guru sekalipun. Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, ia berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Mengapa buku ajar sebaiknya digunakan dalam belajar dan pembelajaran? Beberapa alasan berikut ini dapat dipertimbangkan. 1) Buku ajar menyediakan struktur dan penerapan silabi program pembelajaran. 2) Buku ajar dapat menolong pembelajaran standar. 3) Buku ajar dapat memelihara kualitas pengajaran dan pembelajaran. 4) Buku ajar menyediakan berbagai sumber. 5) Buku ajar efisien. 6) Buku ajar dapat melatih guru. 7) Buku ajar dapat membuat murid tertarik secara visual. Di samping itu, buku ajar memiliki beberapa keterbatasan. 1) Buku ajar mungkin saja berisi bagian-bagian yang tidak autentik. 2) Buku ajar mungkin saja mengubah bagian-bagian ide. 3) Buku ajar mungkin saja tidak merefleksikan kebutuhan murid. 4) Buku ajar mungkin mengurangi kebutuhan guru. 5) Buku ajar mahal (Richard, 2001: )

2. Landasan Penyusunan Buku Ajar Penyusunan buku ajar memiliki landasan-landasan yang memperkuat wujud buku ajar yang disajikan. Dalam hal penyusunan bahan ajar sastra diperlukan landasan sebagai berikut. 1) Landasan keilmuan sastra a. prinsip kebermaknaan b. prinsip keotentikan bahan c. prinsip keterpaduan d. prinsip keberfungsian e. prinsip performansi f. prinsip kebertautan (kontekstual) g. prinsip penilaian 2) Landasan ilmu pendidikan dan keguruan 3) Landasan keterbacaan materi yang digunakan 3. Penyusunan Kerangka Buku Penyusunan buku dimulai dengan membuat kerangka buku. Adapun langkah dalam membuat kerangka buku dijelaskan dalam uraian berikut ini. Dalam membuat kerangka buku ditempuh langkah-langkah berikut: a) menelaah kurikulum, b) menelaah cakupan hasil sastra, c) menelaah kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan hasil sastra. Berdasarkan hasil telaah itu disusunlah karangka buku yang berisi silabus setiap bab yang diperkaya sesuai dengan tuntutan yang dipersyaratkan. 1. Menelaah Kurikulum, yang meliputi kegiatan: 1) Mendaftarkan kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok yang termuat dalam kurikulum 2) Mengelompokkan butir-butir tersebut ke dalam aspek-aspek berikut: a. Mengapresiasi sastra: mendengarkan hasil apresiasi sastra, membaca hasil sastra, dan menonton hasil apresiasi sastra; b. Berekspresi sastra: melisankan hasil sastra, membaca nyaring hasil sastra, dan menulis sastra; c. Menelaah hasil sastra: meresensi karya sastra, mengkritik karya sastra, dan menganalisis karya sastra; 2. Mengemukakan cakupan hasil sastra menurut genrenya: a. Narasi: cerita pendek, novel, roman, hikayat. b. Puisi: mantra, pantun, syair, gurindam, soneta, balada, sajak bebas. c. Drama: teater tradisional, sandiwara, drama, opera. 3. Mengemukakan kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan hasil sastra: a. Mengapresiasi sastra: Kegiatan mendengarkan hasil sastra. - Mendengarkan pembacaan puisi - Mendengarkan pembacaan cerpen - Mendengarkan penuturan dongeng - Mendengarkan pembacaan/pembawaan dialog/drama - Mendengarkan kutipan novel - Menonton pementasan drama b. Mengapresiasi sastra: kegiatan membaca hasil sastra. - Membaca puisi - Membaca cerpen - Membaca drama - Membaca novel - Membaca kritik sastra - Membaca resensi tentang karya sastra -

