BAB V IMPLEMENTASI 5.1. Desain Implementasi Implementasi strategi bisnis dipahami sebagai serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan eksekusi suatu aktifitas organisasi dalam menjual barang maupun jasa kepada konsumen atau organisasi lainnya dengan tujuan mendapatkan laba. Dalam dunia bisnis dengan tingkat persaingan yang ketat dan lingkungan yang dinamis, strategi merupakan kunci dari pencapaian keunggulan bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Tidak jarang perusahaan rela mengerahkan sumberdaya dan investasi yang tidak sedikit untuk menjalankan strateginya. Rumelt memperkenalkan 4 kriteria dalam mengevaluasi sebuah strategi, yaitu consonance, advantage, feasibility, dan consistency. Consonance adalah kemampuan strategi dalam memanfaatkan peluang bisnis dan mengatasi ancaman yang muncul di masa yang akan datang. Sebagai contoh strategi pengembangan produk baru Astra dengan memproduksi beragam jenis kendaraan keluarga, merupakan strategi yang tepat untuk meraih peluang peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia yang membutuhkan kendaraan keluarga yang murah dan andal. Advantage adalah kemampuan strategi dalam memanfaatkan keunggulan dan meminimalisasi kelemahan perusahaan. Sebagai contoh 98
strategi BRI yang tetap fokus melayani sektor UKM sangat sesuai dengan keunggulan dan pengalaman BRI dalam kredit mikro. Feasibility adalah sejauhmana implementasi strategi didukung oleh sumberdaya (finansial, SDM, organisasi, sistem, budaya) dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Sebagai contoh Indosat berhasil bertransformasi dari international carrier manjadi full network service provider karena didukung oleh sumberdaya dan manajemen perubahan yang baik. Consistency adalah sejauhmana strategi bisnis dijabarkan ke dalam program implementasi dengan baik. Program implementasi meliputi penurunan sasaran tingkat perusahaan ke dalam sasaran tingkat divisi, departemen fungsional, unit kerja, sampai individu. Keempat kriteria ini akan membantu memberi kerangka perumusan implementasi pengembangan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri. 5.2. Operasionalisasi Konsep Pengembangan Ide dasar pengembangan bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri disini dibangun berdasarkan paradigma Offer-Driven Innovations, yakni ide pengembangan yang dipandu dan dipacu oleh serangkaian value propositions baru yang selanjutnya akan mempengaruhi Business Model Building Blocks lainnya. Paradigma ini diyakini strategis dalam bisnis jasa mengingat keberhasilan industri jasa selalu berbanding lurus dengan tingkat kepuasan layanan terhadap pelanggan. Artinya, sebuah perusahaan jasa akan sulit berkembang jika goal of product tidak berorientasi pada customer-center. 99
Oleh karena itu, pengembangan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri dengan bertolak pada Offer-Driven Innovations diyakini akan mampu mengembangkan perusahan dalam menjawab tantangan terkini industri jasa. Berikut adalah implementasi logis dari pengembangan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri yang terangkum ke dalam beberapa kategori kegiatan inti: a. Redesign of Product Tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan dalam industri travel hari ini adalah persaingan nilai (value-centered). Persaingan nilai ini mengharuskan perusahaan-perusahan travel untuk selalu mampu berinovasi dalam memenangkan pasar pelanggan. Jika tidak, maka ia akan ditinggalkan oleh pelanggannya dan berpaling pada perusahaan travel lainnya. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar, yaitu aktifitas yang membedakan produk, aktifitas yang menurunkan biaya produk dan aktifitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan ketiga sumber nilai ini, pelanggan dapat merasakan kepuasan layanan yang telah diberikan. PT. Cipta Wisata Mandiri sebagai salah satu variabel dalam pasar bisnis travel dituntut mampu melakukan terobosan baru untuk bisa memastikan diri ikut serta dalam pasar bisnis travel terkini. Terobosan itu berupa men-desain ulang produk dan jasa yang ditawarkannya. Desain ulang beberapa produk jasa yang dimaksud adalah: 100
1) Travelling PT. Cipta Wisata Mandiri melakukan kajian atau peninjauan ulang kontrak kerjasama dengan 7 (Tujuh) maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batavia Air, Merpati Air, Sriwijaya dan Express Air. Kajian dan peninjauan ulang ini bertujuan untuk memperbesar atau memperbanyak kuota tiket yang diberikan. Dengan upaya peninjauan-ulang ini, pihak travel bisa memperbaharui kesepakatan kuota tiket berdasarkan target pemasaran tiket. Disamping itu, peninjauan ulang ini berguna untuk mengantisipasi terjadinya maskapai penerbangan yang diputuskan pailit yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada kerugian perusahaan travel. Contoh kasus misalnya kejadian pada februari 2013 dimana Batavia Air dinyatakan dan diputuskan pailit. Saat itu, para agen travel yang bekerjasama dengan Batavia Air ditaksir mengalami kerugian Rp. 20 Milliar. Nilai kerugian ini berasal dari deposit yang diserahkan agen travel anggota Asita. Untuk menjadi agen sebuah maskapai penerbangan, agen travel wajib memberikan deposit kepada maskapai penerbangan. Batavia Air mewajibkan setiap agen travel untuk menyerahkan Rp 15 juta untuk top up. Dengan demikian, peninjauan ulang secara berkala terkait kontrak kerjasama dengan maskapai penerbangan menjadi penting bagi proses perkembangan perusahaan travel. 101
2) Franchise Pihak PT. Cipta Wisata Mandiri mengundang dan mengadakan pertemuan dengan mitra waralaba yang selama ini telah bekerjasama. Pertemuan ini untuk menjelaskan peralihan konsep mitra waralaba dengan Product and Trade Name Franchising menjadi Business Format Franchising. Disamping memperbaharui konsep bermitra waralaba sebagaimana yang tertuang dalam MoU sebelumnya, pertemuan ini diformat dalam bentuk pelatihan/workshop dengan mengundang pakar bisnis jasa dan pakar marketing. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan formulasi baru bagi para franchisee tentang bagaimana menjalankan bisnis travel ini. Dengan begitu, para franchisee akan terbantu menemukan konsep dan cara memasarkan produk secara luas. Pada akhirnya, keberhasilan franchisee dalam memasarkan produk tersebut akan berdampak positif bagi perluasan area bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri. b. Build-up Relation with Existing Customer Marketing manajer PT. Cipta Wisata Mandiri menginisiasi program pemberdayaan para pelanggan. Program pemberdayaan pelanggan ini dapat berupa pemberian peluang bisnis baru selain travel, baik peluang kerjasama antar pelanggan dengan pihak PT. Cipta Wisata Mandiri maupun memprakarsai peluang kerjasama antar pelanggan. 102
Bentuk peluang kerjasama PT. Cipta Wisata Mandiri dengan pelanggan diantaranya kerjasama dalam hal akomodasi dengan pelanggan yang punya usaha catering, kerjasama antar jemput dengan pelanggan yang memiliki usaha dibidang rental mobil, dan lain sebagainya. Kerjasama semacam ini akan berdampak positif bagi perkembangan perusahaan ke depan yakni tumbuhnya loyalitas pelanggan terhadap PT. Cipta Wisata Mandiri. c. Recruitment and Employee Training Manajemen PT. Cipta Wisata Mandiri mengadakan rekrutmen pegawai secara selektif untuk memilih sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki dedikasi tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki dedikasi tinggi ini akan menjadi instrumen penting dalam proses pengembangan perusahaan. Program rekrutmen ini disebarkan ke beberapa perguruan tinggi yang didalamnya terdapat jurusan kepariwisataan seperti Universitas Pancasila, Sekolat Tinggi Pariwisata Trisakti, Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, dan sebagainya. Sedangkan bagi pegawai yang bekerja di PT. Cipta Wisata Mandiri, pihak manajemen menginisiasi acara pelatihan (workshop) pengembangan SDM bekerjasama dengan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta dan pihak ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies) Jakarta. 103
Tujuan kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta adalah untuk menambah wawasan kepariwisataan dan kebudayaan Indonesia. Bertambahnya wawasan ini bermanfaat bagi pegawai dalam menjelaskan informasi wisata dan budaya kepada calon pelanggan, atau bermafaat bagi pegawai yang bertindak sebagai tour guide. Sedangkan tujuan kerjasama dengan pihak ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies) Jakarta adalah menambah wawasan pegawai tentang industri travel sehingga para pegawai PT. Cipta Wisata Mandiri mampu memahami pekerjaannya. d. Managing Website Sejauh ini, Website travel PT. Cipta Wisata Mandiri dengan alamat http://www.ciptatour.com tergolong sangat sederhana. Hal ini terlihat pada gambar dibawah ini: 104
Mengingat website merupakan salah satu channel pengembangan PT. Cipta Wisata Mandiri ke depan, tenaga IT perlu menambahkan beberapa fasilitas yaitu: 1) Fasilitas Menu Itenerary Menu ini memuat tool yang memudahkan calon pelanggan merancang rute perjalanan wisata sesuai budget yang dimiliki. 2) Fasilitas Menu Call Me Menu Call Me ini memberikan kemudahan kepada calon pelanggan untuk mendapatkan pelayanan informasi, baik tentang produk jasa yang ditawarkan atau informasi lainnya terkait dengan travel. Dengan menu ini, calon pelanggan mendapatkan informasi dari customer service representatif selama 24 jam. 3) Fasilitas Menu Booking Menu Booking ini memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk melakukan reservasi dengan cepat tanpa harus mendatangi kantor. 5.3. Rencana Tindakan dan Timeline Tahap pengembangan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berikut rancangan tindakan dan target waktu yang ditetapkan: 105
Tabel 5.1 Rencana Tindakan dan Timeline Tahun 2015 2016 Aktifitas 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 Perencanaan o Redesign of Product o Build-up Relation with Existing Customer o Recruitment and Employee Training o Managing Website Pelaksanaan o Redesign of Product o Build-up Relation with Existing Customer o Recruitment and Employee Training o Managing Website Evaluasi o Redesign of Product o Build-up Relation with Existing Customer o Recruitment and Employee Training o Managing Website Sumber: Data diolah, 2015 106