f. Berekspresi sastra: kegiatan melisankan hasil sastra - Bercerita (menuturkan dongeng) - Berdeklamasi - Membaca nyaring novel - Membawakan dialog - Mementaskan drama g. Berekspresi sastra: kegiatan menulis karya sastra - Menulis puisi - Menulis cerpen - Menulis dongeng - Menulis dialog atau drama pendek h. Menelaah hasil sastra - Membaca hasil sastra lalu menilainya: puisi, novel, cerpen, drama - Membaca hasil sastra lalu meresensinya: puisi, novel, cerpen, drama - Membaca hasil sastra lalu menganalisisnya: puisi, novel, cerpen, drama Langkah berikutnya adalah membuat kerangka naskah. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kerangka naskah. Berikut ini disajikan salah satu alternatif langkah pengembangan buku ajar yang terbagi ke dalam dua hal, yakni a) unsur kerangka naskah, dan b) desain bab. 1. Unsur Kerangka Naskah 1) Judul Pelajaran - Judul pelajaran didasarkan pada inti/pokok pikiran yang terkandung dalam kompetensi dasar. - Judul mengandung unsur rangsangan bagi murid dan menggambarkan kegiatan apa yang akan dilakukan siswa. - Judul menggunakan nama genre sastra sebagai objek pembelajaran. 2) Kompetensi Dasar - Kompetensi dasar (disediakan) dikutip dari kurikulum. - Dalam setiap bab dibahas minimal satu kompetensi dasar, dianjurkan untuk menggabungkan beberapa kompetensi dasar yang bisa dikemas dalam satu unit pelajaran. Jika perlu, boleh menambahkan kompetensi tambahan sebagai pelengkap terhadap kompetensi dasar yang tidak termuat dalam kurikulum. 3) Pengantar Pengantar berisi hal-hal berikut: - Tujuan yang dikembangkan dari indicator yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kompetensi dasar. - Manfaat yang dimasukkan ke dalam pengantar lebih ditekankan pada manfaat apa yang yang diperoleh murid setelah mengikuti pembelajaran. Manfaat yang menegarkan murid menjalani hidup terutama dalam hal batin. - Kaitan dengan pelajaran lain yang telah dipelajari murid atau menginformasikan kedudukan materi yang akan diajarkan dengan materi lain yang berhubungan. - Pengingatan akan konsep-konsep yang akan digunakan oleh murid untuk memudahkan mengikuti pembelajaran. - Kasus disajikan untuk memberikan rangsangan berpikir dan berimajinasi serta keinginan mengalami dalam kegiatan bersastra.

4) Teks - Teks dipilih berdasarkan penyampaian kompetensi dasar yang dianjurkan dalam kurikulum. - Teks berarti hasil karya sastra yang terdiri atas beberapa genre, seperti narasi, puisi, drama, kritik/essei. - Teks dipilih berdasarkan kesesuaian dengan perkembangan kognisi siswa, latar belakang social budaya, emosi, imajinasi, religi, dan moral. Teks yang dipilih dihubungkan juga dengan genre karya sastra, yaitu narasi, puisi, drama, kritik/essei. Pilihan teks juga mempertimbangkan periodisasi sastra. Karya sastra penting yang lahir dalam periode tertentu. Dengan demikian, dalam memilih teks hendaknya penulis mempertimbangkan segi waktu, latar, geografi, social, dan budaya. 5) Kegiatan bersastra - Kegiatan bersastra digolongkan pada tiga kegiatan, yaitu apresiasi, ekspresi, dan menelaah hasil sastra. Kegiatan apresiasi sastra meliputi kegiatan mendengarkan hasil sastra dan kegiatan membaca sastra. Kegiatan mendengarkan hasil karya sastra dapat dijelmakan dalam beberapa kegiatan, seperti: (1) mendengarkan pembacaan puisi, (2) mendengarkan pembacaan cerpen, (3) mendengarkan penuturan dongeng, mendengarkan pembacaan/pembawaan dialog drama, (5) mendengarkan kutipan novel, (6) menonton pementasan drama dan meresensinya. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan berekspresi yang berisi kegiatan melisankan hasil karya sastra berisi kegiatan bercerita, berdeklamasi, membaca nyaring novel, membawakan dialog, pementasan drama. Kegiatan menulis karya sastra berisi kegiatan menulis puisi, menulis cerpen, menulis dongeng, menulis dialog atau drama pendek. Kegiatan terakhir adalah menelaah hasil sastra yang berisi kegiatan membaca hasil karya sastra (puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) lalu menilainya, membaca hasil sastra lali meresensinya, membaca hasil sastra lalu menganalisisnya. - Pada setiap bab, kegiatan bersastra menjadi bagian penting. Dalam pelaksanaannya difokuskan pada bagian tertentu dengan tidak menucilkan kegiatan lainnya. Kegiatan bersastra tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa. Pemokusan didasarkan pada kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Ada bagian pementingan pada setiap bab. Kegiatan bersastra ini sebenarnya merupakan bagian pokok pembelajaran yang akan diorientasikan pada kegiatan siswa berpengalaman dalam hal bersastra. Pada bagian ini langkah-langkah konstruksi pengetahuan, pengalaman dan perasaan ditampakkan. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual disajikan. Oleh karena itu, informasi pada bagian ini disajikan sebagai pembimbingan agar siswa masuk ke wilayah keberpembelajaran, keberpengalaman, keberusahaan konstruksi pengetahuan, keberolehan pengetahuan dengan usaha sendiri. Pembimbingan dilakukan dengan penyiapan lingkungan belajar. Unsur materi (teks) yang menantang, dukungan ilustrasi yang memikat, arahan yang sederhana dan jelas, cara menghubungkan dengan apa yang telah mereka ketahui, suasana kerjasama, saling memberi dan menerima dalam merumuskan konsep yang dibangun secara konstruktivistik. Kegiatan ini pada dasarnya mengarah pada kelas konstruktivistik dengan unsur keberhubungan (relating), keberpengalaman (experiencing), keberterapan (applying), kebersamaan (cooperating), dan keberalihan (transferring).

6) Latihan/tugas - Latihan sebagai penguatan terhadap fokus kegiatan bersastra. - Latihan menyangkut berbagai aspek seperti fisik, psikis, imajinasi, kreatifitas siswa. Pada setiap latihan ditekankan pada bagian tertentu dalam kegiatan sastra yang secara sistematik dibangun agar kegiatan bersastra yang dialami siswa menjadi utuh. - Pertanyaan tidak ditekankan pada struktur teks. Struktur teks menjadi media pemahaman yang lebih luas. Pertanyaan ditekankan pada pertanyaan yang berkenaan dengan aspek kehidupan murid, kebermanfaatan, dan kesadaran bahwa siswa perlu memperoleh kompetensi itu. - Dunia nyata menjadi kata kunci untuk isi pertanyaan. Apa yang harus dilakukan siswa adalah apa yang sebetulnya bermanfaat bagi kepentingan mereka dalam dunia nyata, bukan di kelas. - Bentuk tugas beragam, dalam beberapa bentuk. Keragaman bentuk ditentukan oleh ketercapaian kompetensi yang telah ditentukan. 7) Cakrawala - Pada kesempatan ini disajikan teori yang berhubungan dengan periodisasi, penyair, latar penciptaan, unsur sosial, politik, dan sebagainya yang dapat memperkaya serta memudahkan siswa dalam mengikuti berbagai kegiatan bersastra. - Bagian ini berfungsi sebagai pendorong berkembangnya imajinasi siswa pada saat mengikuti kegiatan bersastra. - Bentuk cakrawala beragam dan penempatannya fleksibel dengan mempertimbangkan kemenarikan dan keterbacaan. Berdasarkan kerangka tersebut, kemudian dibentuk desain bab. Alternatif yang kami tawarkan untuk desain bab ini adalah seperti berikut ini. 2. Desain Bab Berdasarkan urutan naskah di atas, disusunlah desain bab sebagai berikut. C. PENUTUP JUDUL (beri ilustrasi yang sesuai) A. KOMPETENSI DASAR Cantumkan nomor kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Pengantar Tujuan Manfaat Kaitan dengan pelajaran lain Stimulus Teks Teks sesuai dengan genre yang akan dibicarakan

B. KEGIATAN BERSASTRA Kegiatan bersastra diberi judul kegiatan bersastra sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator Menyertakan pembimbingan dan pelatihan untuk pencapaian kompetensi dasar. Banyaknya subjudul bergantung pada tuntutan kompetensi dasar dan dinomori (angka arab) Penamaan subjudul menggunakan kalimat ajakan (mari membaca cerpen) Pada bagian ini disertakan kegiatan latihan yang penempatan dan penamaannya disesuaikan dengan subjudul kegiatan bersastra yang tersedia. Cakrawala Teori yang berhubungan dengan genre sastra dan kegiatan bersastra. Ilustrasi yang mendukung terhadap teks atau kegiatan bersastra siswa. C. LATIHAN TUGAS Sebagai sarana unjuk kompetensi yang merujuk pencapaian kompetensi dasar. Sumber penyajian didasarkan atas kegiatan bersastra yang sudah dilakukan. Bentuk latihan atau tugas dapat berupa pertanyaan dan penugasan, baik bersifat individual maupun kelompok. C. PENUTUP Buku ajar merupakan pengambangan materi dari kurikulum yang memerlukan sentuhan dari pengembangnya. Berbagai aspek harus diperhatikan agar keberadaannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Buku ajar merupakan salah satu bentuk dari penafsiran kurikulum. Dengan demikian, buku ajar bukan satu-satunya tafsir. Dalam penggunaannya di kelas juga bukan merupakan satu-satunya sumber yang harus digunakan. Buku ajar merupakan sumber bagi murid pada saat melaksanakan pembelajaran. Buku ajar itu diharapkan berfungsi sebagai media antara siswa dengan apa yang tercantum dalam kurikulum dan pada akhirnya siswa beroleh pengetahuan melalui proses pembacaan, pemikiran, perenungan melalui media buku ajar. Buku ajar sebagai salah satu tafsir kurikulum memiliki keunggulan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penggunaannya perlu pertimbangan. Beberapa unsur pertimbangan itu telah kami utarakan. Hal ini dimaksudkan agar keterbatasannya tertutupi secara keilmuan. Unsur-unsur itu dimaksudkan sebagai pemenuhan kebutuhan pembelajaran siswa, baik di sekolah maupun di di rumah. Diharapkan dengan adanya buku ajar, siswa dapat belajar sendiri secara mandiri.

Pustaka Acuan Johson, E.B.(2001). Text Book in the Calaedoscope. A Critical Survey of Literature and Research on Education Text. Tonsberg:Vestvold College. Richards, J.C.(2001). Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge Language Education. Rusyana, Y.& Suryaman, M.(2003).Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD, SMP, dan SMA. Departemen Pendidikan Nasional. Supriyadi.(2001). Pedoman Pengembangan Buku Pelajaran. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Yu-Hsin.T.(Hwa Kang Journal Of TEFL., May 2000). The Creative Use of Language Textbook: Rationale and Recomendations